CHAPTER 3

3K 246 115
                                    

Jangan tunggu sampai besok apa yang dapat kamu baca hari ini. Besok masih akan ada banyak buku yang di terbitkan.

🌻🌻🌻

"BENAYAAA! " pekik gadis berseragam SMA.

Lelaki yang dipanggil Benaya, menutupi kedua telinganya rapat-rapat. ia lantas menjauh dari hadapan gadis yang akhir-akhir ini sering mengganggu aktivitas tidurnya dikelas.

"INI PERMEN KARET BENA, BUKAN MAINAN!" teriak Kinara, ia sedang sibuk membersihkan bubble gum yang melekat di rambutnya.

"Siapa yang bilang mainan? " tanya Benaya.

Lelaki itu tertarik untuk memotret Kinara, "Senyum Ra, satu, dua, tiga,"

Kinara menutup wajahnya, "Nggak mauuu, " tolaknya.

Benaya mencuri kesempatan dengan memokuskan lensanya dan menjepret berbagai pose sebal ala gadis bernama Kinara yang tidak mau tersenyum.

"Bena lo kenapa jahat banget sih? Rambut gue rusak, Lo harus tanggung jawab!" bibir Kinara maju satu senti. Cekrek. Cekrek. Cekrek.

"Singkirin kamera lo! " omel Kinara.

Benaya memutar bola matanya malas, dia menghentikan kejahilannya.

"Terus? Lo mau rambut gue? " tanya Benaya.

"IYA! " jawab gadis itu cepat.

"Nih ambil kalo bisa, " tantang Benaya. Gadis itu mendengus sebal, ia bersiap mengejar Benaya untuk menggigit kulit tangan cowok itu.

Sejak tadi Kinara berusaha menangkap Benaya, namun lelaki itu selalu lepas dari perangkapnya. Benaya sangat lincah dan gesit.

"Sini nggak! Gue lempar pakai sepatu nih ya? " nada bicara Kinara naik satu oktaf.

Berulang kali Kinara meyakinkan Benaya untuk mendekat, berkali-kali juga Benaya berjalan mundur. Bahkan bisa jadi dia lari dan menghilang di balik pohon mangga.

Tanpa aba-aba sepatu sekolah Kinara melayang sangat jauh. Gadis itu berharap sepatunya mengenai kepala Benaya. Ia juga berasumsi setelah sepatu nya mendarat, kepala cowok bernama Benaya yang minta di tonjok itu penyok, Itu saja cukup.

Benaya menangkap sepatu hitam milik Kinara. Kinara mendelik sempurna.

Cowok itu mengantongi ponselnya lalu berlari ke luar dengan menenteng sepatu Kinara, "Jangan! jangan di buang Bena, maafin gue. Benaya jangan!!!" teriak Kinara lantang.

Tuiiinggg

Damn! Sekali hempas sepatu Kinara lolos dan menyangkut tinggi di pohon mangga dekat koperasi sekolah. Benaya tersenyum dan pergi setelah puas melihat wajah putih Kinara berubah memerah.

Kinara menunduk tanpa suara, nafasnya mengebu. Batas kesabarannya sudah habis.

Gadis itu mengangkat kepalanya, ia menyingkirkan poninya yang menutupi mata. lalu mengencangkan ponytail-nya yang mengendor. Senyumnya mengembang seketika, disusul lesung pipinya yang dalam.

Tidak ada waktu lagi, Kinara harus segera mengejar Benaya. Ia tidak akan membiarkan Benaya kabur begitu saja, apalagi cowok itu sudah membuatnya rugi karena sepatunya hilang satu.

Dengan langkah yang lumayan, ditambah Benaya yang sedang lengah dengan ponselnya. Kinara berhasil menarik kerah seragam putih cowok itu dengan berjinjit. Derap kakinya yang tidak terdengar begitu sangat membantu.

Benaya berbalik, ia melepaskan tangan Kinara dengan mudah.

"Apa?" tanya Benaya sambil memegangi tangan Kinara yang tadi ada di bahunya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang