Knock! Knock! Knock!

1.1K 143 18
                                    

Alkohol, rokok, dunia malam.

Semua itu menjadi pelarian Seungcheol. hidupnya hancur. Dia korbankan segalanya demi argumen kolot.

Keluarga, harta, warisan, kekasih.

Tidak ada lagi semua itu.

Seungcheol berubah menjadi gelandangan sejak hari itu. Hari dimana dia berpikir kalau kejujuran setidaknya akan membuat semua nya lebih mudah.

"Aku tidak bisa menikah dengannya," perkataan Seungcheol kala itu membuat semua pasang mata yang berada di meja makan menatapnya kaget dan membuat gadis di hadapannya berlinang air mata.

Seungcheol ingat sekali rasa sakit di pipi kanannya kala ayah menamparnya.

Malu. Tergambar jelas di matanya. Malu karena membesarkan anak seperti Seungcheol, malu karena terlihat tidak bermartabat dengan menampar anaknya di depan semua orang.

Tapi Seungcheol tidak gentar. Akan lebih buruk kalau dia terus berpura-pura.

"Aku tidak mencintainya, tidak akan pernah. Aku gay."

Bayangan wajah kecewa dari semua mata disana masih menghantui Seungcheol. Dan hari paling buruk itu terjadi.

"Kau. Bukan anakku."

****

Seungcheol tidak butuh waktu sampai 24 jam sampai Jeonghan, sahabatnya menemukannya dalam keadaan terkacau. Seungcheol masih mengenakan kemeja yang sama. dia berjalan menyusuri jalanan malam kota yang hingar setalah berkelahi dengan penjaga pintu di sebuah klub malam.

Awalnya hanya tempat itu tujuan yang bisa dia pikirkan setelah ayahnya terang-terangan tidak mengakui putra semata wayangnya. Tapi tempat itu bahkan juga tidak bisa menjadi tempatnya untuk melampiaskan beban hidup. Seungcheol tidak punya sepeserpun uang di dompet. Dengan kartu kredit yang diblokir, mereka juga menendangnya dengan cepat.

Seungcheol mempelajari satu hal sejak kejadian itu, kejujuran tidak akan pernah berakhir bahagia.

Jeonghan memberikannya tempat. Rumah orang tuanya yang sudah lama tidak ditinggali, tepat di pinggir kota yang tidak terlalu ramai. Tempat yang cocok untuk menghirup udara segar dan melamun memikirkan nasib.

Setidaknya itu yang Seungcheol lakukan.

Dia beruntung mengenal Jeonghan. Bahkan setelah apa yang dilakukan keluarganya pada pria itu, dia menjadi satu-satunya orang yang bisa menolong Seungcheol saat tidak ada siapapun yang ingin menerimanya.

Jeonghan lebih terbuka. Dia tidak takut dengan pandangan orang disekitarnya. Semua orang tahu tentang orientasi seksualnya yang menyimpang. Begitupun orang tua Seungcheol. Jadi saat Seungcheol membawa pria itu ke rumah, bahkan sebagai kawan, mereka mencaci Jeonghan, mengatakan hal-hal tidak pantas padanya. Bahkan sebelum mereka mengenalnya.

Sejak saat itu Seungcheol mengacuhkannya, dia berpikir kalau itu yang terbaik bagi Jeonghan. Pria itu tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu.

Tapi setelah Seungcheol benar-benar berpikir kalau Jeonghan mungkin tidak ingin berteman dengannya lagi, pria itu malah menolongnya.

Dia tinggal di apartemen mewah di tengah kota. Bersama pacarnya yang seorang CEO muda sebuah perusahaan penerbit majalah. Joshua Hong. Dan sekarang Seungcheol bekerja disana. Sebagai fotografer.

Hear me out (Jicheol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang