BAGIAN 3
"Itu... Itu..." Aku terbelalak melihat posisi badan itu. Dari yang pernah kutahu dan berdasarkan pengalaman yang pernah kudapat, posisi badan yang ditumpangi makhluk halus seperti itu adalah posisi badan kemasukan atau kesurupan.
Ibu guru memandang kami semua. Tatapannya, entah hanya karena perasaanku karena aku bisa melihat lebih dari orang normal atau mungkin memang begitu kenyataannya, tajam memandang kami semua. Tak ada satupun dari kami yang berani berbicara ditatap seperti itu.
"Tatapan matanya aneh," Kataku dalam hati. "Itu bukan tatapan manusia."
"Tentu saja bukan." Sahut Bolu cengar cengir di sampingku.
Seperti merasa diperhatikan, sosok wanita berambut panjang yang menumpang di belakang guruku itu, mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Perlahan, kepalanya berputar dan wajahnya menatap kami berdua.
Walaupun aku sudah sering melihat wajah-wajah hantu, namun tak urung aku terlompat juga dari dudukku saat wajah itu menatapku. Nyaris saja aku berteriak saking kagetnya. Wajah wanita itu putih, pucat, tak berdarah. Kedua matanya merah menyala, rambut panjangnya terurai berantakan di antara baju putihnya yang juga terurai panjang menyeka tanah.
Darah segar masih menetes dari sela-sela bibirnya. Anehnya, tak ada tetesan sedikitpun yang jatuh ke atas lantai kelas saat itu.
"Kamu kenapa?" Terdengar suara guruku memanggilku saat aku melompat kaget itu. Seluruh mata di dalam kelas berpindah menatapku. Aku tahu teman-temanku tak bisa mendengarnya, namun bagiku suara guruku terasa dingin dan mendirikan bulu roma.
"Maaf, Bu." Kataku. Mataku masih menatap sosok di belakangnya. Sosok yang memelototiku dengan mata merahnya.
"Kamu bisa melihatku?! Apa yang kamu lihat?!!" Hantu wanita itu berdesis pelan, namun cukup untuk bisa kudengar.
Saat itu guruku telah berbicara dengan suara dinginnya, menjelaskan peraturan kelas dan segala yang berhubungan dengan pelajaran selama setahun ke depan. Karena berada di barisan terdepan, aku tak perlu memandang guruku setiap kali dia berjalan mengelilingi kelas sambil menjelaskan.
"Kenapa kamu menumpangnya?" Tanyaku kepada hantu wanita itu.
"Diam!! Bukan urusanmu!!" Bentaknya. Terhenyak aku sesaat mendengarnya.
Segumpal asap halus terbang di atas kepala guruku. Kehadirannya membuat hantu wanita itu seperti terusik. Dia menatapnya dengan matanya yang melotot merah. Ketika kulirik bangku di sampingku, benar saja. Bolu telah tak berada disana lagi saat itu.
"Namanya Marini." Aku mendengar suara Bolu. "Mati penasaran di sekolah ini."
"Aaaarrrgggghhhhhhhhh......" Kulihat hantu itu membuka mulutnya dan berteriak. Suara teriakan yang hanya bisa didengar olehku dan Bolu. "Diam kau, botak sial!"
"Hehehe... Aku Bolu, Botak Lucu, bukan Bosi, Botak Sial!" Bolu kembali terbang berputar-putar di atas kepala guruku, mengganggu keberadaan hantu wanita itu.
"Kenapa kau mengganggunya?" Tanyaku lagi.
"Manusia berisik!!" Tahu-tahu hantu wanita yang bernama Marini itu menjulurkan tangannya yang berkuku panjang ke arah wajahku!!
Aku menghindar dengan menggerakkan kepalaku ke belakang. Namun, gerakanku yang tak biasa itu menarik perhatian semua yang berada di kelas, terutama guruku, Bu Dina.
"Aneh!" Kataku. "Padahal dia masih menempel di badan ibu, dan jarakku dengan ibut tidak dekat, tapi kenapa dia bisa mencakarku?"
"Kamu! Maju kesini!" Terdengar suara Bu Dina berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Berhantu (Tidak Tamat - Telah diterbitkan dalam Novel)
KorkuKepindahan Adam ke sebuah sekolah baru di daerah Cibubur, Bogor, tak hanya membuatnya menyibak misteri yang telah lama tersembunyi di sekolah tersebut, tapi sekaligus juga menyeretnya ke dalam sebuah petualangan mistik nan berbahaya. Dengan kemampua...