Terkadang, butuh kekuatan ekstra untuk bertahan dari godaannya.
-Tristan Gavin Samudera-****
Di Mobil, Vanessa lebih banyak diem. Dia membelokkan kepalanya ke jendela. Menatap kosong ke jalanan yang dipadati oleh berbagai jenis kendaraan. Entah kenapa, sulit rasanya untuk membuka obrolan setelah satu Minggu berada dalam kondisi saling mendiamkan.
"Masih sakit nggak?" Tanya Tristan, suaranya itu memecahkan keheningan.
"Udah nggak," jawab Vanessa tanpa menoleh sedikitpun.
Tristan mengulurkan tangannya, menyentuh kening Vanessa. Di balik sentuhan itu ada sesuatu yang basah dan terasa begitu sejuk. "Lo nahan sakit ya?" Tebaknya.
"Nggak," jawab Vanessa sekedarnya, juga tanpa menoleh.
Tristan ternyata nggak bisa gitu aja percaya. Dia mencari tempat untuk menghentikan laju mobilnya sementara.
Setelah mobil berhenti pada tempat yang aman. Tristan melepas seatbelt agar bisa leluasa mendekati Vanessa. Tanpa meminta izin, dia menekan perut Vanessa dengan cukup kuat.
"Awww!" Teriak Vanessa seperti kesetanan. "Lo gila ya?!" Makinya. Dia yang tadinya bisa menahan sakit di perutnya, kini rasanya sakit itu bertambah parah.
"Sakit, kan? Kenapa tadi bilang nggak sakit?" Tanya Tristan tanpa mempedulikan protes dari Vanessa.
Vanessa langsung mendelik ke arah Tristan. "Lo tuh dokter atau apa sih," rutuknya.
"Nggak perlu jadi dokter dulu buat tau kita lagi sakit atau nggak. Itu gunanya sekolah yang bener. Lo bisa ngerti dasar-dasar dari ilmu kesehatan."
"Mulai deh ceramah."
"Kalo diomongin itu didengerin," Tristan menjewer telinga Vanessa.
"Ihhh Tristan sakit," Vanessa langsung menjauhkan tangan Tristan dari telinganya. "Lama-lama telinga gue panjang sebelah gara-gara lo tarik."
"Masa sih. Mana sini gue liat," Tristan mendekatkan wajahnya. Dia mengibaskan rambut panjang Vanessa ke belakang telings agar bisa melihat telinga cewek itu dengan lebih jelas. Dan bener aja, telinga itu memerah sekarang akibat tarikannya tadi. Dengan sangat lembut dibelainya telinga itu, "maaf ya jadi merah gini," bisiknya.
Ini kenapa panas banget gini sih, AC mobil Tristan rusak apa gimana? Vanessa jadi menggerutu sendiri. Sentuhan Tristan membuat tubuhnya seperti terbakar api. Apalagi jarak wajah mereka begitu dekat, menyebabkan oksigen di sekitarnya menipis.
"Pipi lo merah. Padahal nggak diapa-apain," goda Tristan. Dia ikut membelai rona merah di pipi itu.
"Tristan apaan sih," Vanessa menepis tangan cowok itu. Dia bisa kejang-kejang kalo digituin terus. "Pipi gue merah karena emang gue lagi sakit. Wajar lah," katanya mencari alasan.
Tristan terkekeh. Dia sama sekali tak menjauhkan wajahnya. "Lo jauh lebih cantik kalo lagi malu-malu gini," pujinya.
Demi apapun Vanessa ingin segera masuk ke kolam renang. Dia makin kepanasan. Ibarat ikan tanpa air, dia pasti sudah menggelepar sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone #Book 1: Player
Teen Fiction(Repost dan Revisi) Princessa Vanessa memiliki semua hal yang diinginkan oleh kebanyakan cewek pada umumnya. Dia cantik, kaya raya, populer dan supel. Tapi kelebihannya itu dia jadikan sebagai alat untuk menguasai sesuatu, yaitu laki-laki. Dia tumbu...