CH2 : "Day 0" part b

28 14 9
                                    

DAY – 4

"Miami, Okinawa, Ibiza, Maldives, Phuket, Bali. Hmmmmm pantai mana yang bagus untuk aku kunjungi. Apakah aku sebaiknya pergi bersama ayah"

Botanical Garden jam 11 malam, Alizia masih duduk santai di meja teh dengan memainkan telepon genggamnya. Diatas meja itu ada setoples kue kering yang ukurannya cukup besar, Teko teh yang duduk diatas pemanas air, dan cangkir antik yang berdekatan dengan posisi Alizia.

"Aaaa Liiii Ziiii Aaaaa" seorang bos mafia berlari kearah meja the dan langsung menempelkan telapak tangan ke pipi gadis yang duduk disana.

"hei hei hei tidak baik jika kau sering tidur larut malam, kau akan keriput dan lelaki tidak mau berkencan denganmu"

Sebelum menjawab ayahnya, Alizia menarik nafas panjang.

"30 menit yang lalu aku baru pulang dari Transamerica, aku baru mandi dan menikmati waktu tehku, ayolah aku hanya punya waktu kurang dari 2 jam untuk bersantai sebelum aku tidur"

"Ahahaha baiklah jika begitu, maaf sudah mengganggu istirahatmu nona Presdir"

Ramon melepaskan telapak tangan dari pipi anaknya, dia melangkah menuju lift untuk turun ke bawah. Alizia menaruh handphone dan mengambil cangkir tehnya, tetapi cangkir tersebut gagal dia raih. Dibatasi oleh meja, Sesosok anak perempuan berambut putih duduk di kursi satunya.

"Teh ini enak tapi terlalu manis. . . . Kau tidak kena diabetes Alice?"

Meja dipukul oleh Alizia dengan pelan, lengannya kini tergeletak di meja membentuk siku yang akan menjadi bantal untuk menyanderkan kepala. Dengan wajah yang lelah sambil menyanderkan tangan dikepala dia mengabaikan anak perempuan disebelahnya karena dia berpikir itu hanya ilusinasi akibat kelelahan.

"Kemarin kau bertemu Hermes kan, kau mendapatkan surat hitam lagi ?"

"ahhhhh, baiklah aku tidak jadi mengobrol"

Lawan bicara Artemis terlihat sudah tertidur di atas meja teh, seketika dia berdiri dan menaruh sepucuk surat di atas cangkir teh. Anak perempuan itu membuka payung hitamnya, dan berjalan menuju jendela seakan akan dia akan terjun dari ketinggian Rincon Hill. Sebelum dia menembus kaca yang tebal dihadapannya, dia memandang Alizia dan berjalan balik kearahnya.

"Anuu. . .kue coklatnya enak. aku boleh minta kan Alice?"

DAY – 3

"Hmmm tertidur sambil duduk lagi. . . . Okei saatnya siap siap"

Alizia terbangun dari meja tehnya, dan langsung menuju kamar. Setelah bersiap Ray sedang menyiapkan the dan memandangi anak bosnya.

"Selamat pagi Nona Alice, maaf tuan Monroe tidak bisa ikut minum the karena dia sudah berangkat ke bandara pagi ini"

"Hmm, Okei"

"Ngomong ngomong nona Alice, toples kue yang aku taruh di meja ini kemana?"

Tatapan mereka berdua terpaku pada meja yang semalam padat karena ada toples kue.

"mengapa anda bersiap pagi sekali? padahal sabtu ini anda tidak ada jadwal kuliah. . . Ohh aku tahu kau mengikuti club drama di kampus, tapi Mordi sedang mengawal ayahmu"

Ray memberikan pernyataan itu karena dia melihat Alizia membawa Koper kecil di samping kirinya.

"Paman Bebek selalu so tahu, aku akan los angeles untuk 2 hari kedepan"

"Oh liburan singkat, baiklah akan kuantarkan ke Bandara"

Pembicaraan singkat dua orang itu selesai. Mereka langsung turun gedung dan menuju basement untuk masuk ke mobil. Seperti biasa Alice selalu duduk di kursi kiri belakang.

"Ngomong ngomong Ayah kemana?"

"Dia baru saja berangkat ke Miami, tadinya dia ingin membangunkanmu dan mengajak pergi, tapi dia tidak mau mengganggumu. . . Sebaiknya kau meluangkan waktumu untuk ayahmu Nona"

"Yaa aku ingin sih, tapi mungkin bukan minggu ini. Aku butuh waktu untuk memanjakan diriku sendiri"

"Hahaha, Alice yang dulu sangat manja dan imut kini menjadi gadis yang mandiri dan disegani"

"Maksud paman bebek aku sudah tidak imut lagi"

Ray melihat gadis itu dari kaca spion, dia melihat wajah yang cemberut sambil menatap pemandangan dibalik kaca kiri mobil.

Alizia telah sampai di hotel pantai Santa Monica. Dengan wajah yang tampak tenang menggambarkan perasaan lega dan terbebas dari urusan bisnis, kuliah, dan ayahnya yang repot. dia membaringkan badannya dan mengguling gulingkan dirinya diatas kasur. Pemandangan luar pantai siang hari sangat bagus, dia melihat sekeliling pantai dari balkon hotel dan ada sebuah Yathc besar berwarna putih hitam sedang berlayar ke arah selatan.

"Hmm sepertinya aku kenal Yacth hitam putih itu"

Di dalam pikirannya dia membayangkan kenangan beberapa tahun lalu bersama seorang teman kecilnya. Tapi hatinya merasa gelisah karena ada orang lain di kapal itu yang menjebak ayahnya masuk penjara. Alizia mengepal tangannya sambil memandang sinis ke arah kapal pesiar yang dia tidak pernah lupa namanya.

"Black Snow. . ."

Noble GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang