ESPRESSO – KYUNGSOO
4 AM – 7 AM
KYUNGSOO suka bangun pagi, sehingga ia memilih jadwal shift yang dimulai sejak subuh. Ia sudah berangkat sebelum matahari terbit ke Kafe Universe, menggantikan Chanyeol yang sudah menjaga sejak jam 1 pagi dan matanya mulai berkantung.
“Selamat bekerja, Kyungsoo,” kata Chanyeol dengan mata yang terlihat sayu.
“Iya, berhati-hatilah di jalan pulang,” ujar Kyungsoo. Kafe tidak ramai pada pukul 4 pagi—hanya ada seorang pria yang ada sejak shift Chanyeol—, dan favoritnya adalah menunggu orang-orang beraktivitas dari tempat duduknya di belakang meja barista. Ada rasa senang tersendiri setiap kali ia melihat apa yang dilakukan orang-orang dari jendela kaca besar kafe.
Salah satunya adalah gadis itu.
Pelanggan pertama yang selalu dilayaninya setiap pukul 4.30, setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Gadis itu pasti datang sebentar lagi, bersama dengan buku-buku tebalnya tentang arsitektur.
Selagi menunggu, Kyungsoo mencuci cangkir dan piring yang belum dibersihkan Chanyeol sebelumnya. Air yang digunakannya dingin, tetapi ruangan kafe yang dilengkapi dengan penghangat ruangan membuat ia merasa tetap nyaman.
Sesudah itu ia merapikan peralatan, dan mengecek persediaan kopi dan kue. Kalau ada yang kurang, Kyungsoo akan langsung melaporkannya pada Suho agar segera mengisi kembali persediaan.
Ia selalu membuat dirinya tetap sibuk sampai gadis itu datang.
Kyungsoo pun melihat kedatangan gadis itu dari jendela, dan ia bersiap-siap di tempatnya. Detak jantungnya mulai berdetak cepat tak keruan, semakin bertambah ketika gadis itu masuk ke dalam kafe.
“Selamat datang di Kafe Universe,” sapa Kyungsoo, nada bicaranya terkontrol seperti biasa. “Mau pesan apa?”
“Espresso dengan satu sachet gula. Juga sepotong donat isi cokelat.” Gadis itu menjawab tanpa perlu lagi melihat papan menu yang menggantung di atas.
“Oke, ditunggu sebentar ya,” ujar Kyungsoo seraya menekan tombol pada mesin kasir.
Pesanan gadis itu selalu sama. Kyungsoo sebetulnya tidak perlu bertanya apa yang gadis itu inginkan, tetapi sudah menjadi kewajibannya untuk bertanya kepada setiap pelanggan.
“Oh ya, satu lagi.” Gadis itu berkata dan Kyungsoo merasa jantungnya berhenti berdetak selama beberapa sekon, “Temani aku mengobrol. Jangan diam-diam melihat ke arahku terus.”
Kyungsoo terpaku. Jadi, selama ini gadis itu tahu kalau ia memperhatikannya?
“Namaku Yoo Yerin,” ucap gadis itu dengan senyuman yang jarang ditunjukannya, “berhentilah melamun seperti itu dan siapkan pesananku.”
*
LELAKI itu tidak tahu harus berkata apa.
Kyungsoo terus memandangi Yerin dari jarak dekat. Gadis itu sibuk menekuni dua buku tebal yang dibawanya, sesekali mencoret sesuatu dalam buku catatannya yang polos, dan membentuk garis-garis menyerupai ruang.
Sesekali, Kyungsoo melirik ke luar jendela. Langit mulai berubah terang sedikit demi sedikit. Sekarang sudah pukul 5 pagi, dan sudah setengah jam lamanya ia hanya melihat ke arah Yerin.
“Kau tidak mau berkata apapun?” tanya Yerin, ia mendongakan kepala dan bersitatap dengan Kyungsoo. “Apa kau begitu menyukai wajahku hingga yang kau lakukan selama ini sampai sekarang adalah melihatku?”
Kyungsoo mengusap kepalanya yang begitu tipis karena dicukur satu minggu yang lalu. “Ehm, maaf.”
“Kenapa justru meminta maaf?” tanya Yerin. Sekali lagi, ia tersenyum dan Kyungsoo menyimpan kegugupan dalam hati. Ia tidak mau terlihat gelisah sedikitpun di wajahnya yang datar.
“Namaku Do Kyungsoo,” ujar lelaki itu, baru menyadari jika ia belum mengucapkan namanya.
“Jadi, kau punya nama?” Yerin bertanya lagi dengan nada yang sedikit sarkastik.
Kyungsoo mengangguk pelan. Sejujurnya Yerin berbeda dari ekspetasinya selama ini. Ia selalu mengira gadis berparas lembut dan keibuan itu tidak sarkasme. Ia beranggapan bahwa Yerin adalah gadis pendiam yang suka belajar.
“Sejujurnya, aku marah sekali,” kata Yerin. Ia mendengus, memandangi Kyungsoo dengan tatapan menuduh. “Kau selalu melihat ke arahku setiap kali aku berkunjung ke sini, tetapi kau tidak mengatakan apapun ketika aku memintamu menemaniku. Aku benar-benar merasa risi, tahu!”
“Kalau begitu, kenapa kau masih suka datang ke sini jika merasa demikian?” tanya Kyungsoo. Ia tahu jika ucapannya barusan tidak seharusnya dikatakan kepada pelanggan, tetapi apa boleh buat. Ia ingin tahu.
“Karena kopi buatanmu enak dan kampusku berada di dekat sini. Kau puas?” jawab Yerin sambil merengut.
Kyungsoo menatap Yerin, perlahan tersenyum. Ini menarik. Gadis ini tiba-tiba menjadi menarik di matanya, meskipun galak sekali.
“Aku suka melihat orang-orang berlalu dan beraktivitas melewati jendela besar yang ada di belakangmu,” kata Kyungsoo dengan senyum tenangnya. “Kebetulan kau selalu duduk di tempat ini, jadi aku juga bisa memandangmu. Maaf kalau kau sampai salah paham.”
Wajah Yerin memerah hingga sampai ke ujung telinga. Ia beralih menyesap kopi espresso-nya yang disajikan dengan cangkir kecil.
“Lihatlah ke belakang,” pinta Kyungsoo.
Yerin menuruti ucapan lelaki itu, lalu tertegun.
Sekarang masih pukul setengah 6, langit sudah tampak kebiruan. Beberapa orang mulai melintasi depan kafe. Seperti seorang ibu dengan keranjang belanja ukuran besar, seorang pria dengan setelan jas mahalnya, dan gadis yang kurang lebih memiliki usia yang sama dengan Yerin sedang jogging.Masih terlalu pagi untuk orang Korea beraktivitas, tetapi memang ada saja yang memulai harinya dengan begitu awal.
“Aku tidak tahu kenapa, tetapi ini menakjubkan,” ujar Yerin.
Kyungsoo senang mendengar gadis itu sependapat dengannya. “Memang hal sederhana, tetapi aku suka memperhatikan mereka di bawah langit pagi yang cahaya dan udaranya masih sejuk.”
Yerin kembali melihat ke arah Kyungsoo, ekspresinya tampak malu. “Aku telah salah sangka. Harusnya aku yang meminta maaf.”
“Tidak apa-apa. Aku juga suka melihatmu,” sahut Kyungsoo.
Kyungsoo bisa melihat wajah Yerin yang masih memerah. Ingin rasanya menjahili gadis itu, tetapi ada seorang pelanggan masuk ke dalam kafe.
Sudah saatnya mulai di jam sibuk.
“Aku tinggal dulu, Yerin. Mari bicara lagi nanti,” kata Kyungsoo dan ia mulai berdiri.
Kyungsoo mengulaskan senyum kepada Yerin yang menganggukan kepala atas ucapannya. Ia segera melayani pelanggan keduanya di hari itu.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours of Cafe Universe √
FanficEXO Fanfiction - 24 jam cerita romansa antara pelanggan reguler dan pekerja shift di sebuah Kafe Universe. Siapkah kau untuk jatuh cinta ditemani aroma kopi yang lembut dan kue yang manis? 🍪🍪🍪 Since May 2018 Written by Himawari Natalia