10. Pulang (2)

4.1K 425 4
                                    

Wendy akhirnya terjaga. Ia tak tahu seberapa lama ia tertidur, tapi ia tidak langsung beranjak dari posisinya itu karena seluruh memori yang menghantam kepalanya secara tiba-tiba. Memori selama ia mabuk semalam dan bagaimana ia berbicara pada atasannya.

Ia merasa malu dan saking malunya, Wendy pun menangis. Dengan mata yang tertutup tapi air matanya membasahi pipi. Wendy tak pernah menyangka ia akan memalukan dirinya dengan mabuk di depan atasannya separah kemarin. Apalagi dengan ingatan ia berbicara pada seorang perempuan yang kalau ia ingat lagi adalah pacar Yoon Gi.

Di umurnya yang sudah matang untuk menikah ini, Wendy terbayang bagaimana ia menghancurkan hubungan atasannya dan pacarnya yang mungkin akan melangkah ke jenjang lebih besar. Air matanya semakin deras.

Sampai seseorang menyentuh lengannya dengan lembut. Salah satu matanya pun terbuka untuk mengintip siapa yang menyentuhnya, walaupun sudah pasti itu adalah atasannya, Yoon Gi.

"Wae? Waeyo? Neo gwaenchanha? Mau ke rumah sakit?" Tanya Yoon Gi. Raut wajahnya yang panik membuat Wendy menutup matanya lagi.

"Wendy-ssi. Ireonaseyo. Wendy-ssi." Ucap Yoon Gi dan Wendy pun membuka matanya. Keduanya saling bertatapan cukup lama sebelum Wendy menurunkan pandangannya ke dashboard mobil.

Ini pertama kalinya Wendy melihat seorang Yoon Gi yang dingin tampak khawatir hingga menyentuh tubuhnya. Begitu juga posisi kursinya yang berbeda sedari awal Wendy tertidur.

Kursi itu miring ke belakang sehingga tidur Wendy lebih lelap dan juga sebuah jas hitam menyelimuti paha Wendy. Apa yang ia dapatkan sekarang tak mungkin tak menggetarkan hatinya sampai ia menolak untuk menatap Yoon Gi.

"Wendy-ssi, neo wae geurae? Kau nggak bisa berbicara memangnya?" Bahkan di tengah-tengah itu semua, Yoon Gi masih sempat mengomel karena Wendy tidak meresponnya sama sekali meski matanya terbuka. Wendy hanya tak berani menatap Yoon Gi.

"Wendy-ssi."

Akhirnya Yoon Gi melepas seatbelt-nya dan keluar dari mobil setelah membuka kunci pintu mobil. Yoon Gi segera membuka pintu depan.

"Gwaenchanha?" Tanyanya di luar mobil sambil membungkuk agar ia dapat melihat Wendy.

Wendy menoleh pada Yoon Gi dengan wajah bersalahnya.

"JEOSONGHAMNIDA!" Seru Wendy dan ia kembali menangis.

"Wae?" Yoon Gi kelabakan melihat Wendy menangis, jadi ia langsung saja memeluk Wendy. Seperti kata teman-temannya, pelukan dapat menghentikan tangisan seseorang dan itu benar adanya. Wendy menghentikan tangisannya dan membeku. "Gwaenchanha?" Tanya Yoon Gi lagi.

"Hmm. Gwaenchanha. Boleh tolong lepas saya?" Kata Wendy dan Yoon Gi pun melakukan hal itu. "Saya mau minta maaf. Maaf kalau kemarin saya mabuk dan bicara yang nggak sopan ke Bapak. Maaf juga tingkah saya bikin Bapak sama pacar Bapak bertengkar. Maaf untuk saya yang kemarin."

Yoon Gi menghela nafasnya dan tersenyum datar. Itu membuat Wendy mengalihkan pandangannya lagi dari Yoon Gi.

"Saya juga minta maaf saya tidur sama kamu."

Ucapan Yoon Gi membuat Wendy menatap atasannya dengan kaget. Bisa-bisanya Yoon Gi berbicara seperti itu dengan sangat santai. Itu membuat Wendy berpikir seakan-akan tidur bersama adalah hal yang biasa untuk seorang Yoon Gi.

"Wae? Kamu takut saya apa-apain? Saya aja nggak apa-apain kamu pas kamu tidur di mob-" Kata Yoon Gi dan Wendy langsung menghentikan ucapan itu.

"Arraseo-yo. Saya juga nggak pikir diapa-apain sama Bapak, kok. Itu asumsi Bapak." Kata Wendy. Ia menolehkan kepalanya pada Yoon Gi namun tidak menatap langsung atasannya itu.

CEO's RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang