Mimpi buruk itu lagi.
Mimpi yang membuatku berpikir jika aku hanya beruntung bisa hidup saat ini. Memvisualisasikan orang-orang yang dulunya kucintai menjadi sosok antagonis mengerikan.
Aku sering bermimpi peristiwa dimana nyawaku hampir dihabisi, ditenggelamkan dalam laut, bak mandi, atau ditikam samurai. Segalanya terada nyata dan berhasil menciptakan cucuran peluh serta detak tidak karuan dibalik rusuk. Setelahnya, aku akan terbangun dengan mata terbuka lebar atau sebaliknua aku kesusahan bangun tidur. Lebih parah, aku berteriak dalam tidurku. Memaksa Taehyung dan ibunya berlari ke kamar hanya untuk membangunkanku dari mimpi buruk.
Kini bagiku kematian hanya masalah waktu, Tuhan berbaik hati memberiku masa lebih lama meski aku tidak yakin kalau masih membutuhkannya.
Waktuku di dunia sudah lama terbuang sia-sia untuk kepura-puraan di atas kesempurnaan.
Yang benar-benar kuinginkan adalah waktu untuk berpikir.
Hingga akhirnya aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Apa sudah saatnya aku mengembalikan waktuku ke Tuhan? Sangat melelahkan berpura-pura.
Aku memperlambat langkah sebelum berakhir terhenti di tengah timbunan salju.
Entah berapa angka minus yang di umumkan oleh penyiar televisi sebelum aku menyelinap pergi dari balik punggung Kakak angkatku. Yang jelas aku tidak bisa merasakan jari-jariku lagi saking dinginnya.
Rasa kebas dari telapak kaki perlahan menjalar ke tulang-tulang. Menusuk seperti jarum akupuntur, bedanya tidak ada rasa sakit karena aku benar-benar kehilangan indra perasaku saat ini.
Sudah lama sekali, akhirnya aku bisa bebas berjalan di tengah cuaca buruk. Menikmati langit malam bermandikan bercak bintang, pendar cahaya lampu penerang jalan serta suasana lenggang di pertengahan malam.
Orang-orang tidak banyak lewat. Meskipun ada, mereka tidak akan melihatku karena terlalu sibuk dengan bayangan teh hangat saat sampai di rumah. Mereka hanya fokus pada waktu yang tersisa sampai menemukan kebahagiaan di balik pintu tempat tinggalnya. Tidak akan ada orang yang melihat atau curiga pada tingkahku sekarang. Aku hanya perlu bilang kalau aku sedang memikirkan sesuatu jika seseorang mendekat. Tidak perlu khawatir, Jungkook ini kesempatanmu.
Taehyung tidak akan menghalangimu.
Alas kaki dan jaket tebal kulepaskan setelah memeriksa keadaan sekitar taman. Sudah tidak ada satupun orang karena udara terlalu dingin dan malam semakin larut. Aku buru-buru melempar pakaian kesembarang tempat sebelum tanganku membeku.
Di atas bulan purnama sedang bersinar, seperti yang kulihat dalam mimpi. Rambut halus disekujur tubuh seketika meremang bersentuhan dengan angin malam, salju turun semakin deras.
Mataku terasa berat, kaki tak mampu berdiri lebih lama. Tubuhku hanyalah tumpukan daging dan darah yang bisa membeku kapan saja. Seperti halnya daging sapi simpanan Taehyung dalam freezer. Aku bisa membeku karena tertimbun salju, membeku artinya mati.
Itu yang aku mau. Itu.
Rasa sakit makin menjadi saat tubuhku bergetar secara spontan, tak terkendali. Rasanya seperti diikat pada screen vibrator berkecepatan maksimum, otakku akan segera berhamburan dalam kerangka kepala.
Ini sangat menyiksa hingga rasanya aku ingin menyerah saja. Lantas kuingat alasan mengapa aku berada disini, mengapa aku ingin mati. Aku memilih untuk membiarkan respon alami tubuhku yang mengambil alih.
Sampai ketika netraku menangkap seseorang tengah berlari kencang ke arahku.
Sial. Apa aku akan gagal? Aku tidak bisa lari karena tubuhku gemetar hebat. Aku tidak bisa mengendalikan kakiku sendiri untuk bangun dan menghindari orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
RandomJungkook berusaha menjauhkan semua orang dari dirinya karena ia telah menganggap hidupnya hancur. Jungkook selalu berpikir ia tidak pantas selamat. Semua karena pembunuhan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dunia tidak lagi adil bagi pemuda it...