Bab 2

4K 720 29
                                        

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Kicauan burung yang menyambut embun pagi terdengar merdu. Mrs. Cherry menguap sebelum berjalan menuju kamar nonanya. Dia membuka pintu dan jantung wanita tua itu hampir melompat keluar saat melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Pakaian sang majikan terlihat berceceran di lantai. Sebuah gunting besar tergeletak di atas meja rias dengan kumpulan rambut berserakan di sekitar.

"Mi-miss Maisha?" tanya wanita tua itu dengan ekspresi ketakutan. Dia melangkah masuk semakin dalam dan menemukan jendela kamar dalam keadaan terbuka lebar.

Mrs. Cherry menjulurkan kepala keluar jendela untuk menemukan jejak sepatu yang menjauhi pohon. Pelayan itu terkesiap. Dia segera mengangkat gaun dengan kedua tangan, lalu berlari keluar sambil menjerit memanggil nama Dowager Charlotte.

*****

Maisha memeriksa kompas untuk terakhir kali sebelum dia kembali menjalankan kuda menuju jalan besar yang diapit oleh deretan pepohonan pada sisi kanan dan kirinya. Mata cokelatnya mengamati beberapa ekor burung yang terbang rendah sambil berkicau.

Matahari sudah terbit satu jam silam dan Maisha mulai merasa kelaparan. Gadis itu menghentikan kuda di pinggir jalanan yang berbatu, lalu turun dari tunggangannya sebelum membuka ransel cokelat yang tergantung pada sisi pelana dan meraih sepotong roti dan sebotol air.

Gadis itu menguap lebar kemudian menuju sebuah batu besar untuk duduk di atasnya. Dia kembali membuka dompet sulaman untuk mengeluarkan kertas yang menjadi petunjuk jalannya.

"Runda ...," ucap Maisha sebelum menggigit potongan roti, lalu mengunyahnya. "Gerald mungkin berada di sana."

Princess merunduk untuk melahap rumput segar yang masih dibasahi embun pagi. Binatang itu meringkik pelan. Hiasan cantik yang biasanya berada di depan moncongnya telah dilepas oleh Maisha dan diganti dengan tali kekang biasa.

Maisha mengembuskan napas panjang. Bibinya tentu sedang luar biasa marah dan akan menghukum gadis itu. Dia memasukkan potongan roti terakhir ke dalam mulut dan meneguk air banyak-banyak sebelum bangkit berdiri dan berjalan menuju kudanya.

"Ayo, kita jalan sekarang," ucap Maisha menepuk lembut sisi tubuh binatang itu kemudian naik ke atasnya.

*****

Maisha menunggang Princess hingga satu jam lamanya sebelum suara riuh menangkap perhatian Maisha. Pandangan gadis itu terarah pada gerombolan orang yang sepertinya sedang mengantre di depan sebuah tenda cokelat penuh tambalan yang terpancang di sisi jalan.

Seorang pemuda berjalan terpincang-pincang keluar dari dalam hutan yang berada di dekat tenda sambil menggerutu sebelum sebuah seruan terdengar dari sana. "Berikutnya!"

Apa yang sedang terjadi? Kening Maisha mengerut heran. Matahari sudah semakin terik. Namun, orang-orang itu tidak memedulikannya dan terlihat antusias.

Maisha turun dari tunggangannya. Gadis itu menuntun Princess untuk berjalan mendekati antrean.

"Permisi, ada apa? Mengapa ramai sekali?"

Pria yang ditanya pun menoleh ke arah Maisha. Dia mengamati penampilan gadis itu dari atas hingga bawah sebelum menjawab, "Kelompok Wyvern sedang membuka pendaftaran. Kau tidak cocok, terlalu kurus. Pergi saja sana."

"Kelompok ... Wyvern?" Mata Maisha melebar. Gadis itu mengabaikan pengusiran terang-terangan yang dia baru dapatkan dan kembali bertanya, "Dari divisi mana?"

Lady Wyvern [ Petualangan Nona Penakluk Wyvern ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang