Urakan dan brengsek itu berbeda. Aku memang urakan, tapi, tidak brengsek.
- Jie -
Di china terdapat 56 etnis suku, dengan 92% didominasi oleh suku Han. Dan populasi ke-55 etnisnya adalah minoritas. Pengaruh migrasi bangsa-bangsa di asia tengah melalui jalan sutra membawa banyak perkawinan silang antar bangsa. Suku ozbek dan tatar, kirgiz, uyghur masih satu nenek moyang dengan bangsa Mongolia dan menganut agama Islam.
Ke-56 etnis ini memiliki bahasa, budaya, hingga cara berpakaian yang berbeda-beda. Cukup jelas segala petunjuk dan informasi yang Leo paparkan.
Hari ini adalah hari pertama mereka di China, tepatnya di Beijing. Aqilla sibuk dengan laptopnya, walau ini masih hari pertama. Aqilla tidak bermalas-maalasan, ia segera membuat artikel miliknya dengan serius. Leo pun tak kalah sibuk dengan catatan-catatan dalam buku kecil cokelatnya, sedangkan Jie? Ia sibuk memperhatikan Aqilla sambil sebentar-sebentar tersenyum sendiri seperti orang tak waras.
Leo yang menyadari itu segera bangkit dari kursi kayunya dan berjalan menghampiri Jie. Tangannya kemudian melayang tepat ke arah kepala Jie.
“Aduh, sakit! Apa-apaan, sih!” teriak Jie berhasil membuat Aqilla dalam beberapa detik melihatnya lalu kembali sibuk dengan tulisannya lagi.
Aqilla sudah paham betul, pola hubungan Jie dan Leo. Jadi, biarkan saja mereka saling sibuk memukul, mengumpat atau semacamnya. Mereka sulit menjadi orang dewasa jika sudah berdua.
“Ni buyao zhao yi jian shi (kamu jangan mencari masalah)!” sungut Leo sambil mencengkram kepala Jie cukup kuat. Jie menatap wajah Leo dengan tatapan seperti ingin membunuh.
Dengan gerakan cepat layaknya seorang ahli kungfu, Jie menarik pergelangan tangan Leo lalu memutarnya hingga pria berkacamata itu berteriak-teriak kencang dan meminta ampun.
“Ni shuo shenme (apa katamu)?!” Jie tentu tidak terima, Leo sudah mengganggu menit berharganya ini. Ia kira mendapat kesempatan melihat Aqilla adalah kesempatan mudah. Ini momen langka! Jelas-jelas ialah yang mencari masalah, bukannya Jie.
“Kamu kira Aqilla adalah Me Yi? Aqilla bukan Me Yi, Jie. Ia bahkan tak akan tertarik walau kamu menatapnya dengan tatapan mautmu itu. Jangan membuat saya kesal! Kalau kamu ingin membuatnya tertarik tidak seperti itu. Tatapan matamu itu tidak sopan!” ceramah Leo sambil memijat pergelangan tangannya yang baru dipelintir oleh Jie.
Leo melihat tangannya sebentar, ah, merah sekali. Inilah kenapa sejak dulu Leo selalu melarang Jie untuk tidak menonton film kungfu shaolin tapi pria keras kepala itu malah semakin menjadi-jadi tak peduli dengan segala nasihat Leo.
“Bukan salah saya! Bagian mana yang tidak sopan? Saya sedikit tak waras juga karenanya. Memang karena siapa?” tanpa rasa malu Jie mengutarakannya dengan sangat jelas dan lantang.
Aqilla, wanita berjilbab abu muda itu melihat ke arah Jie dan Leo dengan tatapan terkejut dengan wajah polosnya. Leo tersenyum ramah sambil menundukkan kepala dan memberi isyarat ‘bukan apa-apa, lanjutkan saja’.
“Saya sudah berteman dengannya sejak kecil. Dulu dia itu jelek dan menyebalkan. Dia lebih mirip koala cengeng yang menyedihkan. Tapi, ah, sial. Kenapa dia semakin manis?” Jie menutup wajahnya dengan tangan. Leo yang mendengar umpatan Jie itu langsung tertawa terbahak-bahak.
“Ni xiao shenme (apa yang kamu tertawakan)?” Jie menyikut pinggang Leo dengan kedua telinga yang sudah memerah.
“Ya Tuhan! Pubermu telat, Jie. Kamu seperti seorang gadis yang baru jatuh cinta untuk pertama kalinya. Kamu tidak sedang mabuk, kan? Mabuk cinta!” Leo lalu kembali tertawa sambil memegang perutnya. Kedua matanya bahkan hingga tenggelam karena saking puasnya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smell After Rain | TELAH TERBIT
RomanceKisah ini bukanlah kisah romansa antara Romeo dan Juliet. Kisah ini adalah kisah pertemuan antara dua insan yang terjadi karena hujan dan payung berwarna merah. Aqilla, wanita bersahaja yang mampu membuat dunia Jie, si pria kaku, naif, dan sulit dit...