VII

8 6 0
                                    

“Peter, aku mendengar ada yang mendekat.”

“Ya, aku juga merasakannya, itu Oniikami, sepertinya itulah yang menyababkan mereka buru-buru menutup dindingnya.”

Benar saja, Oniikami setinggi 5 meter sudah siap menghadang kami. Dia sepertinya tertarik dengan para prajurit yang sedang survey. Di topengku sudah tidak ada lagi prajurit yang tersisa, entah tewas, atau sudah masuk ke Zona aman dibalik dinding, yang pasti titik merah penanda para Yokai sama kosongnya dengan titik biru penanda para prajurit. Hanya ada titik kuning. Oniikami. Tipe macan kumbang, dengan postur manusia. Oniikami ini terus mengejar, bahkan lebih cepat.

Aku terpaksa melawannya.
Aku melompat ke udara, 3 meter, aku berhasil menendang moncong Oniikami tersebut, tidak terlalu terpengaruh, tapi aku terdorong menjauh, memberiku waktu beberapa detik untuk menyusun strategi.

“Turunkan aku.” Lucy memaksa.

“Aku akan menanganinya dari bawah, kau terus cari kelemahannya.” Lucy memberi ide.

“Baiklah, usahakan kau tidak mati.”

“Kenapa?”

“Karena aku telah menemukan bagian dari diriku yang telah lama hilang. Aku menemukannya dalam dirimu.” Sekian detik, Oniikami itu sudah menerkamku.

Seluruh jarinya putus. Pedangku sudah berputar menebas cengkramannya. Dengan cepat aku melesat lolos sebelum jarinya beregenerasi. 3 detik, jari baru sudah tumbuh, dengan cakar lebih tajam dan mengkilat.
Lucy dibawah sana mencakar ekor Oniikami tersebut, lari Lucy tidak sekencang lariku, namun sedetik sebelum terkaman Oniikami itu mencapainya, aku sudah menghunuskan pedangku ke punggung Oniikami sialan ini. Selain kemampuan alami fisikku, aku juga memanfaatkan jet throttle yang ada dipinggangku untuk menambah kecepatan dan daya lesat. 3 detik punggungnya terbuka, lebar lukanya sekitar 10 cm, aku segera memperlebar luka itu. Oniikami yang awalnya menyasar Lucy meraung kesakitan.

“Peter, cepat kembali !” pusat terus berteriak memerintahkanku kembali.

Aku tahu mereka tidak akan mengizinkanku melawan Oniikami ini sendirian, apalagi dinding zona aman yang akan ditutup dan tidak menyisakan ruang untuk masuk.

“Tutup saja dindingnya, aku akan mencari jalan lain untuk masuk.” Jawabku sambil melompat menjauhkan Lucy dari jangkauan Oniikami itu.

“Apa yang kau lakukan?” Ekspresi wajah Lucy seakan menunjukkan ekspresi masih ingin ikut bertarung. Dengan bawahan yang dikenakannya telah sobek, kemeja kotor, dan rambut berantakan, aku tidak tega membiarkannya berada di arena. Aku menyadari aku telah menyimpan rasa terhadap gadis didekapanku.

“Aku tidak ingin kamu terluka, izinkan aku melihat kecantikanmu saat kita sudah dalam kondisi yang lebih baik.”

“Tapi..”

Aku sudah melesat kembali. Sesuai dugaanku, luka itu bisa membekukan Oniikami, karena aku mendinginkannya dengan semprotan nitrogen cair yang menghentikan proses regenerasinya.

Aku mulai masuk kedalam tubuh Oniikami ini. Tepat seperti Yokai, intinya ada dibawah jantung, segera kutusuk, dan seketika, tubuhnya membusuk dan mencair.

Aku adalah orang pertama yang membunuh seekor Oniikami.

AishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang