Ruang guru sudah kosong sepenuhnya. Jam dinding berdentang lima kali. Radit melirik jam dinding yang bergantung di tengah ruangan tersebut. Sudah sore. Radit bergegas membereskan buku-buku kerjanya dengan tergesa. Kacamata minus satunya merosot anggun, menggantung di ujung hidungnya yang mancung dan putih. Sore ini dia ingin cepat pulang. Dia sudah rindu memainkan pipi montok Della, putri pertamanya yang baru berusia delapan bulan. Dihempaskan tali tas punggung hitamnya ke bahunya yang ramping dan berbalik menuju tempat parkir motor.
Radit sudah setengah berlari sampai pintu keluar ruang guru, saat tiba-tiba satu bayangan hitam menubruknya dengan keras.
BRAKKKK!
Kertas berhamburan. Radit terduduk memegang keningnya yang memar sambil mengerang lirih. Kacamatanya terlempar entah ke mana. Di depannya berdiri sosok tinggi besar. Menjulang sempurna ke atas dan ke samping. Sejenak Radit merasa kegelapan menyelimuti penjuru ruang guru. Ternyata sosok yang besar itulah yang menghalangi sinar matahari.
Radit mengerjapkan matanya. Diraihnya kacamatanya yang tadi sempat jatuh. Radit mendongak, dan menangkap sosok paling ditakuti di sekolah tersebut: Ibu Kepala Sekolah!
"PAKK RADITTTT!"
Suara tersebut menggelegar menembus sudut-sudut sekolah. Jendela dan pilar-pilar penyangga ruangan bergetar hebat karena kharisma suara tersebut.
"Sa ... saya Bu Normala!" Radit tergagap menjawab panggilan suara tersebut.
"Kalau jalan hati-hati, Pak!" Suara tersebut mendengus kesal, namun tetap tanpa ekspresi dan bergerak tenang menuju kursi paling depan. Seakan tabrakan tubuh Radit tadi tiada efeknya. Padahal tubuh Radit sampai terjengkang hebat ke belakang.
"Pak Radit jangan pulang dulu, ada tugas buat Pak Radit sekarang!" Suara Bu Normala bergema seiring semangat Radit yang terkulai. Impiannya segera bercanda dengan bayinya runtuh.
Radit terperosok dalam kursinya. Bersiap mendengar komando dari atasannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sixth Student
HorrorRadit melirik dengan waswas dari ujung kacamatanya. Gadis antah-berantah itu masih duduk mematung di kursi belakang ruangan. Semilir angin malam tiba-tiba masuk dari pintu yang terbuka. Bulu kuduk Radit berdiri seketika. Suasana di luar ruang sanga...