Dimeja makan
"Bagaimana keadaan ibu?"
"Ibu.. tidak bisa bangun kak? Tadi ibu batuk darah lagi" Rafka menutup matanya dan mengepalkan kedua tangannya menahan gejolak saat mendengar ibunya seperti itu
"Apa ibu udah minum obat?"
"Belum ka 15 menit lagi jadwal ibu minum obat, oh ya kak? Boleh gak aku ikut kerja bantu kakak"
"Gak!!"
"Kenapa kak?"
"Kalo kamu kerja siapa yang jagain ibu? Udah biar kakak aja.. lagi pula memang tugas seorang pria mencari nafkah bukan?"
"Tapi kan gak ada salahnya, kalo kakak udah pulang kerja kita gantian jaga ibu, Najwa mau ibu dibawa kerumah sakit kak... ijinin Najwa kerja ya kak"
"Turuti kata-kata kakak okeh?"
"Tapi kak!"
"Najwa"
Najwa melanjutkan makannya dengan perasaan kecewa, setelah mereka menyelesaikan sarapan Rafka pamit pergi bekerja.
"Kakak kerja dulu... jaga ibu ya" Najwa mengangguk
"Ini bekalnya kak... jangan lupa makan... jangan memforsir diri kakak ada saatnya manusia butuh istirahat kak" Rafka mengelus kepala adiknya
"Kakak berangkat dulu.. hati-hati dirumah"
"Hmm"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
najwa pergi kedapur membuatkan bubur dan teh hangat untuk ibunya, lalu pergi kekamar ibu.
"Ibu?"
"Najwa"
"Jangan bu.. ibu harus istirahat" Najwa melarang ibunya bangun
"Gimana keadaan ibu? Apa badan ibu masih gak bisa digerakin?"
"Sudah mendingan kan ada putri ibu yang mengurus ibu" mata Najwa berkaca-kaca
"Maafin Najwa ya bu.. Najwa gak bisa ngurus ibu dengan baik" ucapnya gemetar
"Kamu gak salah kenapa harus minta maaf nak dan kamu sudah mengurus ibu dengan baik jadi gak ada alasan untuk kamu sedih yang terpenting kamu selalu berdoa kepada sang pencipta"
"Itu pasti bu" Najma (ibu) menghapus air mata dipipi anaknya
"Jangan nangis... masa putri ibu cengeng sih" Najwa langsung tersenyum dan langsung memeluk ibunya, Mata Najma berkaca-kaca.
"Ibu aku udah bikinin ibu bubur spesial loh bu bikinnya pake cinta" ibu tersenyum mendengarnya
"Ibu mau coba?" Ibu mengangguk lemah, Najwa memmbantu ibunya untuk bersandar dengan bantal. Ia menyuapi ibunya dengan kasih sayang.
"Gimana bu enakkan??"
"Enak banget"
"Iya dong siapa dulu ibunya" ibu tersenyum.
10 menit kemudian buburnya habis, Najwa memberikan teh hangat kepada ibunya dan mengusap bubur yang ada dibibir ibunya dengan tisu.
"Sekarang ibu istirahat ya, jangan kecapean" ibu mengangguk, Najwa membantu membaringkan ibunya dan menyelimutinya, Najwa tersenyum melihat ibunya mulai terlelap dengan damai.
Ia bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar ibunya. Seperti biasa tanpa pengetahuan kakaknya Najwa diam-diam bekerja sebagai perangkai bunga tak jauh dari rumahnya jadi tak perlu khawatir karna setiap jam makan siang ia istirahat akan pulang kerumah dan mengurus kebutuhan ibu. Dari dulu Najwa ingin sekali membelikan kursi roda untuk ibunya ia sedih melihat ibunya terbaring lemah setiap hari selama 4 tahun belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel Kckka (HIATUS)
General FictionSemenjak peninggalan ayahnya yang meninggal 5 tahun yang lalu... Rafka Ahmad Wazni 19 tahun menjadi tulang punggung untuk keluarganya.. Siapa sangka dulu keluarga mereka yang kaya raya dan dermawan menjadi sebaliknya dengan keadaanya dulu Najwa Sals...