PROLOG

93 23 9
                                    

"Ini hanya mimpi"

■■▪▪■■

Dia menatapku, dia memeluk ku. Satu kecupan mendarat di kening ku. Kecupan singkat namun dapat membakar gairah ku.

"Axel!" Kerumunan lelaki bertelanjang dada itu memanggilnya. "Aku harus pergi-" dia mengusap lembut pipi ku, "-ini hanya mimpi"

"Kenapa kau terus berkata ini hanya mimpi? Ini nyata Axel!" Tekan ku padanya, namun ia hanya tertawa, tawa memilukan yang bahkan tak ingin ku dengar saat itu. "Ini memang nyata, tapi akan ku buat menjadi mimpi-" beralih ke puncak kepala ku, ia mengelus lembut rambut ku dan dengan cepat mendekap ku ke pelukan hangat nya, "-aku akan kembali, tapi hanya menjadi mimpi. Ketika waktu nya sudah tepat aku akan datang kembali sebagai kenyataan, jaga dirimu" dia menarik tubuh nya kembali. "Ini hanya mimpi," dan ia menghilang. Suara nya terus menggema tapi wajah nya tergantikan. Tergantikan oleh wajah seorang pria, menyeringai ke arah ku. Ada darah segar di sudut bibir nya. Aku tahu itu bukan dia. Tapi kenapa suara nya terus menggema. Setiap langkah dari pria itu menggema kan suara Axel.

Ini hanya mimpi
Ini hanya mimpi
Ini hanya mimpi

Pria itu semakin mendekat. Gairah terpancar di seluruh mata hitam pekat nya. Aku semakin tersudut. Tak mengerti dengan keadaan yang terjadi. Langkah nya semakin dekat. Terlalu mencekam hingga aku tak sanggup menjerit. Suara Axel juga semakin menggema.

Ini hanya mimpi
Ini hanya mimpi
Ini hanya mimpi

Benar! Ini hanya mimpi! Pria di depan ku ini tidak nyata. Ia hanyalah mimpi ku. Dan aku harus bangun untuk melawan nya.

"Ini hanya mimpi," ku ulang mantra itu berulang kali. Berharap semuanya berubah. Terjadi! Semua berubah! Berputar menjadi kelabu. Tak ada warna. Sampai ada sebuah cahaya memancar. Pria itu berdiri disana! Menatap ku lapar. Di samping nya ku lihat Axel berusaha bangkit melawan nya. Namun ia kalah cepat. Pria itu menginjak tubuh nya hingga rubuh kembali. Ia kembali menatap ku. Secepat kedipan mata ku, ia sudah berada di depan ku. Mencekik ku dan mengangkat ku ke atas. Aku kehabisan nafas sekarang. Aku akan mati. Mati dalam mimpi ku sendiri. Tidak cukup ia mencekik ku, kini ia membanting ku ke tanah. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuh ku. Ia semakin mempererat cekikan nya di leher ku. Ia berniat membunuh ku dan ia hampir berhasil, aku mulai kehabisan nafas sekarang. Aku tak bisa apa apa. Axel pun tak bisa. Aku menyerah. Aku pasrah. Aku akan mati. Dan, "ini semua hanya mimpi" cakar itu menusuk tepat di nadi leher ku. Sekali lagi, rasa sakit menjalar di seluruh tubuh ku. "Ini hanya mimpi!" Teriak ku. Suara Axel--lagi lagi-- menggema. Tapi dengan kalimat yang berbeda.

Ini bukan mimpi
Ini bukan mimpi
Ini bukan mimpi

"Ini hanya mimpi," aku terlonjak bangun dari tidur ku. Dengan nafas memburu.Keringat dingin membanjiri pelipis ku. Mimpi yang sama kembali terulang. Memikirkan mimpi ku kembali membuat ku bergidik ngeri. "Itu hanya mimpi," ku tekan kan kata kata itu dalam diriku. Tapi entah kenapa aku merasa itu semua bukan mimpi. Aku merasa itu nyata. Batin ku bertanya keheranan, "sebenarnya apa yang terjadi? Dan apa benar itu hanya mimpi?"

■■▪▪■■
TBC
.
.
.

Hai guys! Ini cerita pertama saya! Semoga memuaskan.

-DREAM- (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang