Twenty-Six

20.8K 2.2K 156
                                    

"Sayang? Bangun yuk? Tahajud dulu."

Kamu mengerjapkan matamu beberapa kali. Menoleh kearah suamimu yang kini sudah siap dengan sarung dan baju koko cokelatnya.

"Peluk dulu," rajukmu.

Jongdae tertawa lalu naik keatas tempat tidur, menarikmu kedalam pelukannya.

"5 menit ya? Kita solat, ngaji baru kamu bebas nduselin aku."

Kamu hanya bergumam untuk menjawab, karena kamu sedang menikmati hangatnya pelukan suamimu.

"Mas udah wudhu?"

"Udah. Kenapa?"

Kamu mendongak. "Kan peluk aku, batal dong?"

"Rasulullah pernah kok pas mau ke masjid cium keningnya Bunda Aisyah, gak pake wudhu lagi."

Kamu tersenyum, menenggelamkan kepalamu didadanya.

"Yaudah hehe."

Jongdae jadi ikut tertawa karenamu. Dia mengelus rambutmu lembut, sesekali mengecup keningmu.

"Udah dulu peluknya, ayo kita solat dulu. Sana siap-siap."

Dia melepaskan pelukannya dengan lembut. Menarik tubuhmu seraya tersenyum manis.

🍀

Selesai solat matamu justru memeluk Jongdae yang tengah membaca Al-Qur'an. Mendengarnya membaca ayat suci membuatmu kembali mengantuk dan menenggelamkan kepalamu di dadanya.

Lengan kirinya ia gunakan untuk merangkul tubuhmu sedang tangan yang kanan untuk memegang Al-Qur'an.

"Ngantuk lagi?" tanya Jongdae setelah selesai membaca.

Kamu mengangguk, "kok udah ngajinya?"

"Ini aku nya gemes kalo kamu peluk-peluk gini, mau gigit kamu aja. Ya?"

Kamu bersemu malu dan mengeratkan pelukanmu. Jongdae tertawa lalu mengecup pucuk kepalamu.

"Pindah ke tempat tidur aja, ya? Dingin kalo dilantai,"

Jongdae menepati ucapannya. Dia melipat sajadah dan kamu melipat mukena, setelahnya kamu naik keatas tempat tidur lebih dulu.

Suamimu menyusul berbaring dan menarikmu dalam pelukannya.

Kamu mengendusi wangi tubuh Jongdae yang begitu khas.

"Mas, udah mandi pasti ya?"

Jongdae mengangguk. "Iya, kenapa? Badan aku dingin ya?"

"Iya. Kamu pake parfum tapinya?"

"Nggak tuh, parfum aku udah abis dari lama banget."

Kamu hanya ber'oh' ria sebelum memeluk Jongdae lebih erat.

"Kok wangi?"

"Wangi sabun kamu nih, yang smokey rose. Manis banget wanginya," ujar Jongdae lalu mengusak pipimu dengan hidungnya.

Kamu tertawa saat Jongdae kini malah menciumi pipi kanan mu berkali-kali, sesekali menggigitnya gemas.

"Udah merah jadi makin merah pipinya, aku makin gemes ini gimana dong?" Jongdae menopang tubuhnya dengan lengan lalu mengecupi seluruh permukaan wajahmu.

"Geliii, udaaah..." kamu mendorong bahu suamimu agar kembali berbaring.

Jongdae tertawa riang dan kembali menarikmu mendekat seraya memejamkan matanya.

"Mas?"

"Hm?"

"Kamu bisa nyanyi kan?"

Jongdae membuka matanya, sedikit menunduk untuk menatapmu.

"Kenapa emang?"

Kamu tersenyum lebar, "aku mau coba denger kamu nyanyi dong.."

Jongdae tampak berpikir sebelum tersenyum dan mengangguk.

"Oke, ehem, tes satu dua...ehem."

Kamu tertawa.

"Debar kencang bergema di dada
Tiap kali jumpa dirinya

Jongdae menjawil hidungmu seraya tersenyum.

Bercampur semua rasa yang ada
Dan hatiku bertanya-tanya

Apakah mungkin dia
Definisi bahagia
Dengannya aku bersedia
Habiskan usia

Kamu larut dalam suara lembut Jongdae. Ikut tersenyum kala dia menatapmu jua seraya tersenyum.

Kan ku petik bintang di langit ketujuh
Asalkan hati memang setuju
Pada hatimu kuterjatuh
Ajaklah hatiku menari
Hingga tiada sedih di hati
Jadilah sebuah definisi
Bahagia yang selalu kunanti..."

Kamu bertepuk tangan dengan semangat, "sukaaa."

Jongdae mencubit pipimu, "aku juga suka kamu."

"Ihh, maksud aku, aku suka sama suaranya kamu Mas."

"Aku juga kok. Maksud aku, aku sukanya sama kamu. Semua yang ada di kamu aku suka, hehe."

"Jangan gombal terus, ih?"

"Ngga gombal ini beneran. Masa gak percaya?"

"Nggak percaya emang, wlee." kamu menjulurkan sedikit lidahmu kearah Jongdae.

"Heh, gemes banget aku ini. Gigit semua nih? Mau?"

"Kamu mau jadi zoombie? Aku gigit balik nih nanti."

"Gak jadi deh, kasian istri aku nanti sakit. Cium aja terus peluk sampe subuh ya?"

Kamu mengangguk, "cium pipi ka–"

Ucapanmu terhenti saat Jongdae justru mengecup bibirmu. Tapi sepertinya dugaanmu salah. Jongdae mulai melumat bibirmu lembut, kamu meremat baju koko Jongdae saat suamimu menekan tengkukmu dan memperdalam ciumannya.

Hingga kamu menepuk dadanya, Jongdae baru melepas ciumannya.

Dia mengusap bibir bawahmu lembut, "sebelum tidur pake lipbalm ya?"

Kamu mengangguk, "iya. Emang masih kerasa?"

"Masih. Cokelat, i guess?"

"Benaaaar!"

Jongdae tertawa dan mengecup bibir mu sekali lagi.

"Jadi, kamu mau bulan madu dimana?"

"Kok jadi bulan madu sih Mas?"

Jongdae menunjukkan cengirannya, "tiba-tiba inget Riyel. Aku juga mau punya satu yang kayak Riyel."

Kamu mencubit hidung suamimu, "emang Riyel barang? Suka aneh,"

"Jadi kita mau bulan madu kemana?"

Kamu mengangkat bahu, "selama perginya sama kamu, kemana aja boleh, Mas."

"Yaudah di kamar aja ya?"

"Mas..."

"Bercanda, humairah..."

Obrolan terus berlanjut sampai terdengar adzan subuh. Melakukan hal kecil bersama Jongdae merupakan bahagia tersendiri untukmu.

Dan bahagiamu adalah bahagia Jongdae.

🍀

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim Jong DaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang