[1] : Rencana Masuk Pesantren

219 24 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaa!

Apa wajar jika hak berpendapat seorang anak di rampas karena kata 'orang tua tau yang terbaik untuk anaknya'?

_________________________________________

Happy Reading guys ♡

Setelah makan malam, satu keluarga dengan tiga anggota keluarga itu berkumpul seperti biasa di ruang keluarga. Biasanya mereka akan menonton siaran TV atau hanya sekedar bercerita kejadian yang di lewati hari ini.

Bulan Adara Tulip Auristella, gadis dengan piama tidur serta rambut panjang yang sengaja di gerai duduk di sofa dengan tatapan fokus pada kalimat demi kalimat yang tercetak dalam novel yang berada digenggamnya.

Membaca huruf demi huruf, hanyut dalam dunia fiksi. Menurut Bulan, membaca novel mengajak kita berkeliling rasa, masuk dalam jiwa yang tak pernah ada, lalu memainkan peran yang indah namun penuh luka.

Satu keluarga dengan tiga anggota itu kadang mengobrol ringan, sesekali becanda, bahkan berdebat dengan Bulan yang menjadi objek sekaligus subjek. Ya, Bulan akan selalu di jadikan objek perdebatan oleh satu keluarga, bahkan oleh keluarga besar. Bulan yang merupakan anak tunggal dari pasangan anak pertama ini otomatis akan menjadi cucu pertama di kedua keluarga besar. Semua rencana dan masa depannya akan di arahkan oleh banyak orang.

Beban di pundaknya pun sangat besar. Bulan yang selalu membawa serta menyimpan sendiri beban hidupnya tanpa mau bercerita kepada siapapun, termasuk kepada kedua orang tuanya.

Semua harapan keluarga, semua cita-cita keluarga yang belum terlaksana seolah menuntut Bulan untuk mewujudkannya.

Bulan tidak diberi hak menentukan kehidupannya.

"Bulan" panggil sang ayah -Bagus Anwarna yang di jawab deheman singkat oleh sang pemilik nama

"Hmm" mata Bulan masih tetap terfokus pada novel yang berada di genggamannya.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Bagus. Ani -Ibu Bulan datang dari arah dapur sambil membawa cemilan di tangannya, lalu meletakannya di meja dan duduk di sebelah Bulan.

"Baik-baik aja seperti biasa Yah" sahut bulan yang sedang menandai halaman novelnya lalu menutup novel itu, karena ia tau ayahnya ini sepertinya akan berbicara panjang. Tidak sopan bukan jika menjawab pembicaraan sambil membaca novel?

Bagus adalah seorang wirausahawan, dia mempunyai beberapa bisnis. Bulan bukan termasuk orang dengan kekayaan berlimpah, namun Bulan selalu bisa bersyukur atas apa rezeki yang ia terima. Toh masih banyak orang dibawah sana yang bahkan untuk makan saja susah.

Sedangkan Ani seorang ibu rumah tangga yang selalu membantu suaminya. Bukan ibu rumah tangga yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja lalu bersantai. Ani sosok perempuan yang kuat dan super sibuk. Sibuk dengan urusan rumah, anak juga membantu usaha suaminya.

"Ayah berniat akan memindahkan sekolah  kamu ke pesantren"

"Hah?" Kaget Bulan. Iya pasalnya ayahnya ini tidak pernah membicarakan akan memindahkan dirinya ke pesantren, namun tiba-tiba saja mengatakan itu.

"Ayah mau memasukan aku ke pesantren? Aku ngelakuin kesalahan apa sampai ayah mau mindahin aku ke pesantren?" Ujar Bulan dengan nada yang sedikit tinggi. Ani mengusap bahu Bulan agar Bulan tidak terlalu emosi. Setiap Bulan melakukan sebuah kesalahan maka akan ada hukuman yang ia dapat. Dan menurutnya masuk pesantren adalah sebuah hukuman dari kesalahan fatal.

ASMARALOKA PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang