Mate 5

15 2 0
                                    

"Dia adalah... anak Alpha Jaden." Naresha mengangguk begitu juga dengan Nina.

"Kak, Ceritain gimana perasaanmu pas pertama ketemu Bang Aris." Mohon Arjun pada Nina.

"Kepo kau," ucap Aris yang baru saja datang dan langsung duduk di sebelah Nina sambil sesekali menicumi pipi Nina. Naresha hanya menatap setiap kegiatan anak-anaknya tersebut.

Bukkk...

"Berhenti menicumi ku, kau sungguh tidak ada urat malu sayang," ucap Nina setelah memukul lengan Aris. Arjun tertawa terbahak-bahak.

"Kau baru tau, Kak? Urat malu bang Aris putus semenjak dia bertemu dengan mu dan kau harus tau, seteiap kau pulang kerumah dia seperti orang gila karna selalu merindukanmu," ucap Aris sembil sesekali tertawa. Aris menarik rambut Arjun yang berada di sebelah kiri Nina membuat Arjun mengaduh karna kesakitan.

Tanpa mereka sadari di belakang Aris, Nina dan Arjun sudah berdiri seseorang yang dari tadi mengamati setiap kelakuan gila mereka. Ya, dia adalah Abraham Alexi Alterio, sang raja Vampire.

"Kapan kalian akan berhenti berdebat?" tanya Abraham dengan suaranya yang terkesan datar seperti lantai yang ada di kerajaan mereka. 


Naresha berdiri dari duduknya lalu berjalan kearah Abraham, Abraham tersenyum hangat kepada Naresha lalu mencium kening Naresha. Tangan Abraham menyentuh perut datar Naresha, "Apa dia baik-baik saja?" tanyanya. Naresha mengangguk lalu tersenyum.

Sendari tadi, Aris, Arjun dan Nina hanya memperhatikan setiap kegiatan kedua orang tuanya. Arjun seakan sadar akan sesuatu.

"Ibu hamil lagi?" tanya Arjun yang sudah berdiri dari duduknya. Ia menatap kedua orang tuanya tidak percaya, bisa-bisa ibunya hamil di saat ia sudah berumur 20 tahun dan sebentar lagi wanita tersebut akan memiliki menantu.

Naresha mengangguk lalu tersenyum bahagia, Arjun menjatuhkan tubuhnya kelantai, "Ibu, aku tidak ingin punya adik," ucapnya sambil melemparkan bantal sofa semabrangan. Hancur lah semua mimpi Arjun menjadi seorang anak bungsu, hancur semua.

"Pokoknya aku tidak ingin memiliki adik, titik tidak pakek koma," ucapnya lalu pergi meninggalkan Abraham, Narsha, Aris dan Nina.

~~~

"Berhenti tersenyum seperti orang gila, Via." Ucap Zion pada Olivia, pasalanya setelah bertemu dengan Vampir tersebut Olivia selalu tersneyum seperti orang gila dan tentu saja itu membuat hati Zion mendidih.

"Kenapa kau yang kesal, dasar Wolfman aneh, suka-suka aku dong mau senyum kek, mau jungkir balik kek, mau guling-guling kek. Itu bukan urusan mu," ucap Olivia.

"Tentu saja itu menjadi urusan ku, kau adalah mate ku,"

"Mimpi saja kau, aku tidak akan sudi memiliki mate seperti mu, lebih baik aku menjadi matenya Arjun, selain dia tampan dia juga sangat hot," ucap Olivia sambil tersenyum senang. Hati Zion semakin panas menedengar Olivia yang memuji Arjun.

'apakah hati mu merasa mendidih?' tanya Lionel dalam pikiran Zion, Zion memutar bola matanya malas. 'Tidak, biasa saja' jawab Zion lalu memutuskan midlink anatara dirinya dan Lionel.

Olivia berjalan menuju dapur, ia melihat beberapa omega sedang sibuk sama pekerjaan mereka, Olivia berjalan menuju kulkas lalu mengambil air mineral dingin dan meneguknya sampai habis.

"Kau begitu haus nona?" tanya salah satu omega muda. Olivia mengangguk.

"Aku haus akibat Wolfman gila itu, dia selalu saja mencari masalah dengan ku, entah apa maunya. Kemarin dia bilang tidak mau memiliki mate seperti ku. Tapi, pada saat aku sedang tersenyum untuk orang lain dia marah dan bilang kalo aku matenya, dasar wolfman gila." Oliva terus saja mengoceh sambil menjelek-jelekkan Zion. Sarah hanya bisa tertawa mendengar ocehan dari Nonanya tersebut.

Sarah ingat dulu ia di bantu oleh Olivia pada saat beberapa rough menyerangnya, ia begitu bersyukur tuhan memepertemukannya dengan Olivia, Olivia adalah gadis yang cantik dan berhati baik, ia juga ramah kepada semua orang. Ia tidak pernah membedakan orang, mau dia Omega, Warriror, Delta, Gamma atau apapun, mereka semua sama bagi Olivia, mereka semua keluargnya.

"Ah, sudah lah. Jika menggosipkan Wolfman gila itu tidak akan ada habisnya, aku pergi dulu ya sarah, aku ingin bermain bersama para warrior, bye Sarah muah." Sarah hanya bisa menggelengkan kepala melihat Nonanya yang begitu lucu dan baik.

Olivia berjalan menuju tempat dimana warrior berlatih, ia melihat Zion yang sedang beberbincang dengan beberapa Warrior. Olivia melengoskan wajahnya pada saat ia tau jika Zion menatapnya.

Olivia mengahampiri salah satu gamma yang selalu ia panggil Paman Alex. Sebenarnya Olivia tidak harus memanggil Alex dangan embel-emebel paman, tapi entah lah, ia rasa kurang sopan jika berbicara pada dengan orang yang lebih tua hanya menggunakan namanya.

"Paman," ucap Olivia.

"Ada apa nona cantik?" tanya Alex, Olivia tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya, sebenrnya tanpa Alex bertanya ia sudah tau untuk apa Olivia datang menghampirinya.

"Aku mau ikut berlatih bersama Oskar, Ya ya ya." ucap Olivia dengan nada memelas. Alex tersenyum lalu mengusap kepala Olivia sayang.

"Tentu saja boleh, ya sudah sana langsung saja bergabung," ucap Alex. Olivia tersenyum senang lalu berlari kearah Oskar, tidak lupa ia mengambil pedang yang sudah disediakan.

"Oskar, ayo berlatih bersama," ucap Olivia. Oskar yang sedang fokus tidak mendengarkan ucapan kembaranya tersebut dan itu membuat Olivia kesal bukan main.

"OSKAR KAU HARUS BERLATIH DENGAN KU..." Teriak Olivia, Oskar dan para Warrior mentup telinga mereka mendnegar teriakan Olivia. Olivia tersenyum senang.

"Eh, Dasar wanita bar-bar suara mu membuat telinga ku sakit," ucap Oskar, sedangkan para Warrior tidak berani berkomentar apa-apa.

"Kau mengati ku wanite bar-bar? Dasar kembaran gila. Ayo berlatih," ucap Olivia lalu mengarahan pedangnya di hadapan Oskar. Oskar memasang kuda-kuda. Ia tidak bisa menganggap remeh kekuatan yang Olivia miliki. Walaupun Olivia seorang perempuan dan memiliki badan yang kecil, tapi tidak dengan kemampuannya.

Jaden yang baru saja pulang dari rapat antar Alpha tersenyum melihat putra dan putrinya yang sedang asik berlatih, ia tersenyum melihat Oskar yang sepertinya kewalahan menahan serangan dari Olivia.

"Bukannya kemampuan Olivia semakin hari semakin baik?" tanya Jaden pada Alex. Alex kaget dan langsung membungkukkan badannya memberi hormat kepada Alphanya tersebut.

"Benar sekali Alpha, kita bisa melihat jika tuan Oskar kewalahan menahan setiap serangan dari nona." Jaden mengangguk menyetujui ucapan yang terlontar dari mulut Alex.

Olivia tersenyum sinis melihat Oskar yang sudah mulai lelah menahan serangan demi serangan dari dirinya.

"Menyerah?" tanya Olivia sambil tersenyum manis. Oskar menggelengkan kepalanya.

"Dalam mimpimu," ucap Oskar lalu kembali menyerang Olivia. Olivia tersenyum tapi ia tetap siaga menahan serangan dari kembarannya tersebut.

Bukk...
Prang...

Pedang yang di pegang oleh Oskar sudah jatuh begitu pula dengan tubuhnya yang sudah tersungkur di tanah.
Olivia tersenyum manis, Oskar menatap tidak percaya pada Olivia, Olivia menjauhkan pedangnya dari tubuh Oskar, lalu membantu Oskar beridri.

"Kau harus mentarktir ku makan sepuasnya di Mall," ucap Olivia pada Oskar. Oskar mendengus, tapi ia tetap menaggukkan kepalanya.
Olivia tersenyum menis lalu mencium pipi Oskar dan pergi meninggalakan Oskar, Ia tersenyum melihat Daddynya yang berdiri disebalah Alex.
"Dad, bukankah aku keren?" tanya Olivia pada Jaden. Jaden tertawa lalu mengangguk.

"Kau sangat payah Via," ucap Zion

Bugh...

TBC

Masyaallah setelah berabad-abad ana gak update ni cerita tapi akhirnya update juga. Bersyukur lah ya kan masih ada inspirasinya nyantol dikit kan lumayan tuh, Sorry for typo jangan lupa vote dan comment.

~V

Crazy SoulMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang