FOURTH : Lelah

2.2K 131 19
                                    

"Dukk !!!"
Amanda menendang kuat ember yang berada di hadapannya sambil terus mengumpat. Dia baru saja membersihkan setengah dari seluruh ruangan kelas, termasuk gudang belakang kamar mandi. Badannya serasa lemas dan tak berdaya. Dia menggerutu pelan. Andai saja dirinya mau menahan emosinya dan tidak mencoba menyerang Dinda, pasti tidak akan seperti ini jadinya.

Gadis itu melirik jam yang berada di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam 4 sore. Suasana sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa guru yang masih berada di ruangannya entah mengerjakan apa. Siswa-siswi juga sudah pulang sejak 2 jam yang lalu, kecuali anak-anak yang sedang berlatih basket di lapangan.

"Huft..." Amanda segera mengambil sapu dan dengan gerakan cepat menyapu lantai yang kotor tersebut. Diusapnya peluh yang sedari tadi mengalir dari pelipisnya. Dia tidak ingin terus-terusan mengumpat pada kakak kelas yang bernama Dinda, atau pada Farrel, ketos yang telah  menyebabkan dirinya menerima hukuman ini. 'Hanya buang-buang tenaga.' pikirnya.

"Gak adil!! Kenapa cuma gue yang dihukum?" katanya sedikit emosi. Dia baru saja menyelesaikan hukumannya itu. Pukul 17.15. Dia sudah menghubungi supir pribadinya untuk menjemputnya jam setengah enam.

Amanda duduk di kursi taman, dibawah pohon yang rindang. Dia memijat-mijat kepalanya yang terasa pening sejak tadi. Seluruh badannya terasa kaku dan mati rasa. Belum lagi tenggorokannya yang kering seakan-akan membuat dirinya hampir tercekik karena dehidrasi.

Dia meraih tasnya dan mencari botol minuman yang biasanya dia bawa. Namun lagi-lagi, nasib sedang tidak memihak kepadanya. Dia lupa tidak membawa air minum dari rumah. Amanda mendengus pelan. Disaat-saat yang genting seperti ini, dia malah lupa tidak membawa minum, padahal jam segini pasti kantin sudah tutup. Mau cari minum dimana? Di dekat sekolah ini juga tidak ada warung terdekat. Jadi terpaksa dia harus menahan dahaga yang sejak tadi melandanya.

Gadis itu akhirnya mencoba memejamkan matanya. Menikmati sore yang begitu menyiksa dirinya.   Angin berhembus pelan membelai wajahnya. Suara-suara burung terdengar begitu nyaring di telinganya. Entah sudah jam berapa ini. Amanda juga tidak peduli. Saat ini, dia hanya ingin memejamkan matanya sendirian dan menikmati angin sore disini. Dia begitu lelah, terlihat dari raut wajahnya. Seragam MOS nya juga sudah kusut, apalagi rambutnya yang sudah awut-awutan tidak tertata.

Tanpa sadar, sejak tadi ada seorang pria yang tengah memperhatikannya.
Amanda tak menyadarinya, sampai suara bariton orang itu mengganggu telinganya.

"Kayaknya lo capek banget deh..." ucap pria itu. Amanda mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. Matanya memicing dan dahinya berkerut melihat sesosok laki-laki yang tak asing lagi baginya. Lelaki itu mengenakan kaos basket yang basah karena keringat. Amanda menebak, pasti orang ini baru saja berlatih basket.

"Nih, buat lo." lanjut laki-laki itu sambil menyodorkan sebotol air mineral kepadanya. Amanda masih tetap tidak bergeming. Ditatapnya sebotol air mineral yang kini masih berada ditangan lelaki itu.Amanda tidak mungkin lupa dengan pria di hadapannya ini. Dia adalah ketos sok ganteng dan sok bijak di sekolahnya.

"Gara-gara dia, gue jadi kena hukuman!Sial!!" batinnya.

"Udah, ambil aja. Gue tahu lo haus!"

Akhirnya, tanpa pikir panjang, Amanda mengambil sebotol air mineral itu, lalu meminumnya sampai habis. Kali ini, rasa hausnya mengalahkan gengsi dan ego nya.

"Kayak anak kecil" ucap lelaki itu sambil terkekeh pelan. Amanda memelotot tajam. Tentu saja dia tidak terima dibilang seperti itu.

"Ini udah sore. Lo pulang bareng gue aja ya? Gak baik cewek pulang sendirian!"  Farrel tidak mengindahkan pelototan tajam dari Amanda.

THE ICE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang