Makasih

45 15 5
                                    

Setiap malamku teringat akan ketulusan matamu dan cerita dalam diammu
-Keanu

Pemikiran aneh mulai berkeliaran di otak Alsya. Bagaimana tidak? Cowok yang saat ini sedang berada di samping Alsya, mengendarai mobil dengan tenang seakan tidak ada beban sama sekali. Berbanding terbalik dengan Alsya yang saat ini terlihat gusar. Hujan tidak kunjung reda membuat suhu menjadi dingin yang justru membuat Alsya keluar keringat. Bukan karena gerah, tetapi karena ketakutan yang saat ini melandanya.

Ya allah, apa yang mau dia lakuin? Kenapa mulut gue kaku gini si?!. Dia mau bawa gue kemana? Dia siapa? Kenapa dia nggak ngomong dari tadi? Gue takut. Mama tolong teteh. Siapapun tolong gue.

Batin Alsya terus saja bersuara, membuat siapa saja yang mendengar pasti menangis. Dilanda perasaan takut, Alsya meremas rok biru yang dia pakai hingga meninggalkan lecak disana. Buku-buku jari Alsyapun sudah berwarna putih, karena terlalu erat meremas roknya.

Melihat gerak-gerik Alsya yang aneh, membuat cowok itu memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Jalan yang sepi karena hujan membuat ketakutan Alsya bertambah. Perlahan cowok itu menolehkan kepalanya ke arah Alsya.

"Lo... Nggak papa?" tanyanya hati-hati. Pelupuk mata Alsya sudah berair dan siap meluncurkannya. Cowok itu mengernyitkan alisnya. "Lo... Nangis?" tanyanya lagi.

"Gu... Gue... Ma... Mau... Pu... Pulang"

tes

tes

tes

Lolos. Air mata itu berhasil lolos tanpa ada halangan. Alhasil membasahkan rok yang Alsya pakai. Cowok itupun panik, tidak tahu harus berbuat apa.

"Gue bakal nganter lo pulang kok! Sumpah!" ucapnya dengan suara seperti anak tk ketahuan sudah membuat temannya menangis. Dengan jari telunjuk dan jari tengah membuka sehingga membentuk tanda pis. Karena kelakuan cowok tersebut, membuat Alsya menoleh kearahnya setia dengan air matanya.

"Gue mau pulang hiks gue takut" ucapnya dengan sesekali sesegukkan.

"Iya, lo bakal pulang. Lo takut kenapa?" jawab cowok itu dengan tenang dan tidak sehisteris tadi.

"Tapi ini bukan arah rumah gue" ucap Alsya dengan tangan yang sibuk menghapus airmatanya.

"Oh, gue kira kenapa. Yakan gue nggak tau arah rumah lo, jadi gue mau ngajak lo makan dulu" ucapnya santai.

"Gue nggak laper" singkat dan datar.

"Tapi gue laper" sekenanya.

Jogeuman nalgaetjit neol hyanghan ikkeulim naege ttararora sonjitan geot gataseo ~~

Dering ponsel Alsya membuat percakapan diantara mereka terhenti. Tertera kata MAMA disana, yang berarti mama Alsya menelpon.

"Gue harus ngomong apa nih?" monolog Alsya.

"Bilang aja lagi makan sama temen" jelas cowok itu.

"Gue nggak nanya lo" datar dan dingin. Membuat cowok itu kaget, pasalnya saat berbincang didepan kelas tadi Alsya tidak se-dingin ini.

Nih cewek dingin banget kek es batu. Padahal tadi b aja. Makin penasaran gue. Tapi emang gue bikin kesalahan ya? Berubah drastis anjir.

Batin cowok itu, dengan mata yang masih terfokus ke Alsya yang sedang menatap dirinya datar. Alsya memutuskan kontak matanya dengan beralih menatap kaca di sebelahnya dan memilih tanda terima dilayar ponselnya.

"Assalamualaikum, mah" salam Alsya sehangat mungkin.

Gila. Parah. Nih cewek aneh . Sama gue dingin banget, giliran sama mamanya adem anyem. Setan.

ALKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang