[2] : Pesantren

136 20 2
                                    

Jangan lupa vote dan komennya yaa!

Tentang rumah yang tidak lagi nyaman dan tentang ramai yang terlalu mengganggu

_________________________________________

Happy Reading guys ♡

Senin. Hari ini hari keberangkatan Bulan ke pesantren. Bulan tidak tau apa nama pesantrennya dan dimana tempatnya. Dia tidak bertanya apa-apa, semenjak kejadian di meja makan itu, Bulan diam dan tak berbicara apapun. Semua keperluannya di siapkan oleh Ani. Tidak ada pilihan lain. Bulan harus mengikuti kemauan orang tuanya.

Pada dasarnya Bulan memang anak yang sangat penurut, apapun yang di katakan orang tuanya pasti dia ikuti. Namun, kemarin, menjadi santri di pondok pesantren tidak pernah sekalipun terlintas dipikirannya. Bulan gadis yang mandiri tapi dia juga memiliki sifat keras kepala, susah diatur, tidak suka dipaksa dan pemilih. Apa jadinya dia masuk pesantren dengan segala aturan? Pemikiran itu yang membuatnya sangat emosi kemarin ditambah kata-kata Bagus yang tiba-tiba seperti itu.

Setelah 2 jam perjalanan akhirnya Bulan sampai di gerbang pesantren Attaqwa. Bulan diantar menggunakan mobil bersama Ani dan Bagus yang menyetir. Selama perjalanan tidak ada obrolan sama sekali dari ketiganya.

"Bulan kita sudah sampai ayo turun" ucap Ani yang tidak dibalas oleh Bulan, tapi Bulan tetap menurutinya untuk turun begitu pun dengan Bagus. Ketiganya melangkah masuk menuju ndalem untuk mengobrol sebentar dengan pemilik pesantren.

Dilihatnya sekeliling pesantren ini banyak santri-santri yang sedang berlalu lalang, namun antara santri putra dan santri putri tidak banyak yang berinteraksi. Jam segini mungkin mereka sedang jam istirahat. Pesantren Attaqwa ini memiliki gedung sekolah sekaligus. Jadi para santrinya otomatis sekolah di tempat itu juga.

Surat kepindahan Bulan juga sepertinya sudah di urus-urus oleh Bagus semasih Bulan menjadi pelajar di sekolah lamanya. Karena tidak mungkin Bagus mengurus kepindahannya dalam dua hari terlebih kemarin hari Sabtu dan Minggu yang berarti sekolah tutup.

Sampainya di ndalem mereka di sambut oleh seorang pemuda yang jika ditaksir usianya sekita dua puluhan. Dia mempersilakan masuk ketiga orang itu.

"Silahkan masuk, saya panggilkan umi dan Abi dulu" ucapnya lalu pergi ke arah dalam untuk memanggil dua orang yang dimaksud. Bulan mendengar suara itu langsung menatap sang pemilik suara.

'Tampan sekali, Masya Allah' batin Bulan
'Astaghfirullah' Bulan kembali sadar dan langsung menundukkan pandangannya lagi.

Tidak lama pemuda tersebut datang dengan dua orang yang diyakini umi dan Abi yang dia sebut tadi.

"Ada tamu toh, silahkan ada yang ingin dibicarakan?" Ucap Kyai Malik yang sudah duduk dengan istrinya Umi Aisyah yang menggunakan cadar.

"Begini kyai, saya ingin memasukan anak saya ke pesantren ini" jawab Bagus dan mereka terus mengobrol membahas tentang pesantren sekolah dan aturan-aturannya. Bulan meringis mendengar salah satu aturan 'tidak boleh membawa handphone'. Apa-apaan ini, masih bisa di zaman sekarang tidak menggunakan handphone?

Pemuda tadi sudah kembali dengan nampan air di tangannya setelah tadi pamit ke dapur. Obrolan terus berlanjut hingga tidak terasa sudah setengah jam mereka mengobrol.

ASMARALOKA PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang