PROLOG

360 41 8
                                    

"Butuh bantuan?"

Mateo Kim mengulurkan tangan. Seulas senyum terukir di bibir pria itu. Rahangnya mengeras membentuk air wajah yang tegas. Suara itu samar-samar terdengar lembut, namun sebenarnya menyimpan aksen dingin dan datar.

Mateo masih di posisi semula. Badannya setengah membungkuk dengan tangan mengulur pada Wendy Son yang duduk di atas jalanan sempit nan kotor. Sang gadis melihat intens, mencari celah dalam diri Mateo yang barangkali memiliki maksud tak baik.

"Lukamu perlu diobati." Mateo melanjutkan.

"Aku bisa menanganinya." Wendy berusaha berdiri, menggunakan kedua tangan sebagai tumpuan. Lalu, ia meninggalkan Mateo yang membenarkan sweter berkerah tingginya.

"Ini hari yang dingin untuk berjalan sendirian di tempat sepi," ucap Mateo yang mulutnya beruap. Udara makin dingin, menusuk sampai ke tulang.

"Jangan lupakan jika aku menolongmu beberapa menit lalu. Kalau tidak, mungkin saat ini mereka sedang melepaskan pakaian hangat itu dari tubuhmu." Mateo mengingatkan Wendy pada kejadian tadi. Kedua tangan pria itu masuk ke dalam saku celananya dengan santai.

Langkah Wendy terhenti. Tubuhnya berbalik menghadap ke arah sang penolong. Sorot mata Mateo begitu tajam sampai-sampai seperti akan menusuk Wendy saat itu juga. Terbersit juga ungkapan kalau Mateo sedang menuntut ucapan terima kasih.

"Maaf, aku lupa. Terima kasih karena sudah membantuku," kata Wendy sekadarnya. Lalu, ia melanjutkan perjalanannya kembali—untuk pulang.

"Aku akan membantumu sekali lagi."

Wendy menolehkan kepala kasar. "Apa maksudmu?"

"Kau butuh uang? Aku bisa memberikan sebanyak yang kau inginkan."

"Maaf, tetapi aku tidak tertarik untuk menjual diri padamu."

"Benarkah? Kau bisa mendapatkan sepuluh kali lipat gaji di restoran jika kau ikut bersamaku. Bukan hanya melunasi utang kakak tirimu, kau bahkan bisa membeli orang-orang brengsek itu."

Wendy menyunggingkan senyum miring. "Walaupun aku miskin, harga diriku tak serendah itu, Tuan."

"Benarkah?"

Bulu kuduk Wendy merinding seketika. Matanya membulat lebar. Pria itu melesat seperti angin dan hilang dari hadapan Wendy. Suara itu berbisik di telinganya, menelusuri setiap inci tengkuk Wendy dengan deru napas sensual.

"Harga diri? Kau tidak membutuhkannya. Kau hanya perlu uang, Wendy Son."

Wendy mencengkeram tali tas selempangnya erat. Siapa orang ini? Kenapa ia tahu nama Wendy? Seingatnya ini kali pertama mereka saling bertemu.

"Kita saling membutuhkan, Wendy." Mateo menarik tubuh Wendy dari belakang, sedemikian sehingga bibirnya menyentuh daun telinga gadis itu. "Kau perlu uangku dan aku membutuhkanmu untuk tetap hidup."[]

🌑🌕🌑

|| 20 Mei 2018

Doppelgänger | CHENDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang