PREQUEL

234 33 4
                                    

Lee Hyukjae menyeringai. Kali ini Hyukjae seratus persen yakin menang. Oh, lihatlah tumpukan-tumpukan cip dengan warna merekah itu. Hyukjae tak tahu pasti berapa ribu dolar jumlah seluruhnya. Tetapi, Hyukjae tahu semua itu segera menjadi miliknya. Dia akan kaya raya sebentar lagi.

Hyukjae melirik gadis cantik—yang merupakan bandar judi—di sebelah kanan. Gadis itu tersenyum. Dia bergantian melihat pria berperut buncit di kiri Hyukjae, lalu pengusaha tampan di seberangnya.

"Aku akan mengeruk uangmu sekali lagi. Dasar gelandangan!" cibir si pengusaha tampan pada Hyukjae.

Hyukjae balas tersenyum. "Aku ingat saat kau mengalahkanku dengan ace-high flush kemarin. Em em, tetaplah berharap begitu hari ini."

"Irene, apa kau pikir gelandangan ini akan menang?" tanya si pria berperut buncit pada gadis itu meminta pendapat.

"Menurutku tidak ada yang tidak mungkin, Tuan," sahut Irene mengulas senyum tipis yang terkesan datar.

"Kau mendukungnya?" serobot si pengusaha tampan tak terima.

Irene menunduk, lagi-lagi sembari mengulas senyum tipis. "Aku ikut bermain bersama kalian. Tidak mungkin aku mendukungnya. Tentu aku lebih mendukung diriku-sendiri untuk memenangkan pihak kasino tempatku bekerja ini."

"Ha ha ha ... kau memang gadis yang jujur, Irene. Aku suka itu. Itu sebabnya aku selalu memilih kau sebagai bandar di permainanku." Pria berperut buncit tertawa lepas. "Ini," katanya melempar dua keping cip berwarna hijau pada Irene sebagai penghargaan karena sudah membuatnya tertawa.

"Ah, sudah, sudah! Lebih baik kalian semua menutup kartu kalian," lerai Hyukjae yang terkesan tak sabar. Tentu saja. Ia segera ingin menang kemudian pulang dengan uang berlimpah.

"Cih, yakin sekali," sindir si pengusaha tampan. "Kau harus melihat kartuku lebih dulu sebelum yakin, sialan!"

"Kalau kau menang, kau harus ingat membayar utang padaku," timpal si pria berperut buncit. "Itu pun kalau kau memang menang," tambahnya setengah mencibir.

"Tenang, tenang. Aku akan lunasi semuanya. Apa kau tak lihat berapa banyak cip di atas meja ini? Aku akan kaya raya sebentar lagi. Ha ha ha ha."

"Ayo, Irene! Showdown!" seru si pria berperut buncit.

Irene memberi aba-aba untuk mulai membuka kartu, dimulai dari si pengusaha tampan. Lelaki itu menunjukkan dua kartu di tangannya. Pria berperut buncit yang melihat kombinasi kartu bagus pun melempar dua kartunya kasar. Dia kalah dari si pengusaha tampan.

Berbeda dengan Hyukjae, dia meletakkan dua kartunya di atas meja permainan dengan santai. Kombinasi kartunya lebih bagus dari si pengusaha tampan, membuat lelaki itu menggebrak meja kesal. Yang terakhir adalah Irene.

"Lee Hyukjae, win," kata Irene. 

Irene seraya berdiri memindahkan cip demi cip yang dipertaruhkan kedua lawan Hyukjae. Dia juga menambahkan beberapa cip yang berada di depannya.

"Ini hari keberuntunganku," kata Hyukjae tak henti-hentinya merasa bangga. Sementara itu si pengusaha tampan meninggalkan meja permainan dengan wajah memberengut.

"Aku akan menantangmu besok untuk mencoba peruntungan lagi." Si pria berperut buncit berdiri. "Oh ya, jangan lupa utangmu, Lee Hyukjae." Dia pun menyusul si pengusaha tampan keluar melalui pintu utama.

***

Wendy Son merebah di atas sofa. Tangan kanannya membentang ke samping sampai menyentuh lantai. Kedua matanya terpejam, lalu menghirup napas dalam-dalam.

Doppelgänger | CHENDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang