NINTH : Benci

1.1K 54 10
                                    

Kamar yang cukup luas dengan almari, meja belajar, sofa, tempat tidur, TV, PS, dan peralatan mewah lainnya itu kini sedang ramai oleh suara-suara orang didalamnya. Sedari tadi, suara mereka yang sibuk bermain game atau sekadar becanda saling mengejek terus saja memenuhi ruangan itu. Ya. Farrel, Reno, Bima, dan Adit memang sudah berencana untuk pergi ke rumah Rangga. Saat ini, mereka sedang berada di kamar Rangga.

Kamar Rangga yang tadinya terlihat bersih menjadi kotor karena ke-empat sahabatnya. Bungkus makanan tergeletak begitu saja dimana-mana. Juga meja belajar yang dipenuh buku-buku berserakan, serta bantal dan selimut yang sudah tidak berada pada tempat yang seharusnya, melainkan berada di lantai.

Bima sedang menonton televisi kesukaannya drama korea, Adit sedang bermain game di ponselnya, Reno sibuk dengan laptopnya, Farrel fokus membaca novel. Sedangkan Rangga sedang mandi di toilet yang berada di sebelah kamarnya.

"Lo tadi kesambet apaan Rel sampai nyamperin cewek?" Reno memulai percakapan. Dia menatap Farrel yang tengah melamun sebentar, kemudian melanjutkan kembali aktivitas mengetiknya di laptop.

"Iya, lo gak lagi hilang ingatan kan, Rel?" tambah Adit. Cowok itu sedang memainkan game di ponselnya. Sesekali berteriak-teriak heboh jika hampir saja terjadi game over.

"Suerr, gue tadi ngakak lihat lo" Bima ikut-ikutan menyahut.

"Njirr, pengen muntah gue denger bahasa kakak-adek lo!" lanjut Bima sambil mengunyah snack yang telah disediakan oleh pembantu Rangga tadi.

Farrel menatap ke-tiga sahabatnya lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa tidak tahu harus menjawab apa. Dia sendiri juga tidak mengerti, kenapa dirinya bisa bertindak konyol di depan gadis itu.

"Ya, iseng aja sih..." jawab Farrel agak bingung.

"Iseng?" tanya ke-tiga sahabatnya bersamaan.

"Biasa aja kalik!" Farrel berkata sedikit kesal pada tiga sahabatnya itu.

Sedangkan Reno, Bima, dan Adit saling lirik dengan senyum yang sulit diartikan.

"Kenapa sih?" Farrel mengernyit. Tidak tahu kenapa mendadak sahabat-sahabatnya itu saling lirik sambil senyum-senyum sendiri seperti orang aneh.

"Kayaknya lo mulai tertarik sama tuh cewek, Rel." Perkataan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Reno. Farrel sempat tertegun mendengar perkataan Reno, namun kemudian terkekeh pelan. Seolah menganggapnya gurauan.

"Ngaco lo!" Farrel menjawab singkat.

"Wah, Farrel ada kemajuan, nih?" Adit menaik-turunkan alisnya menggoda Farrel. Sedang yang digoda malah mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Kemajuan apaan?"

"Siapa namanya Rel? Lo ada nomor hapenya, gak?" Adit bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Kayaknya gue pernah lihat tuh cewek. Mukanya familiar banget. Tapi, siapa ya?" Bima mengetuk-ngetukkan jarinya di pelipis. Tampak berpikir.

"Eh, cumi! Lo tuh punya otak kok di dengkul sih? Seluruh murid sekolah juga udah tahu kalik siapa tuh cewek!" balas Adit kesal.

"Emang tuh cewek siapa?" Bima masih bertanya juga. Tampaknya dia sedikit lupa atau memang tidak tahu mengenai gadis yang dimaksud oleh sahabat-sahabatnya.

"Itu...cewek yang udah bentak Farrel waktu MOS." Reno angkat bicara. Berusaha menengahi perdebatan antara Bima dan Adit.

"Dan jangan lupain fakta kalau cewek itu berani ngelawan Dinda." tambah Adit dengan gaya sok tahu.

"Oh, jadi karena itu lo tertarik sama dia, Rel?"

"Selera lo yang jutek dan galak gitu ya, Rel?"

Farrel bangkit dari posisi duduknya. Dia membenarkan pakaiannya yang sedikit kacau, lalu berjalan dan menatap keluar jendela.

THE ICE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang