Risa merasakan ketidak nyamanan pada Alfian, sebenarnya dia pun merasa bersalah, tapi menolak Sheilla pun dia tak memiliki cukup keberanian.
Penghargaan diri yang rendah seringkali membuat seseorang tidak bisa mengekspresikan dirinya, serba menuruti keinginan orang lain, keinginan untuk diterima.
"Aduh Risa, makanmu banyak sekali, pinggangmu sampai ndak keliatan" komentar Sheila, Risa tergagap, Alfian melirik jengah.
Risa menghentikan suapannya sambil melirik Alfian, menebak raut muka Alfian yang juga tampak menghentikan makannya.
"Jangan berlebihan, masih segitu, Risa juga tidak segemuk itu" Kata Alfian.
"Liat pipinya tembem, Risa itu putri seorang artis besar, tentu dia harus jaga penampilan, iya kan Ris?" Risa hanya menunduk, melihat sekilas pinggangnnya, dan iya dia merasa lebih gemuk sekarang.
"Siapa yang membuat standard kecantikan harus kurus kering macam kamu?" Alfian melemparkan pandangan tajamnya pada Sheila.
"Ya memang seperti itu, bukankah sebagai laki - laki kaupun lebih suka memandang perempuan yang cantik dan langsing?" jawab Sheila.
"Tidak semua Sheila, itu standard kecantikan yang membuat kalian kaum perempuan terjajah dengan standard itu" Jawab Alfian sambil meneguk secangkir wedang uwuh.
"Laki - laki memang makhluk visual, tapi kalian salah jika melihat laki - laki hanya sebatas itu, kalian terlalu rendah menilai kami.
Perempuan sebenarnya lebih intimidatif pada perempuan lain dibanding dengan kami.
Oke, pertama kali kami memang melihat secara visual untuk bisa menetapkan menarik tidaknya seorang perempuan.
Tapi setelah itu kami menilai perempuan lebih dari sekedar penampilan fisiknya.
Apalagi jika itu mengenai masa depan kehidupan bersama kelak, laki - laki sebagai makhluk visual hanya pada kisaran usia remaja sampai awal dewasa.
Setelah itu kami lebih logic dibanding yang perempuan kira" Risa masih berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan Alfian.
"Kamu tahu Risa? Merdekakanlah tubuh dan pikiranmu agar tidak terjajah dengan standard orang lain.
Kalian memperjuangan feminisme, tapi mengikat diri pada penjajahan baru, penjajahan oleh brand, trend dan standard kecantikan diri hanya untuk sekedar decak kagum laki - laki dan masyarakat.
Kemudian kalian berharap kesetaraan dari kami?" Alfiab menyeringai merendahkan, kata - katanya yang tajam membuat Risa sedikit kaget, dan Sheila berubah pias.
"Aku pulang Ris, bapak di depanmu ini seorang chauvist" Sheila berdiri dan melangkah pergi, Risa hampir mengikutinya, tapi Alfian meraih tangan Risa menghentikannya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulimia
BeletriePerempuan seringkali terjajah oleh standard yang diciptakan orang lain