PART 1

70 17 4
                                    

'Hai!'

■■▪▪■■

Hari hari ku berjalan seperti biasa. Pergi sekolah di pagi hari dan pulang sekolah sore hari. Tak ada yang istimewa dari hidup ku. Entah kenapa aku merasa hampa. Bahkan dengan kehadiran keluarga ku, aku masih merasa hampa.

"Angel! Cepat turun kebawah! Sarapan sudah siap!" Suara mom menggelegar memanggil ku. "Ya mom!" Balas ku sembari kembali merapikan diri di depan cermin. Aku sudah siap sekarang. Dengan baju lengan panjang berwarna abu abu dan celana jeans hitam. Rambut panjang ku, kubiarkan tergerai. Lihatlah. Aku tampak seperti.... aku.

Tak ingin membuat mom kembali memanggil ku, aku segera mengambil tas ransel ku dan bergegas keluar kamar, menuruni tangga, menuju lantai bawah. Sampai di lantai bawah, wangi harum makanan sudah tercium. Mom pasti memasak rendang. Aneh memang. Kami tinggal di Fork, Amerika Serikat. Tapi makanan kesukaan kami rendang. Pasti kalian berfikir kami berasal dari Indonesia. Jika kalian berfikiran seperti itu, maaf sekali, pikiran kalian salah. Kami berasal dari negara ini--Amerika Serikat--tapi kami pernah singgah di wilayah Sumatra Barat, Indonesia disaat usia ku 12 tahun. Lalu pindah ke daerah Kalimantan Barat, Indonesia disaat usia ku 14 tahun. Dan pindah kembali ke Fork, Amerika Serikat disaat usiaku 16 tahun. Dan kini usia ku beranjak 17 tahun.

Tanpa menunggu lama, dengan sendirinya kaki ku melangkah menuju dapur. Benar dugaan ku. Di meja makan sudah tersedia sepiring rendang. Ku dudukan diriku di kursi makan berhadapan dengan Alice adik ku. "Selamat pagi kak!" Sapa nya. "Selamat pagi Alice" balas ku. "Selamat pagi keluarga ku!" Sapa suara bariton yang berasal dari Charlie, ayah ku. "Selamat pagi dad!" Sapa kami serempak. Charlie melangkah mendekati Ana--ibuku-- yang sedang mempersiapkan sarapan di dapur. Tanpa bertanya pasti kalian tahu apa yang mereka lakukan.

Kring...

Smartphone ku berdering. Menandakan adanya telepon. Nomor tidak dikenal. Ku beranikan diri mengangkat telepon itu dan hening. Tak ada suara sama sekali. Ku putuskan menjauh dari ruang makan. Sekarang aku berada di luar rumah. Tepat nya di halaman rumah ku, masih dengan smartphone yang menempel di telingaku. "Halo, ini siapa?"

Tut...tut.....

Sambungan di putuskan sepihak. Apa apaan ini?  Ku putuskan masuk kembali ke rumah. Entah kenapa aku merasa ada sesuatu atau seseorang yang sedang mengawasi ku saat ini.

"Angel ayo makan! Sarapan sudah siap!" Ajak Charlie. Aku menurut. Ku langkahkan kaki ku dan mendudukan diriku kembali seperti semula. Ana duduk di sebelah kiri Alice sedangkan Charlie duduk di sebelah kanan ku. Mereka makan dengan perasaan bahagia. Tidak sepertiku yang makan dengan perasaan gelisah. Aku merasakan ada sesuatu atau seseorang yang mengawasiku. Walau sedang berkumpul bersama keluarga  ku tetap saja aku merasa takut. Aku merasa sendiri. Aku merasa hampa.

***
Charlie mengantar ku ke sekolah dengan mobil polisi nya. Dia bukan orang yang mudah basa basi tapi dia cukup menyenangkan. "Kau cantik hari ini," puji nya tanpa melihat ke arah ku. "Terimakasih" hanya kata itu yang bisa ku keluarkan sekarang. Entah kenapa kejadian beberapa menit yang lalu masih membawa ketakutan hingga menit sekarang. Aku masih merasa takut. Aku masih merasa gelisah. Dan aku masih merasa diawasi. Entah oleh sesuatu atau seseorang. Lalu wajah pria yang menyeringai di mimpi mimpi ku berada di depan mata ku. Aku melihat nya. Disana. Dibalik pepohonan di hutan yang kami lewati. Menatap ku dengan seringaian nya. Sama persis seperti di dalam mimpi ku. "Hentikan mobil ini!!" Teriak ku. "Apa?" Charlie mengernyit heran. "Hentikan!!!" Jerit ku. Dengan terpaksa Charlie mengerem mobil secara mendadak.

Aku segera keluar dari mobil. Mata ku terus menatap pria dibalik pepohonan itu. Yang tengah menatap ku. Yang tengah menyeringai ke arah ku. Dan dia menghilang. Berlari memasuki hutan.

Aku tahu itu jebakan. Agar aku masuk ke dalam hutan dan dia dengan leluasa bisa  membunuh ku tapi rasa penasaran mengalahkan jalan pikiran ku. Tanpa pikir panjang aku segera berlari memasuki hutan. Tak memperdulikan suara Charlie yang menereaki ku sedari tadi. Aku terus berlari. Berlari memasuki hutan. Berlari diantara pepohonan. Berlari diantara kegelapan. Berlari menemui ajal.

Dia disana. Berdiri membelakangi ku diantara pepohonan besar itu. Ku hentikan laju langkah ku beberapa meter diantaranya. Hening. Tak ada yang memulai percakapan. Dan aku merasa gelisah karena nya. "Siapa kau?" Dengan nada cepat, suara bergetar, pertanyaan itu keluar dari bibir ku dengan sendiri nya. Meninggalkan rasa takut yang teramat sangat dalam di diri ku.

Dia membalikkan tubuh nya-- menghadap ku--dan sekarang aku bisa melihat wajah nya dengan jelas. Dia tampan. Dengan mata coklat, kulit putih pucat, hidung mancung, rahang tegas, dan bibir merah. Dia terkesan dingin. Tatapan kami bertemu. Dia menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan aku tahu sekarang ia sedang menahan nafsu nya untuk tidak membunuh ku tapi mengapa ia lakukan itu?

"Hai!" Sapanya sembari memberikan senyuman bukan seringaian. Dan itu membuat ku sedikit lega. "Hai, siapa kau?" Pertanyaan itu kembali meluncur dari bibir ku. Dan aku takut dia akan marah, tapi tidak. Dia tetap tersenyum tapi pandangan nya masih sulit diartikan. "Kita akan bertemu suatu saat nanti dan kau akan jadi milik ku."

"Dia hanya akan jadi milik ku!" Desis seseorang di balik pepohonan.  Axel. Pria itu Axel. Dia tampan. Dengan mata coklat, kulit putih namun tidak pucat, rahang tegas, hidung mancung dan bibir nya yang seksi. Dia memberikan kesan yang berbeda. Hangat. Itulah yang kurasakan. Tapi tidak untuk pria di depan ku ini. Mereka saling beradu tatap. Tatapan yang tak aku mengerti. Tatapan mereka tajam satu sama lain namun entah kenapa aku merasa ada makna di dalam tatapan mereka. Serempak mereka melihat ku kembali. Dan dengan serempak mereka mengatakan, "ini hanya mimpi!"

"Ini bukan mimpi!" Aku terlonjak bangun. Dengan nafas memburu Ku dapati diriku di kamar. Bagaimana bisa? Aku ada dihutan tadi, kenapa bisa berada di kamar? Lalu sekolah ku? Charlie? Bagaimana dengan nya?
Aku segera bergegas keluar kamar, menuruni tangga, menuju lantai bawah. Ku dapati Charlie berada di ruang baca, sedang mengisi kembali peluru semua senapan nya. "Dad bukan kah tadi kita sedang berangkat menuju sekolah?" Ku tanyakan hal itu pada nya. Dan ia mengernyit heran. "Tidak sayang, kita baru saja makan malam. Lihatlah jam berapa sekarang! Pagi masih lama puteri ku!" Jelas Charlie yang tak dapat ku terima. Apa apaan ini? Apa yang terjadi? Dan benarkah itu hanya mimpi?

TBC
.
.
.

-DREAM- (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang