EIGHTH : Adek

1.7K 116 22
                                    

Seorang gadis remaja berseragam putih abu-abu ala anak SMA terlihat merutuki mobilnya. Sopir terpaksa menghentikan mobilnya di tepi jalan raya karena ban mobilnya bocor. Panasnya mentari yang menyengat kulit, juga jalanan yang macet membuatnya semakin bertambah emosi. Sedari tadi, gadis itu terus memarahi sopirnya yang teledor tidak mengecek keadaaan mobilnya tadi pagi sebelum berangkat. Dia menendang kuat ban mobilnya sambil terus memaki sopirnya. Di saat-saat penting seperti ini, ban mobilnya malah bocor.

Waktu semakin berjalan. Pukul 06.50. Amanda pusing sendiri. Apalagi hari ini ada upacara bendera. Tamatlah riwayatnya! Dia mengusap wajahnya kasar. Suasana hatinya benar-benar buruk sekarang.

"Tinn!! Tinn!"
Suara klakson motor berhasil membuat Amanda menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Ternyata Farrel.

"Butuh tumpangan?" tanya Farrel sambil membuka kaca helmnya. Dilihatnya cowok itu sedang memandang ke arahnya sambil tersenyum.

"Gak usah." tolak Amanda. Dia merasa gengsi untuk menerima tawaran cowok itu.

"Yakin, gak mau? Udah hampir telat loh!" Farrel berkata sambil melihat jam tangannya, berusaha menakut-nakuti gadis itu.

"Iya non, daripada telat, mendingan bareng Aden ganteng ini aja." kata sang sopir yang tiba-tiba sudah berada diantara mereka. Amanda mencebik kesal.

"Saya telat juga gara-gara Mang Udin!" ucap Amanda setengah membentak. Mendengar bentakan dari anak majikannya, Mang Udin kicep seketika. Tak berani membalas perkataan Amanda. Hanya menunduk sambil terdiam.

"Mau enggak?" Farrel bertanya lagi, semakin mendesak Amanda untuk menjawab tawarannya.

"Gue bilang enggak ya enggak!" Amanda berkata dingin. Tetap keukeuh pada pendiriannya.

"Beneran?"

"Kalau dapat hukuman baru tahu rasa lo!"

"Hukumannya gak main-main loh! Apalagi buat anak baru."

"Ya udah gue duluan, udah mepet nih. Dagh...selamat menikmati hukuman!"

Amanda menggigit bibir bawahnya gelisah. Bagaimana ini? Dia mencoba keras untuk berpikir tindakan mana yang akan ia ambil.
"Eh, tunggu!" pada akhirnya Amanda menyerah dan mengalahkan egonya.
"Gue ikut." cicitnya pelan, malah terdengar mirip seperti suara tikus. Farrel menaikkan sebelah alisnya.
"Tadi katanya gak mau?"

"Udah buruan jalan!" Amanda tiba-tiba sudah duduk menyamping dibelakang jok motornya. Farrel hanya mengedikkan bahunya. Apa boleh buat? Dia menstater motornya dan kemudian melaju membelah jalanan yang macet menuju ke sekolah.

Selama perjalanan, hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Tidak ada yang berusaha memulai percakapan. Terlalu canggung. Namun Amanda terlihat biasa-biasa saja. Dia bersikap cuek. Malah sepertinya sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Sedangkan Farrel, sedari tadi malah melirik Amanda lewat kaca spionnya. Buru-buru mengalihkan pandangan saat Amanda memergoki dirinya.

'Nih cowok gaje banget!' kata Amanda dalam hati. Gadis itu melirik Farrel sebentar, namun kemudian kembali bersikap tidak peduli. Dia menatap jalanan yang macet dan penuh dengan polusi udara. 'Masih banyak kendaraan yang tidak tertib berlalu lintas.' batin gadis itu mengamati sekitar.

"Eh, dek!" kata Farrel yang tiba-tiba memulai percakapan. Namun sepertinya Amanda tidak mendengar ucapan Farrel. Dia masih asyik memperhatikan jalanan. Entah melamun atau memikirkan apa.

"Oyy!" Kali ini Farrel berucap dengan nada sedikit keras.

"Ngomong sama gue?" tanya Amanda sedikit tak peduli.

"Lo pikir gue ngomong sama siapa? tangan?" jawab Farrel kesal.

"Idihh...najis banget dak dek dak dek!" Amanda berkata sinis.

THE ICE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang