Wajah Xerxes tak berhenti bersilau sejak tadi pagi. Bibirnya tak pegal menunjukkan senyuman manis pria itu.
Xerxes bahagia. Dirinya sebentar lagi akan disebut 'ayah'. Ia akan menjadi seorang ayah. Dan lebih bahagianya, Elena-lah yang menjadi ibu dari anaknya.Pagi tadi ia menggeret Elena ke sebuah rumah sakit elit yang merupakan salah satu anak perusahaan kakeknya. Bertemu dengan sahabatnya yang tak lain adalah seorang dokter kandungan, Xerxes tidak menyesali itu semua.
Yang ia bingung adalah mengapa Elena sedari tadi tidak tersenyum? Tidak senangkah wanita itu?
"Ada apa?" Xerxes menoleh ke arah Elena yang sedari tadi tidak melahap makan siangnya. "Sesuatu mengganggu pikiranmu?"
Elena menunduk, memilih ujung gaun selutut bertema musim panasnya. "Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu, Xerxes. Dan kau tidak akan menyukai ini."
Senyum Xerxes menghilang, digantikan dengan raut wajah penasaran. "Apa itu?"
"Berjanjilah, jangan marah padaku dan jangan hukum aku?" pinta Elena.
"Hmm.. Baiklah..," jawab Xerxes sedikit ragu.
"Anak ini belum tentu milikmu," nyata Elena berikutnya.
Xerxes meletakkan peralatan makannya sembari terkekeh, "Maksudmu?"
"Aku.. aku dan Tristan bercinta pagi itu. Maafkan aku, Xerxes."
Xerxes marah. Terlihat dari wajahnya yang memerah, menahan emosi yang ada di ujung ubun-ubunnya. Jelas saja, dia mempercayai Elena namun wanita itu menyia-nyiakan kepercayaannya.
Xerxes ingin membanting apapun yang ada di sekitarnya. Hanya saja, ia tidak bisa. Ia telah berjanji pada istrinya itu. Ia menepati janjinya karena ia terlalu mencintai istrinya. Oh bahkan masih pantaskah Elena disebut sebagai istri seorang Xerxes Kenley?
Xerxes berdiri, berjalan meninggalkan wanita itu dengan hati yang sedih. Bagaimana ini bisa terjadi? Tidak cukupkah perhatiannya? Tidak cukupkah kekayaannya? Tidak cukupkah cintanya untuk Elena hingga wanita itu masih terus saja kembali ke pria yang jelas-jelas pernah membencinya?
Elena menatap nanar punggung Xerxes yang menjauh. Jujur saja, hatinya sakit saat dirinya memberi tahu fakta tadi. Lebih sakit lagi saat dia mengetahui ia baru saja menyakiti hati Xerxes.
Xerxes pria yang amat baik, meski sering menuntut dan memerintah. Jika Elena tidak mematuhinya, pria itu akan marah dan mengacaukan benda-benda di sekelilingnya. Dan terkadang itu membuat Elena ikut terluka yang di mana akan diakhiri dengan penyesalan serta permintaan maaf dari pria itu.
Tak dapat dipungkiri Elena menyayangi Xerxes. Tapi tak cukup mencintai pria itu. Elena hanya menyayanginya karena Xerxes sangat baik padanya. Meski Xerxes tahu Elena bersikap manis pada pria itu hanya demi Tristan, Xerxes masih saja menjaga Elena dengan amat baik dan memperlakukannya bak ratu. Bahkan melebihi bagaimana Tristan memperlakukannya. Xerxes pria yang sangat royal.
Dasar kau wanita tidak tahu untung, Elena! makinya pada dirinya sendiri.
Ponselnya yang berdering membuat tatapan Elena beralih pada layar datar itu. Sebuah nama yang sangat familiar baginya tertera di sana. Tristan memanggilnya
"Tristan."
"Hei, apa kabarmu? Aku sangat merindukanmu. Aku tidak sabar melihatmu dan anak kita tinggal di rumahku."
"Bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu."
"Aku sedang berada di Milan. Tapi baiklah, aku akan ke rumah Kenley malam ini."
"Besok juga bisa, kau tidak perlu memaksakan dirimu, Tristan."
"Tidak masalah, Sayangku. Baiklah aku akan menutup panggilannya. Sampai jumpa nanti malam, jaga dirimu. Aku mencintaimu."
Bip.
Elena menghela nafas berat. Ia harus melakukan ini secepatnya.
Oh Tuhan, kenapa hidupku berat sekali rasanya? batin wanita itu sambil mengelus perutnya yang masih rata.
---
Xerxes mengintip dari balik tirai jendela kamarnya. Ia melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan gerbang rumahnya. Di samping mobil itu terlihat dua manusia berbeda jenis sedang berbincang.
Apa yang mereka obrolkan? tanya Xerxes dalam hatinya.
Ah sudahlah. Xerxes juga tahu waktu ini akan datang cepat atau lambat. Elena memang dari awal bukan miliknya. Hanya saja ia terlalu memaksakan kehendaknya. Dan sekarang Xerxes hanya bisa pasrah jika anak itu benar-benar bukan miliknya, dan jika Elena memilih untuk pergi dengan Tristan. Xerxes mencoba tidak peduli. Meski hatinya sangat sakit.
---
Delapan bulan kemudian.
Xerxes langsung izin pamit dari pertemuannya dengan beberapa kolega perusahaan yang ia pegang setelah menerima kabar dari salah satu pelayan di rumahnya bahwa Elena sedang melahirkan.
Sama halnya dengan Tristan. Pria itu baru saja dalam perjalanan bersama keponakannya dari sebuah penitipan anak di mana adiknya, Clement, menitip Ryan, keponakannya yang masih berusia beberapa bulan itu tadi pagi sebelum dirinya dengan sang suami berangkat berbulan madu untuk yang kedua kalinya.
Selama beberapa jam keduanya hanya saling diam di depan ruang bersalin, menunggu sepasang anak kembar untuk hadir di dunia ini. Sampai seorang dokter keluar dari ruangan itu.
"Nona Elena dan kedua bayinya selamat dan sehat. Namun Nona Elena masih pingsan dan butuh beberapa waktu untuk istirahat. Hasil DNA bisa diambil beberapa menit lagi."
---
"Kau bukalah!" perintah Xerxes. Ia tak mau membuka amplop yang berisi hasil tes DNA kedua bayi kembar itu dengan dirinya dan Tristan. Ia takut hasilnya tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
Tristan berdecak lidah. Tangannya terulur dan dengan gesit ia membuka amplop putih tersebut.
Baby 1 (Male)
99.9% MATCH Tristan Milano
Baby 2 (Female)
99.9% MATCH Xerxes Kenley"A– apa?! Bagaimana bisa?!" Kepanikan Tristan membuat Xerxes penasaran hingga pria itu merebut kertas di tangannya.
"Ini tidak mungkin! Apa bisa—"
"Tenang, Tuan-Tuan. Kasus semacam ini dapat terjadi ketika wanita yang tengah berada pada masa ovulasi menghasilkan beberapa sel telur matang. Dalam rentang waktu yang hampir bersamaan, wanita itu kemudian berhubungan intim dengan dua pria berbeda. Sebab, sel telur yang sudah matang bisa bertahan di saluran falopi selama 48 jam. Tentu saja dua orang pria yang berbeda terlibat untuk setiap janin kembar dengan ayah yang berbeda. Kedua pria berkontribusi dalam jangka waktu lima hari di waktu yang tepat di siklus subur si ibu. Hal ini menjadi mungkin terjadi karena sperma bisa bertahan selama 5 hari di tubuh wanita. Dalam dunia medis ini disebut heteropaternal superfecundation. Ini sangat langka, jadi saya ucapkan selamat pada kalian berdua," jelas dokter itu sebelum pamit pergi.
"Kita harus membuat Elena memilih," lirih Xerxes.
"Apa maksudmu? Tentu saja ia akan memilihku," jawab Tristan.
"Itu tidak akan adil, mengingat kami juga memiliki anak bersama."
Sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Woman
Short Story#1 in arrangedmarriage, #2 in Brokeup Mata Elena menangkap Tristan yang sedari tadi ia cari di pesta itu. Pria yang sejak dulu ia cintai kini sedang bersama wanita lain. Mata Tristan menatapnya tajam, namun sedetik kemudian beralih pada wanita itu d...