Ada apa dengannya?
- Aqilla -
"Kalau kamu datang ketika imlek, pasti suasana di sini jauh lebih ramai," terang Leo begitu antusias sambil memamerkan senyum lebarnya. Aqilla mengangguk-angguk dengan kedua mata yang berbinar penuh semangat.
Hari ini mereka berempat- termasuk Me Yi, yang entah tanpa rasa malu sudah berjalan di samping Jie dengan wajah sok polosnya, berjalan berkeliling di beberapa daerah sudut kota Beijing yang unik dan selalu memiliki sejarahnya sendiri.
Jie hari ini menggunakan kacamata bingkai cokelat kayu dengan rambut yang masih berantakan. Namun, bedanya, hari ini ia memotong rambut bergelombang sedagunya itu menjadi lebih pendek. Me Yi yang melihat penampilan Jie yang menurutnya keren itu tak hentinya berusaha mencuri pandang.
Sedangkan Jie? Ia selalu mengalihkan pandangannya agar tak bertemu dengan tatapan wanita yang menggunakan rok payung selutut di sampingnya ini.
"Di China itu ada libur resmi tujuh hari untuk menyambut datangnya hari imlek. Setiap malam pergantian tahun, orang China punya kebiasaan menonton acara Chun Jien Lian Huan Wan Hui atau pesta menyambut imlek. Semua televisi pada malam itu menyiarkan acara yang sama," sambung Leo dengan menggerakan tangannya ke dalam lalu keluar seperti sedang mempresentasikan produknya.
Aqilla yang mendengar penjelasan Leo terlihat begitu serius dan terbawa, Jie yang melihat itu dari belakang menjadi kesal sendiri. Ia merasa diabaikan, dan bagaimana ceritanya Me Yi bisa berada di antara mereka bertiga saat ini? Bukankah seharusnya ia bersama Anton, tunangannya itu?
Tadinya Jie sudah membayangkan bekerja sambil berlibur dengan sahabat baiknya Leo dan Aqilla. Tapi, wanita ini, wanita di sampingnya ini mengacaukan semuanya. Wajah Me Yi memang terlihat polos seperti anak anjing, namun, jangan tertipu. Perihal bagaimana perangai dan tabiatnya itu, benar-benar membuat siapapun yang pernah mengenalnya merinding.
"Kamu mencampakkan Anton?" tanya Jie tiba-tiba, membuat Me Yi benar-benar fokus menatap lawan bicaranya saat ini.
Me Yi hanya tersenyum simpul, lalu,"dia yang mencampakkan saya."
Jia tersenyum sinis, lalu ia tertawa kecil,"semoga kamu baik-baik saja."
Me Yi langsung menghentikan langkah kakinya dan karena hal itu pulalah Jie juga berhenti. Pria itu terdiam sambil menatap Me Yi, begitupun wanita itu. Mereka berdua berdiri saling berhadapan di jalanan kota tua Beijing yang ramai.
"Saya minta maaf, kamu mau, kan, kembali lagi seperti dulu?"
"Ha? Minta maaf untuk apa? Kembali? Seperti dulu? Memangnya dulu kita bagaimana? Saya sudah lupa," ucap Jie dengan kedua mata yang sedikit melotot lalu berlari kecil menghampiri Leo dan Aqilla yang sudah berjalan lebih dulu di depan.
"Iya, jadi begitu, dalam ajaran Buddha, kungfu adalah sarana untuk melatih diri, pikiran, dan hati," terang Leo sambil sesekali membenarkan posisi kacamatanya yang senang sekali merosot.
Jie langsung merangkul pundak Leo dari belakang sambil tertawa lepas. Leo memang tour guide yang sudah profesional, ia begitu informatif.
Leo yang melihat tawa lepas itu langsung menoleh ke belakang, melihat ke arah dimana Me Yi tadi berjalan. Kemana perginya wanita itu sekarang? Aqilla pun bereaksi sama seperti Leo. Hanya ada Jie di belakang mereka berdua.
"Me Yi kemana?" tanya Aqilla dengan pandangan memandang luas ke belakang.
Jie hanya mengedikkan pundaknya dengan wajah santai, lalu,"dia lelah katanya tidak mau ikut berkeliling."
Leo mengangguk pertanda mengerti, mengerti tentang hal-hal lainnya. Sedangkan Aqilla hanya terdiam sambil mengangguk pelan.
Kini mereka bertiga sedang berjalan berkeliling dengan santai sambil terus berbincang ringan seperti biasa dengan senyum dan tawa. Kalau sudah berkumpul bertiga mereka menjadi seperti keluarga yang sangat dekat. Akrab, hangat, tulus. Walau kenyataannya banyak sekali perbedaan yang ada di antara mereka. Namun, hal itu tak lantas menjadi masalah. Berbeda itu sah-sah saja, yang tidak boleh itu membeda-bedakan yang sama dan menyamakan yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smell After Rain | TELAH TERBIT
RomanceKisah ini bukanlah kisah romansa antara Romeo dan Juliet. Kisah ini adalah kisah pertemuan antara dua insan yang terjadi karena hujan dan payung berwarna merah. Aqilla, wanita bersahaja yang mampu membuat dunia Jie, si pria kaku, naif, dan sulit dit...