Pulang bareng

43 10 1
                                    

"Eh??" Chiya kaget karena Yuu menanyakan itu. Chiya berpikir mungkin Yuu bisa membaca pikiran orang. Bahaya nantinya kalau ternyata Yuu bisa baca pikiran orang, berarti Yuu bisa tau kalau Chiya sering memikirkan ia.
"Hayo Chiya jawab tuh!!" Goda Anwar. Ya, Anwar juga tahu kalau Chiya menyukai Yuu, karena Anwar itu adalah sahabt Chiya sejak SMP. Chiya hanya menunjukkan wajah datar, dan mengabaikannya.
"Nggak" ucap Chiya pada Yuu. Terdengar suara box hitam di pojok kelas mengingatkan seluruh siswa bahwa telah saatnya pulang.Chiya yang telah sampai di depan gerbang celingak celinguk mencari ibunya, tapi nihil. Ia pun membuka hpnya untuk menghubungi ibunya. Ternyata ada pesan.

Emakk
Pulang sendiri ya

Chiya Chan
Lah ya kenapa?

Emakk
Ada tamu dirumah

Chiya mendengus kesal. Kenapa ga pas waktu mendung aja sih ah?! Giliran panas panas gini ga dijemput. Udah muka butek begini, tambah butek ntar Chiya membatin. Yasudahlah Chiya pasrah, lagipun dengan begini artinya Chiya bisa keliling dulu sebentar sebelum pulang ke rumah. Chiya memasukkan lagi hp ke kantongnya. Lalu seseorang menepuk Chiya.
"Duluan" itu Yuu.
"Ah iya" senyum Chiya mengembang. Kalau saja ia lupa bahwa ia tak sendiri, sudah pasti Chiya akan melompat kegirangan. Pipi Chiya memerah.
Chiya langsung berjalan dengan riang. Teman teman yang bertemu Chiya sedang berjalan ada yang menyapanya, mengoloki Chiya "Uh kasian", ada pula yang berbaik hati memberi tumpangan tapi Chiya menolak.
Tin.. tin...
Seseorang memelankan sepeda motornya disamping Chiya.
"Hai, kamu milea ya?" Chiya sontak menoleh.
"Apaan sih tan?" Langkah Chiya berhenti, begitu juga dengan sepeda motor laki laki itu.
"Jalan aja neng? Abang anter pulang yuk??" Ucap laki laki itu. Laki laki itu adalah Setya. Sosok sahabat Chiya sejak kelas 7 smp yang sempat berpacaran dengam Chiya, dan sekarang sudah menjadi mantan.
"No thank you. Bisa pulang sendiri" balas Chiya.
"Udah gue anterin. Ga usah sok jual mahal, naik! Dari pada muka lu yang jelek tambah butek"
"Gini gini gue mantan lu kampret" Chiya berpikir sejenak, sebaiknya Chiya nebeng pada Setya karena kalau dipikir lagi dengan cuaca sepanas ini mungkin muka Chiya tak akan butek tapi gosong.
"Udah naik aja. Entar kalo ketauan biar gue yang ngomong ama tante"
Chiya mengangguk dan langsung naik. Tak lama, Setya langsung menghidupkan kembali sepeda motornya itu.
"Ciee jalan bareng mantan" suara itu berasal dari teman SMP Chiya yaitu Nahdia yang telah berlalu. Chiya mendengus kesal, ingin rasanya ia mengumpat sekeras kerasnya tapi, apa daya, Nahdia sudah hilang di belokan sana.
Setya menjalankan sepeda motornya lama sekali. Cih, lama. Biasanya ngebut juga protes Chiya dalam hati. Chiya berpikir tak akan baik jika ia memprotes. Karena ia sudah nebeng, bukannya berterima kasih malah protes, itu benar benar bukan sikap yang baik. Tapi, rasanya ini tidak beres.
"Ngapa pelan?" Tanya Chiya.
"Hah?!!" Setya meminta Chiya untuk mengulang.
"Kenapa jalannya pelan?" Ucap Chiya sedikit lebih keras.
"Apa?" Chiya mendengus kesal.
"Ngapa jalan lu pelan banget?" Sepertinya Setya mempermainkan Chiya.
"Apa lo bilang?" Tanya Setya lagi, cukup sudah kesabaran Chiya habis.
"Woi ngapa jalan lu pelan banget budeg?!!!" Chiya pada akhirnya berteriak.
"Woi mbak, jangan teriak teriak dong" Protes Bapak Bapak dipinggir jalan, merasa terganggu. Itu membuat Chiya malu setengah mati.
"I...Iya pak, maaf hehe" Chiya mengangguk.
"Wkwk mampus lo" Chiya belum pernah bisa terbiasa dengam sikap Setya yang sangat menyebalkan, meskipun mereka sudah menjadi sahabat selama tiga tahun.
"Jawab"
"Gue mau ngomongin sesuatu sama lo" Setya dari tadi tertawa, merubah nada bicaranya menjadi serius.
"Dih" Chiya hanya meremehkan.
"Emak gue kemarin ngomong ama gue. Ternyata bapak sama emak udah tau kalau gue pacaran ama lo. Dan mereka minta gue ngejaga lo" ucap Setya.
"Kenapa ga bilang kalo kita udah putus laaamaaa?!"
"Udah kok Chi. Tapi, sebenernya sih kalo boleh jujur ya.."
"Apaan?"
"Gue sih gak mau putus Chi. Gue sadar emang kalau gue salah, dan nakal banget. Gue nyesel Chi"
Chiya tidak suka pembicaraan ini. Karena masa lalu Chiya dengan Setya sudah menjadi sampah dimata Chiya. Chiya benci jika harus berbicara dengan Setya sebagai mantan. Chiya rasa ingin membunuh Setya jika ia kembali mengingat masa lalunya. Chiya hanya diam tak menjawab.
"Chi... jawab apa kek gitu! Lo bisu ya?" Setya terkekeh pelan.
"Hmm... terus?"
"Yah lo mah gitu pura pura ga peka mulu Chi. Balikan sama gue ya Chi? Gue bakal ngejaga elo ok"
Basi  kata itu hanya menggema dihati Chiya.
"Sorry... Gue udah jatuh cinta sama orang lain, walau bertepuk sebelah tangan sih" jawab Chiya.
"Yaudah deh, gak papa, semoga dibalas cinta lu ya Chi. Kalo nggak, gue selalu nunggu lo kok" idih bullshit lagi lagi kata kata itu hanya menggema dihati Chiya.
Setelah, itu tak ada lagi percakapan diantara keduanya, hingga sampai didepan rumah Chiya. Setelah mengucapkan terima kasih pada Setya, Chiya langsung masuk kedalam rumah. Kebenciannya kembali tersulut. Setya yang hanya tersenyum kecewa kembali menghidupkan sepedanya dan pulang ke rumah.

ChiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang