Chiya menjatuhkan tasnya dengan malas di atas kasurnya. Rasa penat dan pegal yang merambat sedari siang tadi memaksanya untuk merabahkan diri. Tapi, tidak ia lakukan. Ia berjalan ke dapur untuk menemui ibunya disana. Dengan lemas iya tersenyum dan mencium tangan ibunya. Lalu beralih mengambil satu gelas air dan diminumnya untuk mengusir rasa dahaga.
"Gimana sekolah hari ini?" Tanya ibunya.
"Ya gitu, kayak biasanya" ucapnya singkat, dan pergi ke kamarnya. Ditutupnya pintu berchat pink dengan sekotak kayu yang di paku bertulis "CHIYA'S ROOM". Iapun merebahkan punggungnya dan bernafas lega. Nyaman rasanya, biarpun kasur ini bukan kasur terempuk yang ada, tapi Chiya sangat menyayangi kasurnya. Buktinya, ia sering tidur, di kasur ini. Terutama pada saat libur. Matanya berkedip, rasa kantuknya menjalar. Ia hanya menatap langit langit selama lebih dari lima belas menit, lalu ia berdiri untuk berganti pakaian.
Ia memilih celana panjang dan kaos hitam bertuliskan Im Expensive. Chiya pun keluar kamar untuk menaruh seragamnya di bak baju kotor. Matanya sempat melirik keluar, terlihat disana sosok pria dewasa sedang bermain dengan hamster putih, itu adalah ayahnya. Iapun kembali ke kamar, karena tak ada satupun kegiatan yang bisa dia lakukan dan ingin dia lakukan, ia pun berpikir untuk kembali kedalam kamar dan bermain dengan handphonenya.
Ia menghidupkan sekotak layar kecil itu dan membuka aplikasi whatsapp, tertera beberapa pesan masuk yang belum dibacanya. Ia hanya menscroll kebawah, hingga jemarinya tersendat dengan matanya yang terbelalak membaca satu pesan dari satu orang bernama Yuu.
Chiya membaca pesan itu dan membalasnya dengan senang walau isinya hanya sekedar sapaan "Hallo". Semenit chiya menunggu, tak ada balasan, dua menit, tiga menit, empat menit, lima menit, tak kunjung ada balasan. Chiya bingung, padahal notifikasinya menunjukkan bahwa Yuu sedang online. Akhirnya, Chiya pun sedikit jenuh untuk menunggu, karena menunggu adalah hal yang dibencinya. Iapun mematikan ponselnya.
Lalu terbayang di benak chiya, tentang paras dari remaja laki laki yang bernama Yuu itu. Kulitnya yang putih, dengan mata sipit yang terlihat indah dan bergemerlap, walaupun mukanya selalu memasanga ekspresi datar, chiya tetap suka memandanginya ketika Yuu tidak melihat. Chiya masih bisa membayangkan bagaimana tawa Yuu menggema di telinganya ketika bercanda tadi dengan Anwar disekolah.
Lamunannya pun buyar karena getaran dari handphonenya. Ia membuka, ternyata itu pesan dari YuuYuu
Lagi ngapain?"Eh? Ga salah?" Gumam chiya pada dirinya sendiri. Terkaget karena ia tau bahwa Yuu adalah orang cuek yang tak pernah perduli tentang orang lain, dan Chiya chattan dengan Yuu hanya ketika Yuu bertanya tentang tugas padanya.
Chiya Chan
Tiduran aja. Ada apa Yuu?Yuu
Oh.. apa kabar?
Ga ada cuman pengen chat aja. Ga boleh?Chiya Chan
Baik. Gapapa heeYuu
Oh okChiya Chan
OkSungguh batin chiya berharap bahwa Yuu akan membalas pesannya dan dapat mengobrol dengannya lebih lama lagi, tapi apa daya ia tau jika chattan dengan Yuu selalu berakhir dengan kata OK.
Centang dua abu abu kini berubah menjadi centang dua biru. Dan tetap begitu. Hingga chiya pun terlelap dalam tidurnya.***
TOK TOK!!!
Suara ketukan pintu itu membangunkan Chiya dari tidur lelapnya. Dirinya yang setengah sadar itu, berusaha mengusir gatal di matanya. Kepalanya terasa pening karena terlalu lama tidur. Dilihatnya jam dinding yang berdetik terhias wajah hello kitty itu menunjukkan pukul 08.00 p.m.
"Chiya, bangun! Sholat isya dulu" ucap ibu chiya itu dari balik pintu
"Iyaa"
Chiya yang merenggangkan tubuhnya agar merasa segar, segera beranjak dari kasur kesayangnnya menuju ke kamar mandi. Dibasuh wajahnya dengan air agar benar benar terjaga. Ia pun berwudhu lalu pergi sholat isya' dikamarnya. Setelah sholat, Chiya tersenyum senyum sendiri mengingat chatmya dengan Yuu tadi yang menanyakan dia sedang apa, itu membuat Chiya merasa senang. Iapun rebahan dikasur dan menatap langit langit. Terbayang lagi disaat pertama mereka bertemu, betapa dinginnya Yuu saat itu, hingga kini pun dingin itu masih ada. Tapi, bagaimanapun juga Yuu tetap terlihat manis dimata Chiya walau jarang sekali tersenyum. Chiya pun mengambil hpnya yang ia taruh dibawah bantal. Kembali ia bukan aplikasi whatsapp, dan kembali ia terkejoed melihat notifikasi pesan dari Yuu. Biasanya Yuu mengirim pesan padanya hanya sekali dalam sehari.Yuu
Besok ada tugas apa?Chiya Chan
Nggak ada.Yuu
Ok thanksChiya Chan
Sama2Yuu
Oh ya btw, aku kayaknya pernah suka sama kamuChiya Chan
Oh hehe iya..Berdebar rasa dihati Chiya. Ia merasa senang dan merasa sedih. Ia senang bahwa perasaannya terbalas, tapi kini sudah tidak lagi. Itu semua hanya sebatas pernah. Chiya berpikir keras apa ada hal yang membuat dirinya membenci Chiya, sungguh rasanya ia berharap bahwa perasaan itu masih ada hingga sekarang.
Yaah apa daya? Dia berani mengungkapkan rasanya pada Yuu saja tidak. Padahal sewaktu SD Chiya pernah melakukan itu. Tapi, ntah, kali ini ia malu sangat malu. Hatinya menolah untuk melakukan itu.
Iapun menekan pesan Yuu dengannya tadi. Lalu, mengirim pada grup yang bertulis Zone Zone Club. Disana ada dua orang sahabat tempat Chiya selalu bercerita tentang rasa sukanya pada Yuu.
Bebrapa menit kemudian pesan masuk dari grup Zone Zone ClubAlma
What? Serius?Ayni
Tuhkan? Apa yang aku bilang? Ciee seneng nih yeeChiya Chan
"Pernah"
Seneng sih iya tp kecewa ya jugaAyni
Huh.. percaya dah masih suka ke kamu tu...Chiya hanya bisa berharap bahwa apa yang dikatakan Ayni itu menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiya
RandomAku yang merasa beruntung mendapati sosokmu yang begitu tenang, namun luar biasa. Menerima liku dalam belukar pikiranku. Menemani detikan yang kukira akan terasa hampa. Kau tahu tentang ucapan orang orang "Masa terindah adalah masa masa SMA?" kurasa...