Degupan itu kembali ada....
- Jie -Aqilla menghela napas begitu membaca pesan yang Jie kirim. Ia sadar, kini mereka berdua semakin akrab, apa terlalu akrab? Setelah berkenalan dan berteman. Ternyata Jie adalah sosok ramah yang rendah hati.
Ketika pertama kali bertemu dengan Jie. Aqilla takut dan tidak percaya diri, bahkan mungkin membayangkan untuk menjadi teman pun tak terpikirkan sama sekali. Mereka berdua terlalu berbeda. Jie yang keren dan mudah bergaul dengan banyak orang. Tidak seperti dirinya yang biasa saja dan pemalu, kaku, aneh pula.
Aqilla melihat lesu ke arah layar ponselnya. Membaca kembali pesan yang Jie kirim. Tadinya ingin menolak, tapi, tidak enak. Dan, Aqilla pikir Jie tidak ada maksud lain selain mengajaknya datang melihat pameran fotonya. Tidak seperti kemarin, benar-benar menyebalkan dan membuatnya malu. Apa maksudnya Jie melakukan hal kurang ajar seperti itu?
Tanpa sadar Aqilla menaruh bukunya dengan kasar di atas meja kerja hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras dan membuat guru-guru lain menoleh ke arahnya. Ia buru-buru meminta maaf sambil tersenyum lebar dipaksakan.
Ya, ampun Aqilla. Apa yang barusan kamu pikirkan? Aqilla menghela napas cukup panjang. Ia lalu merapikan tumpukan kertas ulangan di atas meja dan memasukkannya ke dalam laci. Setelah itu ia segera berjalan menuju mushala untuk melaksanakan ibadah shalat dzuhur terlebih dahulu sebelum berangkat.
Belakangan ini banyak hal yang membuat konsentrasi dan fokusnya terbagi-bagi. Masalah Iqbal anak didiknya yang belum terselesaikan, setiap minggu pasti selalu ada dua hari dimana ia absen, bahan untuk menulis artikel yang belum disusun, pelatihan terpadu di sekolahnya setiap hari minggu pagi hingga siang, pengurusan keberangkatannya untuk ke china nanti.
Aqilla menghela napas berat, kalau dipikir-pikir hidup memang seperti ini. Penuh dengan kesibukan dan pergerakan. Tidak mungkin hanya diam di tempat. Terkadang Aqilla masih tidak percaya bisa ada di titik seperti sekarang ini.
Menjadi seorang guru yang sekaligus penulis adalah impiannya. Yang selalu ia ucapkan berkali-kali dalam doa dan ikhtiar. Tidak sedikit Aqilla sering dikatakan sebagai pemimpi oleh orang-orang di sekitarnya.
Terlalu banyak mimpi dan berkhayal tinggi, nanti kalau jatuh sakitnya double. Begitu kata mereka. Namun, menurut Aqilla pemikiran seperti itu hanya ada dalam benak jiwa orang-orang yang pengecut. Yang tidak berani jatuh dan terluka berkali-kali untuk meraih cita-citanya.
Bukankah semuanya berbanding lurus? Jika memang sesuatu yang ingin kita capai itu tinggi dan besar. Tentu kita pun akan lebih sering terjatuh dan terluka. Justru yang patut dipertanyakan adalah jika kita tidak pernah jatuh dan terluka sama sekali. Itu jauh lebih buruk, karena tandanya kita tak pernah mencoba untuk berjuang.
Aqilla pernah berada di titik menyerah dan putus asa. Setiap orang pun pasti pernah berada di titik itu. Namun, Aqilla segera bangkit lagi. Mendengar banyak komenan orang lain apa yang bisa di dapat? Sepertinya tidak ada. Hanya membuat hati dan pikiran semakin semrawut. Lagipula, itu, kan, hanya pemikiran dan omongan mereka. Kenapa juga harus Aqilla pikirkan? Biarkanlah itu menjadi urusan bagi mereka yang memikirkannya.
Dengan perjalanan hidup yang penuh lika-liku Aqilla mulai memahami bahwa hidup memang berjalan seperti ini. Tidak semua orang mau mendukungmu, tidak semua orang menyukaimu. Bahkan terkadang ada beberapa orang yang tidak menyukaimu tanpa sebuah alasan. Ada, kok, orang seperti itu di zaman sekarang. Mereka tidak perlu berpuluh-puluh alasan atau bahkan satu alasan saja untuk membencimu. Ketika ditanya mereka hanya menjawab, mereka hanya membenci saja. Sudah, tidak ada alasan. Aneh, memang. Tapi, begitulah kenyataannya.
Orang-orang macam itu hanyalah iri. Begitu, kata Ibu setiap Aqilla resah karena sempat dibuat kepikiran. Kenapa mereka terus mengurusi hidup Aqilla, bahkan hingga membencinya di saat Aqilla sama sekali tidak melakukan hal yang sama dengan mereka. Membicarakan mereka saja Aqilla tidak sempat, tapi, mereka masih saja sempat membicarakannya. Benar-benar, deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smell After Rain | TELAH TERBIT
RomanceKisah ini bukanlah kisah romansa antara Romeo dan Juliet. Kisah ini adalah kisah pertemuan antara dua insan yang terjadi karena hujan dan payung berwarna merah. Aqilla, wanita bersahaja yang mampu membuat dunia Jie, si pria kaku, naif, dan sulit dit...