Terlalu banyak kejadian yang tak terduga terjadi hari ini. Sungguh April yang membawa sial.
Dengan nasihat yang diberikan oleh Youngjae. Ia mengutarakan pendapatnya mengenai kejadian beruntun yang kualami yang ia nilai dari sudut pandang seorang laki-laki. Aku mengangguk dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Kau bisa melalui ini semua, aku percaya padamu," ia menepuk bahuku memberikanku semangat sebelum aku beranjak dari bangku sekolah.
Sekolah telah berakhir dan akupun bergegas untuk memenuhi janjiku yang kubuat siang tadi. Tanpa menunggu lama-lama aku langsung meraih tasku dan pergi ke rooftop.
Selama perjalanan menaiki tangga, aku bisa merasakan degup jantungku yang tak bisa dikontrol. Beberapa kali aku merapikan seragamku dan tatanan rambut brunette sepunggungku. Saatku membuka pintu yang memisahkan area ruang kelas dibawah dengan area atap sekolah aku bisa melihat seseorang dengan perawakan ideal, berkulit putih bersih dan tatanan rambut yang sudah agak messy membuat tampilannya begitu memesona di sore ini.
Aku melangkahkan kakiku mendekati Jinyoung yang sudah menungguku. Dan ah, ternyata dia mengajak seorang teman kesini.
"Jinyoung!" sapaku dari belakang sambil menepuk punggungnya supaya menyadari keberadaanku lebih cepat.
Kedua pria itu lantas menoleh kearahku.
"Jackson?" responku terkejut. "Bukankah kita sudah men-reschedule pertemuan kita?" tanyaku sekali lagi. Ya, aku memang sudah berusaha untuk bicara baik-baik lewat pesan singkat. Dan untunglah Jackson mau men-reschedule pertemuan kita.
Jinyoung membersihkan tenggorokannya lalu berkata, "Um.. ya, sebenarnya aku yang mengajak Jackson kesini," Jinyoung terlihat sedikit terbata-bata saat menjelaskan ini, lalu ia melanjutkan, "aku hanya tak ingin ada masalah diantara kita bertiga setelah kejadian di kantin tadi. Jadi, ya.. aku memang tak ada maksud untuk membuat pertengkaran atau apapun itu."
"Kau mungkin selamat hari ini, Ms. Fin Bibby," Jackson berhenti sesaat sebelum menyelesaikan kata-katanya dengan memberikanku tatapan mematikan, "it's all because your Prince charming," dia tertawa merendahkan sebelum meninggalkan kami berdua. He's totally a jerk.
Suasana di rooftop kini menjadi hening dan canggung. Hanya tinggal kami berdua dengan ditemani cahaya matahari yang mulai menghilang karena malam akan segera tiba.
"Hey, are you still here?"
Aku sedikit terkejut saat Jinyoung akhirnya mengucapakan sebuah kata-kata yang sebelumnya ia sibuk dengan ponselnya.
"Oh ya! Haha, sorry.. I'm just wondering what you'd gonna say?"
"Oh right, ahaha.. aku hampir saja lupa," dia tertawa kecil yang membuatku semakin gemetar karena suaranya yang begitu dalam dan besar.
"Jadi...?" aku bertanya sekali lagi.
"Sebenarnya aku memanggilmu kesini untuk, um, mungkin kau mau bergabung ke klub teater?"
"A-apa?" tanyaku kaget.
"Ya.. ini memang mendadak, tapi, aku suka denganmu."
Aku tak percaya kata-kata itu langsung diucapkan oleh Jinyoung dihadapanku, secara langsung. Aku hanya diam seribu kata.
"M-maksudku..." aku sudah tahu kalau dia akan melanjutkan ucapannya dengan kata itu, tapi, aku tidak mengharapkan kata itu akan diucapkannya. Terhitung sekitar sekitar 5 detik sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Aku suka, suka dengan matamu."
Setelah kalimat itu keluar dari mulutnya, seperti ada halilintar yang menyambar tepat di hadapanku. Rasanya mengagetkan tetapi juga mendebarkan. "Ah apa? Hahaha... Kau lucu," aku sedikit tertawa untuk menutupi kekecewaanku dan kegugupan yang aku rasakan petang ini. "mataku?" aku melanjutkan.
Aku menatap lelaki yang sedang kuajak bicara, walaupun sebenarnya aku tidak mampu. Dia lumayan tinggi untuk seorang murid SMA tahun ketiga. "Karena warna matamu," akhirnya ia berbicara. "biru tetapi agak kehijauan. Sungguh mata yang indah. Tatapan matamu tajam. Bahkan sangat tajam jika dibandingkan dengan mata seorang Asia yang sipit," dia menjelaskan sambil beberapa kali menatapku. Aku juga selalu membalas tatapannya. Tidak, aku selalu menatapnya.
"Oh wow.. haha, begitukah menurutmu?"
"Aku tidak sedang berakting ya," ucapnya diwarnai dengan senyuman dan tawa kecil yang keluar dari mulut indahnya. Dia kemudian menatapku tajam menandakan kalau dia serius.
"Okay,... thank you. Well, aku mendapatkan mata ini karena ayahku. He's American, dan dia memiliki mata yang sama persis dengan milikku, hanya saja ukuran mataku tidak sebesar matanya karena ibuku bermata sipit, Asian. Kau tahu 'kan maksudku? Penurunan sifat," jelasku panjang lebar. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku menceritakannya tentang hal ini, hal-hal pribadiku.
Dia membulatkan mulutnya tanda mengerti. Aku bertaruh Jinyoung adalah ciptaan Tuhan yang paling manis dan lucu di muka bumi ini. Sungguh, dia sangat menggemaskan.
"Thanks for telling me," ucapnya tersenyum. "Dan... Kalau kau minat dan ingin bergabung, hubungi saja aku."
"Ya, tentu. Terimakasih," ucapku membalas senyumannya.
"Oh ya, kalau kau ingin menghubungiku, langsung saja Line, Junior."
"Huh? Junior?"
"ID Line-ku," pipinya merona, dan dia mengembangkan senyuman tipis di mulutnya.
"Kau tak perlu malu," ucapku menepuk bahunya. "Okay, nanti akan ku-add dan... sepertinya aku harus pulang sekarang, sudah gelap," aku berpamitan.
"Oh, ya kau benar. Maaf, aku mengajakmu ngobrol terlalu lama."
"Ahaha, tak apa. Santai saja," jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 05:57 PM, tapi sebenarnya aku masih ingin tinggal, sedikit lebih lama lagi. Bersamanya.
"See you later," ucapku melambaikan tangan sambil berlalu. Dia tersenyum dan membalas lambaian tanganku.
Aku terhenti sejenak sebelum membuka pintu yang memisahkan antara rooftop dan gedung sekolah. Aku membuka aplikasi chatting, Line dan menambahkan Jinyoung dalam daftar temanku. Selang beberapa detik dia menambahkanku balik.
Line
Fin
Kau masih ingin tetap disana?Junior
Sebentar lagi
Dan kau juga masih didepan pintuAstaga, dia benar.
Aku masih didepan pintu.Fin
Ah ya
Kau benar, hahaha
Okay I'll go nowJunior
Be careful 😊Sebelum aku meninggalkan area rooftop, seseorang bersuara besar dan memiliki vokal prima membuatku terhenti sejenak. "Fin! Lihat kearahku!" Lelaki itu yang aku kagumi--Jinyoung-- memanggilku. Dia melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. Kali ini ia tak menutupi senyuman indahnya. Aku bisa melihat kerutan yang berada di bawah matanya dengan jelas. Dia terlihat sempurna. Aku membalas lambaian tangannya dengan senyum lebar. Aku bisa merasakan kalau saat ini semua otot yang ada diwajahku tertarik karena senyuman yang tak bisa kukontrol ini.
Untuk pertama kalinya, Jinyoung, Park Jinyoung, memanggilku. Dengan namaku, Fin, Fin Bibby.
To be continued
In honored of Bambam's birthday I updated this fanfiction ehehe ♥
#LegendBamBamDay
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day | Park Jinyoung
Fanfikce[ #1 in got7jinyoung 2018.07.14] "Would you be my mine?" Isn't he Park Jinyoung? The Prince charming from theater class 010418 - on going ©jinsonsqueen