BAB XIX: Cemburu?? Hah??

8.5K 562 145
                                    

Selamat pagi!!!

Disini hujan, hujan gini enaknya baca mature content 🙈😂

Adek-adek yang dibawah umur skip sampe Forth POV ya

Beam POV

Ketika teman-temannya memulai awal semester dengan magang atau mengajukan judul skripsi, Forth memulainya dengan berkelahi.

"Katakan, kali ini apa alasannya?" aku menatap kesal ke arah Forth yang sedang duduk di tempat tidurnya.

"Mereka memukulnya karena dia memenangkan pertandingan. Kebetulan aku disana, bagaimana aku bisa diam saja"

Aku sangat menyukai Forth. Jika ditanya apa hal yang paling aku sukai dari dia maka aku akan mengatakan sikap loyalnya dan rasa keadilannya yang tinggi.

"Kenapa tidak panggil polisi brengsek, kamu tidak harus melawan mereka semua, 20?? Bagaimana kamu bisa melawan 20 orang sendirian" aku berdiri dan menatapnya kesal.

"Tadinya hanya ada lima be~ percaya padaku" dia menatapku dengan wajah penuh rasa bersalah.

Dan jika ada hal yang aku paling tidak suka dari dirinya adalah sikap cueknya dan kebodohannya. Oh tuhan.

"aw ..aw...pelan" ujarnya ketika aku meletakkan alkohol di wajahnya.

"Dan mana juniormu itu? Kenapa aku hanya melihatmu sendirian, disana?" tanyaku kesal.

Lam menelponku dan mengatakan Forth terluka, dan ketika aku sampai aku melihat 20 orang babak belur. Aku tidak menemukan junior Forth.

"Dia mungkin ketakutan" dia masih saja mencoba membela juniornya.

"Ketakutan. Aku pikir SOTUS kalian membuat dia berpikir loyal karena kamu tau: unity" ejekku. Dia memalingkan wajahnya. Dia tahu dia tidak bisa membalasku kali ini. Tapi aku menarik dagunya dan meletakkan antiseptic di lukanya.

Dia memicingkan matanya ketika antiseptic menyentuh lukanya dan dia mengigit bibir bawahnya mencoba untuk tidak mengeluh kesakitan. Dia terlihat manis. Aku mencium bibirnya sekilas. Dia membuka matanya dan menatapku heran.

"Menyerang orang pada saat dia tidak siap bukan sikap kesatria" ejeknya. Aku meletakkan antiseptic di kapas dan menatapnya. Dia menarik kemejaku dan menciumku.

"Ouch...ehm...ouch..." aku tertawa mendengar dia kesakitan tetapi dia menolak untuk melepaskan ciumannya. Aku berharap jika lidahku dan bibirku bisa menyembuhkan lukanya. Dia melepaskan bibirnya dari bibirku setelah beberapa saat. Tapi bibirnya masih menggantung didepan bibirku.

"Aku mengkhawatirkanmu....bagaimana jika terjadi sesuatu padamu..." ujarku pelan sambil menatap matanya. Dia tersenyum lalu mengecup pelan bibirku.

"Aku tidak akan mati semudah itu. Jangan khawatir" ujarnya. Aku mendesah dan menjauhkan diriku dari tubuhnya. Aku mengambil plaster dan menempelkannya pada luka di pelipisnya.

"Aku ingin menjadi dokter untuk menyelamatkan orang dan bukan menjadi dokter pribadimu" ujarku kesal. Dia menarik pinggangku dan membenamkan kepalanya didadaku.

"Terima kasih. Walau aku seperti ini kamu masih menyukaiku" aku melingkarkan tanganku di bahunya.

"Bodoh....aku mengenalmu dari kecil...ini hanya sedikit dari banyak kebodohanmu" ujarku. Dia mendongak dan menatapku sambil tersenyum.

"Mereka benar....aku tidak pantas untukmu" ujarnya. Aku sangat tidak menyukai kalimat itu. Aku menunduk dan meletakkan dahiku di dahinya.

"itu karena mereka tidak tahu nilaimu" bisikku padanya. Dia tersenyum dan kembali mencium bibirku lembut.

The Hot Blood Engineer and The Charming DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang