1

116 27 2
                                    

Setelah 3 hari tak pulang kerumah dan tak masuk sekolah. Dita berada di rumah Daffa dan malas kemana mana. Rasanya percuma karena tak ada yang bisa mengertinya selain Daffa dan tante Elis -mama Daffa-. Saat ini pukul 16.47 WIB Dita mengganti pakainnya dan segera bergegas pamit dari rumah Daffa.

Disini sekarang Dita berada,plang bertuliskan Tempat Pemakaman Umum. Sudah hampir setahun yang lalu Dia tak kemari dan rasanya kaki nya sangat kaku untuk masuk kedalam tempat itu dan bertemu dengan orang yang sangat disayanginya.

"Mama." Bisik Dita dengan suara serak karena matanya sudah mulai panas.

"Dita kangen mama,bagaimana keadaan mama disana? Apakah mama baik baik saja? Disana pasti udah gak ada yang nyakitin mama lagi kan?" Dita sudah tak kuat menahan tangis nya.

Hampir 3 tahun yang lalu mama Dita pergi meninggalkannya dan menjadikan Dita perempuan liar.

"Dita sayang mama."

Sudah hampir jam 6 sore Dita belum pulang kerumah dan Dia tertidur di makan itu.

***

Hari minggu ini kediaman Anggara sedang berduka karena sang nenek sudah tiada.

"Gue sebagai sahabat lo turut berduka ya lang." Ucap Angga sahabat Elang

Elang hanya mengangguk lirih.

Sahabat Elang semua hadir disini. Angga,Evan,Eza,dan Davin.

Disini juga ada Tami yang selalu menyemangati Elang saat dia terpuruk seperti sekarang ini. Mungkin Elang sangat merasa kehilangan apalagi sejak kecil dia bersama neneknya.

"Aku tau kamu pasti sangat sedih atas kepergian nenek." Ucap Tami kepada Elang dan mengelus pundak Elang.

"Iya makasih karena kamu selalu ada saat aku seperti ini" balas Elang dengan senyum yang sangat singkat.

Sedangkan empat orang sahabat Elang masih setia berada di tempat Elang. Tali persahabatan mereka memang cukup erat.

"Bukan hadiah,melainkan kebersamaan dalam bermain,bukan siapa yang menang,tetapi sebuah kesadaran bahwa kita satu saudara." Batin Angga dalam hati sambil tersenyum melihat sahabat sahabatnya begitu akrab meskipun dalam keadaan berduka seperti ini.

"Woii ngapa lo senyam senyum kayak kodok bancet." Ejek Evan dengan tertawa kuat.

"Hee suara lo itu,suasana masih kayak gini bisa bisanya kalian adu mulut is is is." Balas Eza dengan senyum jahil.

"Selo aee lo ahh." Ucap Angga dengan santai.

Setelah beberapa jam yang lalu akhirnya nenek Elang sudah dikuburkan di pemakaman umum daerah dekat rumah Elang.

Erna -bunda Elang- sangat terpukul atas kepergian sang ibu.

"Bun sudah ya,semua gak bisa diulang. Elang tau Bunda pasti kuat." Elang sangat mengerti perasaan bunda nya.

Setelah itu banyak rekan kerja Anggara dan Erna yang mengucapkan belasungkawa atas kepergian sang ibu.

Lalu Erna dibawa pulang oleh Anggara -ayah Elang- kerumah mereka dan menenangkan sang istri.

Setelah makam sudah sepi dan sahabat Elang sudah pergi,barulah Elang menatap makam neneknya dengan perasaan nanar.

"Jika yang pergi tak akan kembali lagi,Elang ikhlas nenek pergi." Tanpa disadari air matanya sudah menetes di makam neneknya.

Siang itu setelah dari makam neneknya Elang melihat seseorang tengah tertidur di sebuah makam,Elang bergidik ngeri melihat itu tapi dengan gentle dia mendatangi seseorang itu dan memastikan bahwa itu adalah bener orang.

"Ahh,mana mungking siang bolong gini ada hantu." Kacau Elang sambil tertawa sedikit.

Setelah mendekat Elang mencoba memanggil seseorang tersebut.

"Mbak oo mbak." Panggil Elang sambil mengguncangkan seseorang tersebut.

"Aku kangen mama,mama kok cepet banget perginya." Seseorang tersebut mengigo sekaligus mengeluarkan air mata dan membuat Elang sedikit takut.

"Aduh mbak bangun dong." Panggil Elang sekali lagi.

"Hmmmm." Baru lah perempuan tersebut bangun dan melihat ada laki laki dihadapannya.

"Ngapain lo disini?lo ngapain gue?" Ketus perempuan yang sama sekali tidak Elang kenali.

"Emmm anu mbak anu." Elang menjadi terbata bata berbicara karena melihat kecantikan perempuan dihadapannya ini.

"Basi!" Delik prempuan itu tanpa senyum.

"Duhhh cantik cantik kok judes,awas lo gak dapet cowok ganteng kayak gue." Pede Elang.

***

Setelah pulang kerumah ternyata Angkasa -papa Dita- ,Dito,Doni,dan Dave -kakak kakak Dita- sudah ada di rumah dan mereka sedang berada di ruang keluarga.

Tanpa mengucap salam Dita langsung masuk kedalam rumahnya dan menggugah ke empat lelaki yang ada dirumah itu atas kehadiran Dita

"Dita,darimana kamu?" Tanya Angkasa kepada putri satu satunya dari buah pernikahannya dengan Almarhumah Kanaya istrinya.

Tapi Dita tetap diam dan terus melangkah menuju kamarnya.

"Dita kamu ditanya papa lohh." Ucap Doni kepada Dita.

"Dari tempat mama,aku kangen mama." Ucap Dita lirih tanpa membalikkan badan karena saat ini matanya sudah memanas dan terdapat bendungan air mata.

Semua lelaki yang sedang melihat kearah tv pun langsung melihat ke arah Dita dan terdiam.

Mungkin mereka tidak tahu bagaimana perasaan Dita saat mereka tidak ada.

"Pa,apa papa merasa bahwa Dita berbeda sejak kepergian mama?" Tanya Dave datar kepada sang ayah.

"Mungkin adik kalian itu memang sangat kehilangan seorang ibu maka membuatnya menjadi perempuan yang hidup diantara kakak kakak gerot seperti kalian." Ejek Angkasa kepada tiga anak laki lakinya ini.

Padahal guyonan Angkasa sama sekali tidak membuat lucu ketiga anaknya ini dan malah membuat mereka bersedih atas ucapan Dita tadi.

"Aku kekamar Dita dulu." Dito langsung berjalan kekamar adik kesayangannya itu.

Why Not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang