“Lu kenapa? Lecek aja itu muka!” Tanya seorang laki-laki dengan nampan penuh makanan dan minuman di tangannya. Lawan bicaranya tak menyahut.
Udah mirip patung pancaran aja sekarang.
Mereka sedang berada di restoran cepat saji daerah Taman Rasuna Kuningan saat jam kantor, luar biasa kan?
Kalem, mereka itu bosnya. Gausah ngegas.
Geram, Abrisam melempar satu buah kentang goreng ke muka sahabatnya yang mendadak berubah jadi ayam sakit.
“Rese banget sih lu taik”
“Ya siapa suruh pagi-pagi muka udah lempem aja kek kerupuk kena air.”
Abrisam dan Jarvis.
Mereka itu dua sahabat yang lumayan eh—bukan, bukan lumayan. Bisa dibilang sangat dekat. Malah banyak yang mengira kalau mereka itu adek kakak. Memang sih, wajah mereka ada kemiripan— kalau diliat sekilas. Yah, meskipun lebih ganteng Abri.
“Gua abis Putus sama pacar gua.” Jelasnya kemudian, dengan wajah lesu.
Abri memperhatikan Jarvis sekilas, bukan. Ini bukan Jarvis yang Dia kenal, hari ini Kawan baiknya itu seperti remaja labil yang baru putus cinta. Wajah lesu dan dandanan yang sedikit berantakan dari biasanya, kalo boleh jujur. Jarvis itu tipikal cowo rapi, bukan kaya gini. Ini mah gelandangan di pasar senen aja lewat kali yak.
“Lu punya pacar?” Abri memandang ngeri pada Jarvis. Pasalnya orang yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri itu tidak pernah menceritakan hal apapun tentang pacar dan hanya di balas anggukan.
“Kalo masih sayang kenapa diputusin tolol!” Makinya, sambil melemparkan kentang goreng ke wajah Jarvis, lagi.
Jarvis melotot sambil berdecak “lu gatau sih gimana rasanya pacaran beda keyakinan!” disandarkan badan lelahnya ke kursi.“Hah?” Abri berhenti mengunyah kentangnya, wajahnya benar-benar cengo sekarang.
“Yes, she's moslem. Gua sama dia udah pacaran selama—“ berfikir sejenak, Jarvis berusaha mengingat seberapa lama dia dan mantan pacar yang masih dia cintai itu menjalin hubungan. “5 tahun.” Sambungnya begitu ingat “Ya, mama sih awalnya ngerestuin hubungan gua sama dia, tapi lama-lama mama kek ngerasa kalo hubungan gua sama dia gak akan ada ujungnya, she’s mean— ya lu tau maksud gua."
“Nikah?” Tebak Abri, menoleh sekilas pada Jarvis kemudian kembali menikmati kentang gorengnya.
“Ya, karna hal itu mama nyuruh gua mutusin dia dan akhirnya jodohin gua sama temen anaknya. Gua gabisa nolak, karna emang nyatanya hubungan gua sama dia gak akan bisa dibawa kemana-mana kalo gua sama dia masih yakin sama keyakinan masing-masing”
“Dan lu akhirnya mutusin dia?” tanya Abri, mengabaikan penjelasan Jarvis.
“Kalo lu jadi gua, mungkin lu bakal ngelakuin hal yang sama”
Hening sejenak.
“eh btw gua kira cewe kemaren yang jalan sama lu ke tran*mart pacar lu.” Kata Abri santai, dia gatau aja kalo wajah orang yang ada disampingnya sudah berubah kaku.
“Lo— lo tau?”
Abri mengangguk.
“Mama nyuruh gua nemenin dia belanja, itu bukan atas kemauan gua.” Keliatan banget Jarvis berusaha membela diri disini.
“Tapi kalian keliatan bahagia— gua rasa.” terdengar nada acuh di kalimatnya.
Rama tersentak sesaat “Gua berasa kek cowo brengsek banget sekarang, sialan.” kemudian menelungkupkan kepalanya di meja.Hening.
Percayalah, saat itu Jarvis hanya terbawa suasana. Ternyata anak yang dijodohkan dgnnya adalah anak yang humble, dia ceria, baik , lucu dan yang terpenting saat dia berbicara Jarvis seakan melihat sinar terpancar dari senyumnya.
Dia hanya merasa nyaman bersamanya, itu bukan cinta, dia yakin itu hanya perasaan kagum dan nyaman sesaat saat bersama gadis itu, bukan cinta.
Dia masih sangat mencintai Asara Latte, dia bisa memastikan kalau jantungnya masih akan berdetak cepat jika dia bertemu dengan Asara lagi, ya tentu saja.
Dia masih mencintai Asara sebesar dulu kan?
Meskipun sekarang mereka tidak bersama lagi.
Benarkan?
Tapi kenapa hatinya seakan ragu?
baru kali ini dia bertemu dengan gadis itu, apa semudah itu memudarkan perasaan cinta yang dia timbun selama 5 tahun untuk Asara hanya karna sebuah perasaan bernama "Nyaman?"
“Lu ga salah sih, kalian emang seharusnya berakhir. 5 tahun? Gua rasa itu waktu yang cukup lama buat mikir kalo seharusnya kalian emang gak akan punya jalan cerita yang berakhir bahagia. Nyokap lu udah ngelakui hal yang bener. Itu jalan terbaik buat lu sama dia." perkataan bijak Abri menarik Jarvis kembali dari pusaran pikirannya yang tadi memikirkan Asara dan— gadis itu?
"Gua mau cabut nih, jam setengah 9 nanti ada meeting, lu masih mau disini?" Abri sudah bersiap untuk pergi
Seketika Jarvis ikut berdiri, memperbaiki jas nya yang sedikit kusut."Gua juga mau ke kantor."
Terlihat beberapa pelayan memandang nakal kearah mereka secara terang-terangan. Jarvis tidak terlalu memperdulikannya, tapi tidak dengan Abri, dia tau itu— Sejak dulu mereka masih memakai seragam putih abu-abu.
Jika kalian mengira Abri Adalah laki-laki baik karna nasehat bijaknya pada Jarvis tadi, berarti Selamat! Kalian sudah tertipu.
Kalian tidak percaya?
Mari kita lihat!
dua laki-laki dewasa itu berjalan ke kasir, membayar tagihan.
Jarvis pergi terlebih dahulu karna dia tau apa yang akan Abrisam Reynand lakukan pada 2 kasir yang memandang nakal kearah mereka tadi, setelah membayar Abri lantas menyodorkan kartu namanya pada gadis dengan lipstik tebal dan dada menyembul menggoda.Demi kerang ajaib, mereka benar-benar pegawai kasir kan?
"Kalian tentu tau fungsinya kan?"
Abri mengedipkan mata nakal pada gadis—eh apa dia masih gadis?
Abri tertawa dalam hati.
dia keluar meninggalkan 2 kasir itu, terdengar jeritan histeris dari dalam. Dia tersenyum puas, malam ini pasti akan ada yang menghangatkan ranjangnya, lagi. Seperti malam-malam yang tlah berlalu.
Abri masuk kedalam sebuah mobil Mercedes benz mclaren hitam mengkilap yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar. Menyalakan mesin, kemudian menjalankan mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan Jakarta menuju kantornya.
![](https://img.wattpad.com/cover/141751609-288-k132431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rongsokan Berkelas
General FictionMantan dan rongsokan itu artinya beda tipis. kebayang ga gimana rasanya kehidupan tenang kamu tiba-tiba dirusak dengan mantan yang nongol lagi di kehidupan kamu dengan versi yang lebih menyebalkan? Benci? oh sudah pasti. Muak? jangan ditanya lagi. ...