Chapter 4 - Momen terindah

31 5 0
                                    

Motor Riel masih setia meraung dalam bisingnya malam. Riel membawa motor dengan kecepatan sedang takut cewek yang diboncengnya akan marah jika menaikkan kecepatannya. 

Riel menepikan motornya di warung pinggir jalan yang tak jauh dari daerah yang telah mereka tinggalkan. Riel berjalan duluan Dari Grace. Riel sudah memasuki warung gado-gado, namun suara langkah kaki Grace belum juga terdengar.

Riel kembali ke belakang, tempat motor nya semula. Riel terkejut Grace ditarik-tarik oleh preman yang jumlahnya lumayan banyak. Tempat parkir, lumayan jauh dari letak warung sehingga membuka sedikit celah bagi para preman menangkap mangsanya di sini.

Grace terlihat sangat ketakutan, mukanya memutih terlihat sangat pucat. Riel mengepalkan tangannya, bersiap melayangkan tinjunya, sudah lama juga ia tidak menyentuh wajah para bajingan itu.

🐶🐶🐶

Grace menutup matanya, tak ada yang dapat dilakukannya selain itu. Mulutnya sudah kelu untuk meminta tolong, rasanya itu sia-sia, mengingat tempat ini hampir tak berpenghuni.

Grace mengingat pada benda keberuntungannya. Kejadian yang telah ia terawang selama perjalanan terjadi akhirnya kejadian juga. Tapi, kenapa ia jadi bergantung pada benda itu?

Dalam hati Grace berpasrah, kakinya sudah melemah tak mampu menahan badannya yang diseret-seret oleh preman. Jika saja ia mati hari ini, Grace tak rela Yosephine akan kehilangan sosok kakak, Grace juga tak kuasa melihat Rose dan Lara ketawa-ketiwi tanpa dirinya.

Masih dengan pikiran yang kalut, entah kenapa genggaman tangan preman yang menariknya dari sebelah kiri mengendur. Grace juga sempat melihat detik-detik preman itu jatuh. Grace melihat ke kiri ternyata Riel alasan kenapa preman itu jatuh.

Riel memberikan sebuah tendangan yang mulus mendarat di pipi preman itu. Membuat Grace bungkam dan semakin kalut dengan segala pikirannya.

Pikiran Grace sudah melayang kemana-mana.
'Gimana kalau Kak Riel luka-luka'
'Gimana kalau preman yang menang'
'Gimana kalau—'
Perkataan itu berhenti seketika, Riel menarik tangan Grace menuju warung gado-gado. Preman itu masih belum juga kalah maka dari itu Riel memilih menghindari mereka.

"Grace cepat, " Riel masih menarik lengan Grace.

Grace mempercepat langkahnya menyesuaikan dengan langakah Riel. Sedikit lagi mereka sudah hampir sampai, hanya saja kaki Grace terasa sakit, perutnya juga. Lengkaplah sudah, ia kan belum makan malam.

Grace melepaskan genggaman tangan Riel, membuat Riel secara spontan berbalik melihat keadaan Grace.

"Kak aku gak sanggup lari lagi, "

"Ayolah Grace sedikit lagi kita nyampek,"

Grace masih tak sanggup berdiri, bahkan untuk menahan bobot tubuhnya ia harus menopang tubuhnya dengan bertumpu pada lututnya.

"Premannya udah dekat tuh, aku gendong  aja yah,"

Tanpa izin Riel mengangkat tangan Grace ke pundaknya dan mempersilakan Grace menaiki punggungnya.

"Yakin nih kak? Aku berat lho,"

Riel tertawa sambil melirik ke belakang, "Apaan sih, cuman 48 kilo juga. Udah cepetan naik, aku gendong atau digorok sama preman? "

Grace bergidik ngeri, "Iya iya deh kak, aku naik yah, "

Grace naik ke punggung Riel dengan susah, ia hanya pernah di gendong ketika berumur balita bahkan karena disitu badannya ringan maka Dadynya langsung mengangkat Grace ke punggung.

Setelah memastikan Grace telah siap maka Riel dengan setengah berlari membawa Grace ke warung gado-gado yang ia tinggalkan tadi.

"Kamu gak berat lho, cuman mendapatkan hati kamu aja yang berat. Tantangannya banyak, tapi itu jadi semangat buat besok untuk memenangkan hati kamu lagi,
Selamat Pagi "
Riel

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang