BAGIAN 36
Saat itu aku menyadari kalau aku bukannya berjalan dengan kedua kakiku, namun melayang. Kedua kakiku ternyata tidak menginjak tanah, melainkan berada beberapa centimeter di atas lantai.
Ketika aku masuk ke dalam toilet wanita itu, satu perbedaan menyolok yang langsung menarik perhatianku adalah di kamar kecil perempuan tidak seperti kamar kecil laki-laki yang hampir setiap saat bau pesing, bahkan terkadang sangat menyengat. Di toilet wanita, justru wangi karbol yang mendominasi disana.
Saat aku memandang ke isi toilet wanita itu, satu hal lagi yang menarik perhatianku adalah pandangan mataku menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Hampir setiap sudut bisa kulihat dengan jelas energi gaib dan aura yang menyelimuti tempat itu.
"Aku tidak melihat Marini disini. Apa benar ini tempatnya?" Gumamku sambil menyapu setiap sudut ruangan itu.
Beberapa teman dan adik kelas tampak masuk ke kamar mandi itu dan membuang hajat.
"Sialan, Bolu! Bisa-bisanya dia minta aku masuk ke tempat begini. Mana harus melihat yang begituan lagi." Aku memaki kesal menyadari harus berada di satu ruangan dengan para perempuan yang semuanya buang air. "Malu deh aku."
"Untung saja aku tidak bisa dilihat." Kataku lagi. "Bagaimana kalau bisa dilihat. Matilah aku..."
Aku mencoba tak memperhatikan mereka yang sedang buang hajat itu, mataku kembali kusapukan ke seisi kamar mandi itu.
"Tidak ada." Ujarku. "Marini tidak ada. Apalagi tulangnya."
"Apa Bolu salah ya?" Kataku lagi.
TEENGGG!!!
"Yah, sudah bel. Gimana nih, mana belum ketemu lagi..." Aku mulai panik saat itu.
Yang panik saat itu ternyata bukan aku saja, tapi juga para perempuan yang masuk ke toilet itu. Hampir semuanya bergegas keluar dengan tergesa-gesa, sebagian dari mereka bahkan ada yang berteriak minta teman mereka menunggu.
Aku pun nyaris menyerah dan hendak mengikuti mereka keluar. Saat aku sedang melayang hendak keluar, ujung mataku secara tak sengaja seperti melihat sesuatu.
Di sudut kamar mandi keempat, tepatnya di bawah wc duduknya, dengan mata dewaku, aku melihat seperti setumpukan benda berbentuk aneh, ada yang panjang, batang dan ada yang bulat.
"Apa itu?" Aku mendekati tempat itu dan melihat lebih jelas. Tumpukan tulang belulang!
"Ini dia! Mungkin ini yang dimaksud Bolu. Tulang Marini." Kataku pada diri sendiri.
Setelah memastikan dengan apa yang kulihat, aku pun melayang keluar toilet dan masuk kembali ke badan kasarku yang dijaga oleh Bolu dan Peggy itu.
Kembali bunyi itu terdengar.
SLINGGG!!
Aku merinding sesaat setelah aku 'menyatu' kembali dengan badan kasarku, mungkin sebagai penyesuaian dengan 'lingkungan yang ditinggalkannya'.
"Bagaimana?" Tanya Bolu saat aku sudah kembali ke semula.
"Ketemu. Ada di dalam sana." Jawabku.
"Hei..." Aku terperanjat. "Kenapa... Kenapa begini?"
Peggy dan Bolu menatapku, melihat keterkejutanku.
"Kenapa badanku jadi begini...?" Ujarku lagi, tak habis rasa heranku.
BAGIAN 37
"Kenapa begini?" Aku terbelalak. Seketika badanku terasa lemas, sendi-sendi di sekujur badan bagai dilolosi dan tulang seperti lepas dari badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Berhantu (Tidak Tamat - Telah diterbitkan dalam Novel)
HorrorKepindahan Adam ke sebuah sekolah baru di daerah Cibubur, Bogor, tak hanya membuatnya menyibak misteri yang telah lama tersembunyi di sekolah tersebut, tapi sekaligus juga menyeretnya ke dalam sebuah petualangan mistik nan berbahaya. Dengan kemampua...