5

2.6K 410 57
                                    

Sudah seperti seharusnya. Jungkook tahu dirinya bakal jadi pusat perhatian –bukannya sombong; karena ia bersama Kim Taehyung, Jungkook tahu ini akan terjadi.

Taehyung selalu jadi pusat perhatian. Dia tampan, menawan, konglomerat, punya senyum indah; memiliki efek bius jika dipamerkan. Perempuan-perempuan yang bertemu pasti bakal tunduk dan mau di permainkan, sekalipun mereka bakal ditolak mentah-mentah karena Taehyung bilang dia sudah punya Jungkook.

Dan si adik pun bakal berlagak mengamini. Diam saja ketika Taehyung melingkarkan tangan di leher, pinggang, atau dibagian manapun. Itulah mengapa dulu tidak ada yang berani mendekat pada Jungkook. Karena orang-orang bakal memiliki spekulasi Jungkook milik Kim Taehyung.

Untuk Jungkook, itu bukan masalah. Apapun yang diminta Taehyung darinya bukan masalah. Karena dari dulu memang Taehyung yang selalu ada, Jungkook pikir tidak keliru jika ia memberi timbal balik berupa kepatuhan. Lagipula ia tau Taehyung menyayanginya. Meskipun dahulu hal-hal seperti ini menyeretnya dalam opsi-opsi pelik berujung keputusan bunuh diri, Jungkook mulai bisa meredam semua itu.

Ia sudah berjanji pada seseorang.

"Jungkook asalnya darimana?"

"Busan."

Jungkook bakal tersenyum pada siapapun yang bertanya, karena ia terlatih untuk melakukan itu. Baginya orang lain tidak perlu tahu sisi lain dari dirinya.

Tapi bukan Taehyung namanya jika membiarkan. Pemuda itu menggenggam tangan Jungkook, membuat atensi gadis yang bertanya teralih pada tautan tangan. Lalu seolah mengerti, gadis itu melangkah mundur, menjauh dari mereka.

"Mereka terlihat menaruh minat padamu."

Mulutnya bilang begitu, tapi Taehyung tidak tersenyum sama sekali. Sebelah tangan sibuk membenarkan posisi kacamata.

"Benarkah?" Jungkook berhenti di satu kursi kosong sebelah Taehyung. Ia duduk disana sementara Taehyung menduduki meja Jungkook. "Apa Hyung?"

"Jangan terlalu baik, nanti mereka kira kau jinak." Jungkook mengerutkan alis, tidak mengerti. Taehyung terkekeh. "Kau tahu kalau aku hanya ingin yang terbaik buatmu. Apa ini berlebihan?"

"Tidak, aku mengerti hyung."

Senyum Taehyung makin lebar.

Bruk!

Suara seseorang jatuh di lantai. Seisi kelas menengok ke pintu, suaranya berasal dari sana. Jungkook tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi karena ia duduk di kursi. Tapi Taehyung tiba-tiba berdiri, wajahnya  mengeras. Jungkook tidak menyadari perubahan ekspresi kakaknya. Ia hanya diam menunggu sampai seseorang berdiri dari sana.

"Hei, kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja. Ow! Sebenarnya agak nyeri sih"

Bola mata Jungkook membulat. Ia mengingat jelas suara itu. Suara milik seseorang yang ia rindukan selama ini. Suara seseorang yang muncul tiba-tiba dan menyuruhnya berjanji untuk tetap hidup. Suara yang lama sekali tidak ia dengar dalam kurun waktu beberapa bulan karena mereka tidak pernah bertemu lagi. Jungkook berdiri untuk menemukan orang itu. Tapi tangannya digenggam erat oleh Taehyung.

"Hyung?"

"Kita sudah membicarakan hal ini." desis Taehyung. Jungkook menelan ludah. Ia menoleh pada pintu dengan raut gelisah, dimana kemudian Jungkook menemukan orang itu sudah berdiri dengan senyum diwajahnya.

Jungkook membeku, orang itu juga melihatnya.

Jimin melihatnya.

"Kook?"

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang