Tongkat, besi, bola, dan kepala

6.1K 32 0
                                    

   

     Di dalam mobil berwarna hitam legam itu aku menyetir. Di temani piter di sampingku.  Kami meluncur menuju rimbunnya hutan . Berjalan- jalan mencari udara segar.

" Kau menyukai alam ? " tanya piter padaku.

Aku hanya tersenyum simpul tak menggubris.

" Aku rasa yang kau sukai ini keren. Tapi kenapa?" Tanyanya sekali lagi.

  Aku hanya memandangnya dengan wajah datarku

" Why?? Ada yang salah??" tanya piter padaku dengan canggungnya.

Mataku kembali melihat jalanan dan fokus menyetir. Aku terdiam sedangkan otakku sedang bekerja mencari cara. Tentang bagaimana caranya aku menyingkirkan makhluk membosankan di samping ku saat ini.

  " Kau tau?  Aku tidak menyukai kebosanan. Siapapun yang menurut aku membosankan. Aku benci padanya."

  Piter terdiam.  Ia terlihat bingung dengan perkataanku tadi.

" Apa sekarang kau bosan?" tanyanya padaku.

  " Kau ingin tau? " Balasku.

  " Tentu " jawabnya bersungguh-sungguh.

   Kemudian ku injak rem perlahan meminggirkan mobil di tempat yang sepi saat itu.  Mobil pun berhenti.

  Terlihat jelas wajah piter kebingungan

" Kenapa kita berhenti ? "

Aku menatapnya dan tersenyum simpul pada nya.

"i want you to leave my life" ujarku serius.

Dia menelan ludah pelan , terbaca jelas wajahnya yang kebingungan dan tentu terkejut dengan apa yang aku sampaikan tadi.

  " Aku sangat menyayangi mu. Aku baru saja kehilangan alma. Dan sekarang aku tidak mau kehilanganmu" ungkapnya dengan nada sedih.

  " Ouh.. but bisakah kamu mengerti aku. Aku bosan piter.  Kau tau apa yang saat ini ingin aku lakukan padamu.  Kau tau??  Apa kau tau?? " Ucapku dengan nada perlahan meninggi .

Piter terkejut sangat terkejut dengan sikapku.

" Kenapa kamu berubah seperti ini .  Aku ingin alasan yang jelas. Aku mohon jangan seperti ini. Aku mencintaimu. Aku baru saja kehilangan alma. " jelasnya lagi .

" Lalu??  Kau menyesal?  Kau menyesal tidak bersama alma lagi?? Maka ikutlahhh dannnnnn aku membencimu piter.  Aku sangat membencimu" teriakku lagi dengan memukul setir bundar di depanku layaknya orang gila.

" Aku tak peduli apa yang akan kau lakukan padaku. Aku tidak peduli apa yang kau katakan.  Aku takkan membalasnya. Aku mencintaimu. " lanjut piter dengan tegas.

" Bagus. Aku siap menuruti nya.  Tapi kau juga harus menuruti permintaanku. " kataku pelan.

" Apa yang kau inginkan? " tanya piter.

" Rumah??  Mobil??  Atau perhiasan? " tawarnya.

" Lebih dari itu " ucapku seraya menginjak gas , kembali memandang jalanan dan melajukan mobil dengan cepat.






***






  Aku tidak peduli apapun yang dikatakan piter di dalam mobil saat ini. Yang aku tau saat ini aku sangat sangat ingin menyingkirkannya.

Hingga sampai di suatu tempat aku memberhentikan mobil di tengah-tengah hutan yang pasti tak ada orang satu pun dengan kabut yang mengelilingi.

Akupun turun dari mobil menuju bagasi belakang untuk mengambil sebuah besi yang berukuran sedang.  Besi itu akan aku gunakan layak nya tongkat pemukul bisbol yang artinya untuk memukul kepala segar milik si piter yang sangat membosankan . Kali ini hampir tidak ada perbedaan yang kutau antara tongkat, besi, bola, dan kepala.

call me voodoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang