Five (lima)

19 5 2
                                    

Hey, balik lagi nih. Miss me? No?
Uh oh. Jahat kalian😢 hikss. Alay awto tampol😂
Maaf lemot up. Maklumi lah si abege labil ini. Aku pusing nyari idenya. Dunia perkantoran itu bukan dunia ku. Jadi harus banyak* riset. Nanti kalo ga sinkron bisa di ketawain masal aku😂
Betewe itu sebenernya ada lanjutnya lagi. Tapi kalo aku nekat gabungin kayanya kepanjangan jadi aku skip disitu aja. Hehe sorry.
Lah lama. langsung aja check it out!
(Typo tolong mention)

Turn on music, cari posisi ternyaman dan selamat membaca! :)

Catalina sedang sibuk-sibuknya dengan urusan dapur saat dering ponsel menghentikan sejenak kegiatan masak-memasaknya.
Setelah mencuci tangan, dia segera meraih ponselnya dia atas meja makan.

“hallo” sapanya sambil menjepit ponsel di antara telinga dan bahu pada seseorang di ujung sana. Tangannya masih sibuk membalik ikan diatas wajan. Dia bahkan tidak sempat melihat si penelepon sebelum mengangkatnya tadi.

“hallo Catalina.” Si penelepon balik menyapa. Dari suaranya saja Catalina sudah bisa menebak siapa yang meneleponnya.

“kerasukan apa tiba-tiba nelpon bu Zoya?” kalian tentu tau, ini bukan kalimat sapa yang baik.

“jangan gitu please. Aku mau nanya kabar Sara. Lebih tepatnya kabar dia yang putus sama pacar beda keyakinannya itu.”

Meletakkan spatula. Catalina berbalik, menarik kursi kemudian duduk. “buruk.”

“dia putus beneran?”

“Ya gitu deh.” Catalina menghela nafas panjang. Dia sungguh kasian membayangkan bagaimana keadaan Sara setelah putus dengan laki-laki sialan itu.

“Separah itu ya? Sara gimana? Dia ngamuk-ngamuk gitu gak?”

“ngamuk sih enggak. Cuma dia agak susah aja selama dua minggu ini dihubungi. Aku takut dia bunuh diri.”

“ngaco! Nggak mungkinlah. Sara gak mungkin segila itu.” Suara Zoya naik dua oktaf.

“aku takut aja dia tiba-tiba nekat. Kamu tau sendiri kan orang yang lagi patah hati itu gimana?” sahutnya sambil mengusap wajah dengan celemek. Keringatnya jatuh tanpa diminta.

“sembarangan! Makanya kamu yang deket tuh sering-sering dong tengokin dia, kasih semangat. jangan biarin dia sendirian.”

“iya aku juga— Catalina tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karna tiba-tiba indra penciumannya menangkap bau menyengat dari wajan yang mengeluarkan asap.

oh my lord! Ikan gua!” tanpa sempat berfikir untuk mengakhiri panggilan itu terlebih dahulu dia segera berlari melihat ke dalam wajan. dan benar saja, warna ikan yang dimasak nya sudah berubah menjadi hitam.

Dengan wajah panik, bodohnya dia malah mengambil spatula terlebih dahulu sebelum terfikir untuk mematikan kompor. Otaknya blank. Padahal asap sudah mengepul-ngepul dari dalam wajan.

Setelah setengah kesadaran otaknya kembali. Dia segera mematikan kompor, kemudian bersandar di meja makan dengan tampang oon. Degup jantungnya bahkan masih menggila, Menandakan dirinya yang benar-benar terkejut tadi.

Sementara Zoya masih memanggil-manggil namanya di seberang line, Dia memilih mengabaikannya. Otaknya masih loading. Sampai akhirnya Zoya berteriak jengkel dan memutuskan panggilan.

******

Sudah 2 minggu terhitung Sara menghindar dari Catalina. Ayolah, dia sedang ingin menenangkan diri.  Menerima kenyataan bahwa Jarvis bukan pacarnya lagi itu adalah hal yang tidak mudah baginya.

Dan Catalina malah terus saja merecokinya. Itu mengganggu. Sungguh.

Catalina terus saja meneleponnya. Everytime, everywhere. Menanyakan hal-hal sepele seperti apakah dia sudah makan atau belum? Tidur nyenyak atau tidak? Pergi kemana saja? Dengan siapa?  Seperti ibu yang takut kehilangan anak gadisnya.

Rongsokan BerkelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang