Chapter 7

188 28 16
                                    


// A few hours before the party started //

Persiapan pesta ulang tahunku sudah mencapai 90%. Orang tuaku memanggil party planner. Jadi, bukan kami yang menyiapkan, menata, mendekor, memasak makanan sampai membongkar dan menata ulang saat pesta sudah digelar. Aku hanya mendapat bagian untuk membeli baju—untuk kukenakan nanti.

Dan list yang harus kulakukan hari ini adalah..
Sekolah.

Aku menuruni tangga bergegas ke meja makan untuk sarapan. Tidak seperti biasanya, ayah juga duduk di samping ibu dan mereka terlihat begitu bahagia.

"Ayah?" ucapku sambil mengambil kursi yang tersisa diantara mereka.

Ayah kemudian memalingkan wajahnya ke hadapanku sambil tersenyum. "Ya, Fin! Ayah sengaja izin untuk bisa melihatmu. Merayakan ulang tahun anak satu-satu yang sangat ayah sayangi," ucapnya tak henti memelukku sambil menciumi kepalaku.

Aku tidak biasa dengan skin ship, tapi jarang-jarang ayah bisa di rumah, seperti ini. Dan ayahku juga bukan tipe orang yang suka memuji ataupun berkata manis kepada seseorang, bahkan kepada anaknya sendiri.

"Cringy.." ucapku lirih.

Ayah buru-buru melepaskan pelukannya. "Cringy? What did you say?"

Oops.. jadi ayah dengar?

Ayah mencubit hidungku. "You're always savage, never change."

Entah apa yang sebenarnya dapat membuat kami tertawa tapi, yang jelas keluarga kecil ini dapat merasakan hangatnya kebersamaan antara orang tua dan anak yang selama ini jarang bahkan tidak pernah terjadi sebelumnya.

Gengsi didalam hatiku ini terlalu besar untuk mengucapkan 'I love you' atau sekedar 'I miss you' kepada lelaki paruh baya yang memiliki tipe-tipe bule H.O.T yang sering kutemui di jalanan California. Tapi, aku tahu kalau ayahku pasti paham dan mengerti kalau aku begitu menyayanginya dan begitu merindukannya sampai-sampai aku tak bisa mengucapkan 2 kalimat sederhana itu.

"I think, I should go now," ucapku sambil memasukkan sandwiches yang sudah kubuat, seperti biasa.

"I'll take you!"

"Oh.. okay, I'll wait you in the car, Dad," aku meninggalkan mereka berdua dan langsung masuk ke dalam mobil.

Tak lama, ayahku kini sudah berada di mobil, bersamaku. Kamipun berangkat menuju sekolah.

"Fin," ayahku memecah keheningan.

Aku memalingkan pandanganku dari hand phoneku dan menatap ke arahnya. "Ya?"

"Pestamu nanti kan?"

Aku mengangguk.

"Pestamu diadakan saat malam kan?"

Aku juga mengangguk.

"Kemungkinan pestamu bisa sampai tengah malam bahkan sampai pagi. Itu mungkin terjadi kan?"

Aku masih mengangguk.

"Baiklah kalau begitu," ucapnya yang masih fokus berkendara dan mencari tempat untuk meminggirkan mobilnya. "Kita sampai."

Aku tidak mengerti sama sekali apa yang ayah maksud. Dan entah kenapa aku membuka pintu mobil lalu keluar darinya.

Ayah memutar balik mobilnya dan membuka kaca mobilnya hingga aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Then what's the point?" ucapku agak teriak sebelum ayahku menginjak pedal gas mobil hitamnya.

"No.. there's no point," he smirked.

The Day | Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang