Luh

161 6 0
                                    

Seketika gue pengen banget ngelempar minuman yang gue pegang ke layar. Najis banget, anjing! Setannya muncul duluan.

Pantes disediain kantung muntah.

Gue, Ujuy, Naetha, Kiles, Daniel, lagi ngumpat-umpatin si setan. Namanya Mimi Peri.

Penonton depan gue ada yang pingsan. Ada yang mual-mual. Untung gue gak ngerasain cem mereka. Soalnya udah biasa liat kembarannya.

Iya, si Daniel.g

Makanan di perut gue rasanya pengen keluar mulu tapi terus gue tahan buat ngumpat doang. Rafael, gak tau kenapa dia anteng banget sambil nyedot soda.

Nikmatin x y?

"Kakang... kenapa Kakang ninggalin aq? Aq tidak bahagya di kahyangan sendirian, Kakang... hiks!"

Itu si setan lagi gentayangin cowonya. Biadap! Cowonya si Mario Maurer, asu!

"Pergi kamu!" Si Marionya nginjek-injek muka si miper.

"Akh! Kakang! Akh!" Si babi gak mati-mati!

Terus film masih berjalan. Nampilin bagian flashback.

Hnghhh.

Itu di sebuah rumah sakit.

"Sus, ini kenapa pasiennya ilang semua?" Kata si dokter yang adalah si Mario.

Susternya si miper.

Bangsat.

"Eumh, dok, tadi saya suruh mereka pulang. Kasian, mereka lagi sakit."

Goblok!

Si Mimi ditonjok sama si Maurer. Dibuang lewat jendela. Karena si Mimi kaga bawa selendang kafan jadi dianya gabisa terbang.

"Toloong! Awkarin! Dijah Kuning! Aaaaaaakhh! Kakaaaangg!!"

"Bangsat, mati." 

Hnghhh. Ya udah.

"Dijjah, apakah kamu mendengar suara alam?" - Awkarin

"Nothing. Thank you." - Dijjah

"Sawdari-sawdari q...." - Alm. Mimi Peri

"Pergi ke tempatmu wahai mahluk hina! Kau pantas kembali ke neraka!" Mario nyubitin tetenya miper tapi gabisa-bisa.

"Ahahahahaha! Aquwh tydack bisa dicutein karena aqhuwh tydack memiliki tete kenyotable seperty aqhuw waktu masyh hidup." - Miper

"Bacot!" - Mario langsung telanjang dan miper melotot najisin gitu.

Ya ampun gue juga pengen, hnghhh.

Roty sobeqnya yawla.

"Eh, bangsat, minggir ah!" Gue nyingkirin tangannya Rafa dari mata gue. Sialan banget! Lagi ena jugaan.

Mario coli sampe crot di mukanya miper.

UNTUNG GUE LIAT UHUY!

"Aw! Akh! Panas! Aaaa aqhuw aqan kembaly ke neraka! Tydaaaaaaaaa!" - Miper

Miper melayang-layang sampe akhirnya ketarik portal dan ngilang.

Tamat.

Filmnya abis.

"Ih apaan sih lo ngalangin klimaksnya!" Gue ngamuk-amuk mukulin perutnya si Rafael tapi dianya datar aja gitu.

Y x w sepadan nonjokin dia.

Semua keluar dari bioskop mukanya pucet-pucet. Gue liat Ruyy muntah-muntah. Tapi Daniel yang jagain dia. Sedangkan sampah-sampah yang lain lagi lempar-lemparan popcorn.

Gobloq.

"Ruyy, kamu gak papa?" - Daniel

Ruyy cuma ngangkat tangan simbol ok doang.

Keknya dia tepar abis diena-ena Daniel di dalem.g

Bayangan Mario tadi bikin badan gue panas. Minuman gue juga abis. Akhirnya gue beli lagi soda dua gelas.

Gue abisin sendiri.

Hnghhh.

Gue emang suka aneh kalo nonton roti sobek apalagi ada kontil-kontil gitu.

Hnghhh.

"Nyari makan, yuk. Laper aing!" - Ujuy

"Sampah!"

"Y x g kuy." - Daniel

"I-iya, huek!" - Ruyy

"Beli minyak kayu putih dulu, yuk. Kalian ke resto mana dulu sana. Hus!" Gue bopong ini Ruyy dibantu Daniel.

"Eh, kecebong. Lo apain dia tadi?"

"Gue ena. Ga." - Daniel

"Bangsat! Beli minyak sana di minimarket! Gue yang jagain Ruyy." Kata gue lalu dudukin ke kursi kayu pinggir jalan.

"Ya elo aja lah! Gue gatau!" - Daniel

"Hhhh. Ya udah. Jagain dia. Awas aja gue balik Ruyy gak perawan. Selamat tinggal buat burung lo."

"Widi galak." - Daniel

"Bacot!" Gue pergi ninggalin mereka. Nyari minimarket dan nemuin satu deket situ.

Ketika gue masuk, gue disambut sama mas-mas minimarketnya, "Selamat datang." Gue hirauin kan gue lagi buru-buru.

Gue ambil lah kan satu minyak kayu putih terus bayar. "Totalnya delapan ribu lima ratus enam puluh sembilan rupiah."

Hnghhh.

Tinggal bilang lapan ribu maratus aja pake embel-embel. Hnghhh. Untung gue sabar.

"Ini, mas." Kata gue nyerahin uang limpul.

"Mba ada lima ratus?" - Mas

"Ngga- udah ambil aja." Gue langsung pergi gitu aja. Soalnya lebih darurat keadaan si Ruyy sekarang. Gue takut dia kenapa-napa. Soalnya dia yang jaga kan Daniel. Si bocah mesum yang mikir gak pake otak. Tapi dengkul.

"Lama bat lo!" - Daniel

"Crot!"

"Gak bawa ciki lo?" - Daniel

"Bacot, bangsat! Tadi gue suruh kaga mau!" Gue buka bungkus minyaknya trus gue balurin minyak ke idung, leher, sama dadanya Ruyy.

Dada, ya. Bukan tete.

"Udah, Kak. Makasih." Gue ngangguk doang.

"Anak-anak di mana?"

"Kita belom buat anak, ayang beb." - Daniel

"Goblok! Pasien rabies bangsa lu di mana, tolol!" Hnghhh. Susah emang kalo ngomong sama kerak panci.

"Di sono." Daniel nunjuk resto gitu. Terus jalan duluan ninggalin gue sama Ruyy.

Babi emang.

Habis manis, sempak dibuang.gg

"Ayo, Ruyy. Makan dulu," gue bantu itu dia bangun. Terus kira nyusul itu buaya darat yang jalannya cepet banget.

Sialan!

_

_

_

_

_

Gausa bingung ama filmnya dari mana miper ganggu Mario. Soalnya gue pengen bikinnya gitu.

Jadi ya udah.

Maklumi gue yang kadang suka kek gini.g

FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang