PROLOG

25 13 3
                                    

Semilir angin menerpa wajah. Suara gitar dipetik terdengar begitu merdunya.

Ia di sana, duduk di atas meja dengan jendela terbuka.

Dari kamarnya yang berada di lantai dua, ia bisa melihat dengan jelas seorang perempuan cantik yang selalu ia perhatikan.

"Belum ada waktu yang pas," gumamnya pada diri sendiri.

Ia menunggu dengan ketidakpastian.

"She's so damn beautiful." Matanya tetap mengarah ke perempuan yang selalu melewati rumahnya itu.

Ia tahu, setelah ini ia akan berhadapan dengan ketidakpastian.

Ketidakpastian yang selalu ia harapkan.

Ketidakpastian yang entah sampai kapan.

***

HELLO GUYS, JADI WAKTU ITU CERITA INI SEMPET GUA UNPUBLISH GRGR GUA MALES DAN ITU PAS BULAN APRIL 2018 GUA PUBLISHNYA, PAS LAGI MAU UN.

NAH SKRG UDH BEBAS JD GUA PUBLISH LG DEH NIH

AND YES, HOPE U ALL LIKE IT. SO, IF U LIKE IT, DONT FORGET TO VOTE AND COMMENTS OKAYY!

SEE U IN NEXT CHAPTER!
MAKASIH UDH MAU BACA!

—sapi.

Alam Semesta × N.H.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang