Kamu bisa menceritakan sakitmu. Aku akan mendengarkan semuanya hingga kamu lupa bagaimana kamu menangis sebelumnya.
***
Irama keluar dari kebisingan kelas yang tengah bersantai karena para guru rapat bulanan. Raka dan Fadil membayanginya dari belakang. Irama masuk ke dalam kelas sebelah untuk mencari sumber yang menyiramkan bensin kepadanya.
Raka telah membisikkan kalimat yang berujung telak efeknya untuk Irama. Berita yang dibawa oleh Raka mampu membangunkan amarah yang selama ini Irama pendam. Hingga dia mencari tokoh yang terasa ingin dibinasakan olehnya.
"Mana Rizal?" tanyanya pada Kiko yang duduk di dekat pintu dengan game di tangannya.
Kiko menatap Irama sebentar, kemudian menjawab, "Tadi dia keluar, entah ke mana."
Irama langsung pergi dengan langkah panjang yang sulit untuk diikuti oleh Raka dan Fadil yang memiliki tubuh lebih kecil darinya. Mereka hanya diam mengikuti tanpa memprotes meskipun tersandung berkali-kali.
Mereka belok ke arah gudang sekolah, di mana Irama pertama kali menemukan Melodi. Di sana tempat persembunyian para pemakai narkoba.Irama masuk ke dalamnya dengan menendang pintu kayu hingga bunyi dobrakan yang sangat kuat. Gudang itu hanyalah bangunan tak terpakai yang berada di ujung gedung kelas 12. Tidak ada yang ke sana selain rombongan yang menjadikannya sebagai markas.
Suara pintu terbuka dengan keras membuat orang yang berada di dalamnya terkejut. Mereka semua memandang satu arah, kemarahan Irama.
"Ram-Rama?" gagu Rizal dengan memandang takut.
Tentu saja. Kedatangan Irama di saat yang tepat adalah malapetaka untuk semua orang yang berada di dalam gudang. Irama melangkah kecil dengan kedua tangan masuk ke dalam sakunya. Dia tertawa miring menatap Rizal yang kini membeku.
"Kok gagap, Zal? Kenapa?"
Irama berjongkok tepat di depan Rizal. Rizal menyembunyikan benda yang sedari tadi dia keluarkan ketika Irama belum ada di sana.
"Ada party di sini? Kok rame? Gue nggak diajak?" tanya Irama lagi tetapi tak mendapatkan jawaban.
"Kita ... kita lagi ngobrol aja, Ram. Gabut yakan di kelas, guru pada kagak ada," sahut Kadir.
Irama mendengus kecil lalu tertawa lantang. Tawa yang malah membuat Rizal dan Kadir menenggak salivanya dengan susah payah.
"Bercanda lo pada sama gue?"
Irama menarik tangan Rizal yang sedari tadi disembunyikan dengan paksa. Dia tertawa sinis begitu menemukan benda tabur berwarna putih yang dikemas dalam plastik transparan.
"Tadi katanya ngobrol. Ngobrolnya sambil make?" tanya Irama lagi.
Irama bangkit dari jongkoknya. Kakinya melayang ke perut milik Rizal dengan pandangan nyalang. Suara gaduh terdengar ketika Rizal jatuh dan mengenai semua tumpukan kayu yang ada di pojok dinding. Wajah-wajah terperangah Irama perhatikan satu per satu. Senyum iblisnya hadir.
Irama menarik kerah seragam Rizal lagi. Dia membenturkan tubuh Rizal berkali-kali ke dinding hingga ringisan keluar.
"Gue udah pernah bilang. Lo boleh jadi bangsat, brengsek, bajingan, apa pun itu asal bukan pemake. Ternyata omongan gue nggak lo denger?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Irama
Teen FictionIni adalah nyanyianku. Suara yang ada tanpa satu pun terdengar olehmu. Ini adalah ceritaku. Suara tertahan yang selama ini terkungkung dalam tangis tiada suara, serta terpenjara dalam batas kebisuan. ________________________________________________...