5. Waktu Magrib

301 13 0
                                    

Radit tenggelam dalam kursinya yang keras. Matanya nanar menatap anak-anak paling susah diatur di sekolah ini. Sosok-sosok bermasalah tersebut seakan-akan menari di kepala Radit. Seolah mengejek nasibnya yang tak bisa segera pulang bertemu Della.

"Ehem!" Radit berdeham keras pada Iwan yang mulai celingukan mencari bocoran jawaban. Iwan lantas melemparkan senyum yang menyebalkan. Beberapa siswa yang lain kembali asyik menekuni soal-soal ujian setelah sempat terjeda oleh dehaman sang pengawas.

Radit melirik jam dinding yang sebagian tertutupi sarang laba-laba. 18.00. Waktu magrib sudah tiba. Ruangan ini jauh masuk ke dalam, sehingga azan magrib masjid tak terdengar.

"Kita break dulu, guys. Silakan menunaikan salat magrib bagi yang menjalankan." Radit berdiri meninggalkan ruangan menuju musola di ujung gedung. Radit menyalakan senter di HP nya dan berjalan beriringan dengan siswanya.

Lorong menuju musola gelap dan pengap. Radit beberapa kali menutup hidungnya yang mengernyit melawan udara yang sesak. Sarang laba-laba dan sampah kertas tampak berserakan di sepanjang loker yang memanjang menurut dinding gedung. Radit dan murid-muridnya berjalan berdesakan saling tak ingin terpisah dari rombongan. Lampu yang mati, exhauster udara yang tak bekerja dan sarang laba-laba di mana-mana. Mereka semua sadar ada sesuatu yang kurang beres dengan Gedung D ini.

The Sixth StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang