BAB XXV: Rumah Kami

7.6K 468 96
                                    

Forth POV

"Jadi kamu akan pindah besok?" Phi Ben menatapku ketika kami berjalan ke arah parkiran. Phi ben adalah kepala divisiku. Sudah dua bulan sejak aku bekerja sebagai pegawai intern di perusahaan ini. Mereka merekrutku setelah aku magang disini.

Aku mengangguk dan tersenyum senang.

"Butuh bantuan?" tanyanya.

Aku menggeleng

"Tenang phi, aku punya banyak pria berotot yang bisa aku pekerjakan secara gratis" ujarku sambil mengedipkan sebelah mataku.

Phi ben tertawa

"katakan kalau butuh sesuatu" ujarnya sambil menepuk bahuku.

"thanks phi" ujarku "datanglah ketika aku pindahan phi, kami akan mengadakan makan malam" ujarku

"Benarkah? Berarti aku akhirnya bisa bertemu dengan pacarmu" dia terlihat senang.

Aku tersenyum "tentu saja" ujarku ketika aku akhirnya sampai di sebelah motorku.

"kalau begitu... Sampai jumpa besok malam" ujarnya. Aku mengangguk dan naik ke atas motor lalu melajukan motor ke Rumah Sakit Sririraj.

"Babe, sudah selesai? Forth di depan" kirimku ke beam.

Aku menunggu di parkiran sambil menatap ke arah lobi rumah sakit. Beam mungkin masih sibuk, dia tidak membaca pesanku. Aku melirik jamku, seharusnya shiftnya sudah selesai beberapa jam yang lalu. Aku memilih menunggunya sambil mendengarkan musik.

Tidak beberapa lama kemudian aku melihat beberapa orang dokter muda keluar dari lobi, mereka terlihat berbicara dan tertawa satu sama lain. Dan diantara mereka ada beam, beamku yang terlihat keren dengan seragam dokternya. Sampai sekarang aku tidak mengerti bagaimana aku bisa mendapatkan pria sekeren dia. Beam memalingkan wajahnya dan dia tersenyum ketika melihatku. Jika ada yang bertanya saat paling bahagia dalam hidupku, maka aku akan menjawab saat ini, ketika aku pulang kerja seharian dan melihat beam tersenyum padaku.

Beam berbisik pada kit. Kit memandang ke arahku dan melambaikan tangan. Aku tidak beranjak dari motor dan hanya balas melambaikan tangan ke arahnya. Beam melambaikan tangan ke teman-temannya dan berlari pelan ke arahku.

"sudah lama?" tanyanya sambil berdiri menatapku dengan kedua mata indahnya.

"Tidak. Baru beberapa lagu" ujarku "Kamu tidak membaca pesanku?" tanyaku heran. Dia terlihat terkejut.

"Ah... Aku lupa mencharger handphoneku. Maaf" dia mengatupkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya.

Aku mengusap kepalanya pelan "its oke" ujarku. Lalu aku memberikan helm padanya. Dia memakai dan duduk dibelakangku. Aku suka bagaimana dia melingkarkan tangannya di pinggangku dan meletakkan dagunya di bahuku. Dia sudah menyerah menyuruhku berhenti naik motor.

"Kemana kita?" tanyanya senang

"Kamu mau makan apa?" tanyaku. Dia terdiam sesaat.

"Steak" ujarnya. Aku tersenyum lebar karena dia tidak menyebut sushi dan memilih makanan kesukaanku.

"Ehm... Steak" ujarku sambil menepuk lengannya yang melingkar di pinggangku. Lalu aku menghidupkan mesin motor dan berjalan ke restoran favorit kami.

Tidak ada yang istimewa dari hubungan kami. Tidak ada yang berubah setelah aku dan beam lulus. Mae Phloi menikah beberapa bulan lalu. Paman sharp dan Mae Phloi begitu baik membiarkan aku tinggal dengan mereka hingga sekarang. Tapi aku tidak bisa selamanya tinggal dengan mereka. Aku ingin mandiri.

"Dua tenderloin steak, satu ice coffee, dan satu ice milk tea" beam mengucapkan pesanan kami. Aku bisa melihat bagaimana pelayan tersebut memerah karena beam menatap langsung matanya. Pelayan tersebut pergi setelah mengulang pesanan kami.

The Hot Blood Engineer and The Charming DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang