Jangan lupa kasi tau kalo ada typo!
.
.
.Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya diluar ruangan, di bawah terik matahari daerah perbukitan, menjelahi hutan sekitar aliran sungai sebelah pondok.
Ada banyak hal menakjubkan untuk di saksikan. Di antaranya populasi binatang liar seperti rusa dan burung di atas rindang pepohonan serta eksotisme matahari terbenam yang terlihat jelas dari sisi hutan sebelah barat. Jungkook suka melihat Jimin berlarian di ladang hijau, tapi ia akan berubah rusuh kalau mendapati anak itu memanjat pohon -meski pada akhirnya mereka lebih sering memanjat pohon bersama dan beristirahat di atas dahan.
Jimin jadi terbiasa dengan omelan Jungkook tentang larinya yang ceroboh atau kebiasaannya melempar kepala kebelakang kalau sedang tertawa.
"Kalau ada pohon dibelakangmu, kepalamu bisa benjol, hyung."
Jimin pernah terjatuh, sering malah. Hal itu seringkali membuat Jungkook merasa buruk karena berpikir tidak bisa menjaga kekasihnya dengan baik. Kadang ia hanya ingin menghabiskan waktu di rumah saja sambil menonton sesuatu dari layar TV plasma ruang tamu, bermesraan sepanjang hari, melakukan kegiatan aman seperti memasak atau berenang dalam bathub.
Tapi Jimin selalu tergiur dengan hasil pencariannya di internet. Ia merayu Jungkook untuk pergi keluar rumah, menyelipkan kata-kata manis seperti laut di ujung pulau, burung beo, atau dermaga penuh pelikan. Dan Jungkook tidak pernah tidak tegoda dengan kata-kaya Jimin. Ia selalu berakhir membuntuti, melihat kekasihnya tertawa lebar usai mendapat apa yang ia inginkan. Bagi Jungkook sendiri ia menginginkan apa yang Jimin inginkan, Jungkook merasa keadaannya bisa semakin baik jika mereka tetap berada disini.
Sayang mereka masih kuliah dan liburan berakhir besok.
-
Jimin terbangun dari tidurnya.
Cuaca cerah di luar jendela, ia berpikir untuk menyiapkan sarapan.
Jimin beranjak menuju dapur, membersihkan dirinya sebelum berkutat dengan roti dan pemanggang. Tidak banyak bahan makanan tersisa karena hari ini hari terakhir berada di pulau. Jimin menghela napas, senyum tipis terpatri di bibir plum ketika dirasa pekerjaan selesai.
"Hyung."
Jimin menoleh, mendapati Jeon Jungkook tengah berdiri di pintu. Wajahnya kusut, rambut acak-acakkan. Ia hanya mengenakan boxer dan mata besarnya mengerjap lapar pada potongan roti di atas meja.
"Pergilah mandi, lalu sarapan."
Perintah Jimin dipatuhi. Jungkook terlihat seperti bocah- kakinya terhuyung menuju kamar mandi. Kelihatan sekali masih mengantuk.
Yah, tidak salah siapa-siapa sih. Jimin mendengus geli mengingat kejadian tadi malam.
Ia dan Jungkook bertaruh untuk sesuatu yang konyol. Jimin ingin Jungkook membiarkannya tidur tenang jika ia berhasil sampai rumah duluan. Sedang Jungkook tentu tidak mau-ia punya rencana sendiri tentang malam mereka. Anak itu seperti bocah yang tidak kenal rasa lelah. Dan tentu saja, untuk urusan olahraga Jimin tidak pernah lebih hebat dari Jungkook.
Jadilah mereka tidak tidur. Jungkook mendapat apa yang ia inginkan hingga pukul 3 pagi. Meringis saat Jimin minta waktu untuk istirahat. Tapi akhirnya Jungkook malah tidur lebih dulu, ia terlelap usai Jimin kembali dari kamar mandi.
"Aku tidak ingin keluar, hyung." Rengek Jungkook saat Jimin mulai membuka smartphone.
Mereka sekarang tengah berada di ruang tamu. Jungkook meraih remote televisi dan mengeluarkan satu DVD lantunan musik jazz. Ia menyetel benda itu dan membiarkan dirinya berbaring di pangkuan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
AléatoireJungkook berusaha menjauhkan semua orang dari dirinya karena ia telah menganggap hidupnya hancur. Jungkook selalu berpikir ia tidak pantas selamat. Semua karena pembunuhan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dunia tidak lagi adil bagi pemuda it...