BAGIAN 31
"Salah satu?" Tanyaku menatap Bolu. "Berarti masih ada kegunaan yang lain?"
Bolu mengangguk.
"Tunggu." Ujarku. Aku melihat ke kuntilanak di depan kami yang meringkuk kesakitan itu. Suara rintihannya masih terdengar.
"Kalau dia kesakitan karena batu ini," Aku melihat ke batu hijau yang kupegang di tanganku itu. "Kenapa kamu tidak kesakitan juga?"
Aku mendekatkan batu tersebut ke arah Bolu. Jangankan merintih kesakitan atau menjerit kaget, Bolu bergeming dari tempatnya pun tidak!
"Kok? Aneh..." Kebingungan aku melihat Bolu yang menyeringai lebar itu.
"Adam, tidak seperti dunia manusia, dunia makhluk halus ada tingkatannya." Bolu berkata.
"Maksudnya?"
"Tingkatan dalam dunia makhluk halus itu, ada yang sangat tinggi, tinggi, menengah tinggi, menengah sedang, sedang rendah, rendah dan sangat rendah."
"Berapa tingkatan itu?"
"Tujuh."
"Lalu?"
"Nah, batu ini akan bereaksi sesuai tingkatannya masing-masing." Kata Bolu melanjutkan penjelasannya.
"Maksudnya?" Aku semakin bingung dengan penjelasan Bolu.
"Menurutku, batu pusaka gaib yang kamu pegang itu batu berkekuatan menengah ke atas, namun belum yang tertinggi..." Kata Bolu lagi.
"Jadi untuk makhluk halus yang tingkatannya menengah tinggi ke atas, tidak akan merasakan kesakitan seperti yang dirasakannya." Lanjutnya.
"Jadi kamu termasuk tingkatan yang mana?" Tanyaku.
"Menengah tinggi. Jadi masih ada yang lebih tinggi lagi dariku..." Jawab Bolu.
"Begitu..." Aku mengernyitkan kening lalu kutatap kuntilanak yang meringkuk kesakitan itu. "Siapa namamu?"
"Aku... hhh... Aminah..." Jawab kuntilanak itu sambil menahan sakit.
"Kubebaskan kamu kali ini, tapi kalau aku butuh denganmu, kamu harus datang ya. Mengerti?" Kataku kepadanya.
"I...Iya... Aku mengerti... Te.. Terima kasih..." Katanya.
Masih memegang batu hijau itu, aku menjauhkannya dari sosok wanita itu sambil berjalan menjauh. Seketika kuntilanak itu menghilang dan tak muncul lagi.
Aku menatap Bolu lagi. "Tadi katamu masih ada kegunaan lainnya? Apa itu?"
Bolu mengangkat kedua bahunya. "Maaf deh. Kalau yang itu kamu harus cari tahu sendiri."
"Lho, kenapa?"
"Itu syaratnya. Jadi aku gak bisa kasih tau banyak."
"Begitu ya?" Ujarku agak kecewa. "Apa boleh buat. Padahal aku masih penasaran."
Kutatap batu hijau itu sekali lagi. "Batu pusaka gaib..."
BAGIAN 32
Saat malam, sekitar jam 10, aku mulai merasa mengantuk. Bolu sendiri sudah menghilang sejak 2 jam yang lalu.
Aku membaringkan tubuhku yang lelah dan memejamkan mata. Karena kantuk yang menyerang, aku akhirnya tertidur dengan cepat.
"Adam," Terdengar suara yang seperti memanggil namaku.
Aku menengok ke arah suara itu. Tapi tak ada siapapun di sana. Tempatku berada juga tampak aneh. Seperti sebuah padang gurun yang tandus, namun tidak panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Berhantu (Tidak Tamat - Telah diterbitkan dalam Novel)
TerrorKepindahan Adam ke sebuah sekolah baru di daerah Cibubur, Bogor, tak hanya membuatnya menyibak misteri yang telah lama tersembunyi di sekolah tersebut, tapi sekaligus juga menyeretnya ke dalam sebuah petualangan mistik nan berbahaya. Dengan kemampua...