"Bianca. Kakak berangkat kuliah dulu, sepertinya kakak pulang malam. Makanan uda kakak siapin semua di kulkas. Kamu tinggal makan dan jadilah anak baik.. tidak perlu rewel. " teriakku pada Bianca yang mengurung diri di kamarnya, kemudian aku mulai melangkah pergi.
Mobilku melaju cepat menuju kampus. Di perjalanan tiba-tiba handphoneku berdering. Terlihat sebuah panggilan masuk dari mas biro. Aku mulai menerima panggilan tersebut.
" halo ?" ucapku seraya mendekatkan handphone ke telingaku
" Hai honey. Kamu ada dimana?Mari kita bertemu" Ujar mas biro dari balik panggilan.
" Hari ini aku ada jadwal di kampus. Aku sedang diperjalanan. Nanti kuhubungi lagi. Bye." Jawabku yang kemudian menutup panggilan yang sedang berlangsung tersebut.
Dari suatu lembah yang bersemayam jauh di lubuk hatiku aku telah merasakan sesuatu. Aku mengakui bahwa kali ini aku mulai bosan menjalani hubungan ini dengan mas biro. Memang benar, dia memang sosok yang menggambarkan laki-laki dewasa dengan finansialnya yang begitu lancar dalam artian mapan. Dengan memberikan semua yang aku inginkan tidaklah cukup bagiku. Kebahagiaan yang sesungguhnya seolah-olah menanti di depanku. Aku tidak ingin stuck di satu tempat . Aku tidak suka menjadi ratu yang hanya duduk di kursi kehormatan dan diberi banyak peraturan. Ini semua membuatku sedikit sulit bergerak dan aku harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
**
Kini hari sudah berganti malam . Bianca yang mulai memiliki mood baik sedang bermain di kamarnya dan mulai melemparkan senyuman ketika aku menghampirinya, hanya sekedar memastikan bahwa ia baik-baik saja.Di ranjang kamarku, aku duduk bersandar pada bantal sembari menikmati sebatang rokok yang kuhisap dan kuhembuskan penuh perasaan. Kenikmatan setiap hisapan yang masuk menggambarkan kupu-kupu mengelilingi paru-paruku. Setiap sembulan asap yang mengepul menjadi satu hingga perlahan memuai dan pudar. Hilang dan menyatu bersama oksigen. Otakku beralih ketika Mas biro melepas kemejanya di depanku. Dia mulai mendekat dan duduk di sisiku, kemudian bibirnya yang memiliki kumis berbisik di telingaku,
" Aku mencintaimu"
Ketika wajahnya menjauh dan lebih memilih menetapkan pandangannya padaku , aku menatapnya balik dengan perasaan bosan dan biasa saja. Tidak ada getaran dan perasaan berdebar.
" Thanks . " Jawabku.
Mas biro terlihat bingung dengan jawabanku yang begitu datar tak berekspresi.
" What happen? " Tanyanya.
" Aku bosan denganmu mas biro " ujarku dengan santai.
Mas biro lebih mendekatkan wajahnya padaku. Membuat hidungnya yang sedikit mancung menempel pada hidungku.
" Segalanya telah kuberikan untukmu. Apakah masih kurang? " Tanyanya sekali lagi.
Mengesampingkan apa yang ia ucapkan aku benar-benar muak dengan wajahnya yang mendekati wajahku hingga aku mampu mencium aroma Kematian dari mulutnya yang usai minum kopi.
Aku mendorong kedua dadanya agar wajahnya menjauh dariku." Aku tak butuh uangmu! " Gubrisku dengan wajah masam.
Namun apa yang dilakukan mas biro tergolong nekat dan gila. Ia kekeh mendekatiku dan mulai mencumbu leherku dengan lembut. Tanpa suara kali ini aku mendorongnya sekali lagi dengan keras hingga membuatnya terkejut dengan apa yang aku lakukan. Ia tidak akan pernah habis untuk berpikir betapa kasarnya aku sekarang. Aku mulai beranjak berdiri menjauhi mas biro.
" Lebih baik sekarang kau pergi dan jangan mendekatiku lagi! " Ujarku dengan tegas.
Mas biro berdiri menghadapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me voodo
De TodoNamaku Ivon Dommely. Kupersembahkan rentetan masalah yang penuh dengan hasrat dan gairah , mengatasi penyakit bosan yang menghantui pikiran dan perasaan ku. Call me Voodo. Mohon maaf atas kata-kata dan kalimat yang berantakan di dalamnya karena ini...