Sekolah Berhantu (Bagian 1-2)

9.2K 261 27
                                    

Based on a true story (Berdasarkan sebuah kisah nyata)

Kudengar suara itu memanggil namaku. Sayup dan terdengar menghilang diterpa angin. Aku tak memperdulikannya. Kuteruskan langkahku. Suara itu terdengar kembali. Kali ini lebih jelas, lebih nyata, lebih membahana. Aku pun berhenti, bermaksud mendengar lebih jelas lagi. Namun suara itu menjauh, menghilang....


BAGIAN 1

Namaku Adam. Aku baru saja dipindahkan ke sebuah sekolah Katolik di daerah Cibubur, Bogor. Setelah kepergian papa karena sakit kanker, aku, mama dan adikku harus mengungsi ke rumah saudara di kawasan Bogor. Mama yang usianya sudah kepala empat, hanyalah seorang wanita yang bekerja sebagai seorang pegawai administrasi di sebuah kantor di Jakarta. Gaji yang diperolehnya tidaklah cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup kami bertiga. Oleh karenanya, atas usul dari paman yang adalah adik mama, kami bertiga pindah dan tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah yang tergolong cukup besar di perumahan Kota Wisata, Cibubur.

Dengan menumpang nama pamanku, yang bekerja sebagai seorang guru SMP di sekolah tempatku menuntut ilmu sekarang, aku dan adikku mendapat keringanan pembayaran uang sekolah. Praktis, biaya hidup yang harus ditanggung oleh mama menjadi berkurang dan lebih ringan.

Di usiaku yang baru menginjak 15 tahun, aku sudah diberi takdir memiliki indra keenam: mampu melihat dan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk halus. Bagi sebagian orang, kelebihanku itu adalah anugrah. Namun bagiku tidak lain hanyalah sebuah kutukan.

Bagaimana tidak. Di usiaku yang masih sangat belia, aku diharuskan melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa melihatnya. Terlebih aku selalu dibayangi ketakutan akan wajah-wajah dan bentuk makhluk-makhluk halus tersebut yang jelas-jelas adalah berantakan, bahkan sangat berantakan.

Ada yang berjalan dengan hanya badan tanpa kepala, ada yang wajahnya hancur bekas tertabrak dengan kedua biji mata mendelik keluar dengan urat-urat dan darah yang masih mengalir dan mengering, ada juga kepala yang dengan mendadak muncul dari meja yang sedang kupakai untuk menulis. Semuanya hanya bisa kusimpulkan satu: wajah mereka pucat tak berdarah, dan rambut mereka - bila memang masih ada - selalu berantakan tak beraturan.

Tak terhitung entah sudah berapa banyak penampakan yang kulihat selama aku mendapatkan kelebihan ini. Kelebihan yang datang secara tidak sengaja sejak kematian kakek yang sangat menyayangiku. Orang tuaku bilang, kakek menurunkan kelebihannya kepadaku. Selang 3 bulan setelah kakek meninggal, papaku pun diajaknya.

Aku sebenarnya sudah bosan dan ingin hidup normal seperti manusia lainnya. Namun, aku tak bisa. Walau aku sudah memohon setiap malam kepada Tuhan agar kutukan ini ditarik dan dihilangkan dariku, namun bukannya menghilang, malah semakin nyata kurasakan. Karena semakin menjadi, aku menjadi mulai terbiasa dengan apa yang kulihat. Entah sudah berapa kejadian kualami seiring dengan kemampuanku yang bisa melihat hal-hal gaib ini. Seperti yang kurasakan di sekolah baru ini.

Pagi ini adalah hari pertama aku dan adikku masuk ke sekolah baru. Aku kelas 3 SMP dan adikku, Andine, 13 tahun, kelas 1 SMP. Kami berdua ikut dengan mobil paman ke sekolah. Kami turun begitu paman mematikan mesin mobil Vitara-nya dan menutup pintunya.

"Akan saya antar kalian sampai ke kelas masing-masing." Begitu pamanku berkata ketika kami melintasi lorong yang menghubungkan gerbang dengan bagian depan sekolah.
Waktu di jam dinding tiang sekolah yang menjulang tinggi ke angkasa saat itu adalah pukul 6:20 pagi.

Berjalan kami menaiki tangga menuju lantai dua yang adalah untuk tingkat SMP. Ketika aku sedang berjalan bersama dengan paman dan adikku, sebuah bayangan berkelebat di depanku. Aku tak berniat melihatnya, namun bayangan itu tidak mau pergi, malah berputar-putar di depan wajahku. Hanya sekelebatan bayangan, namun tak jelas dilihat mata.

Sekolah Berhantu (Tidak Tamat - Telah diterbitkan dalam Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang